Frasa Agama Dihapus, Peta Jalan Pendidikan Nasional Menuju ke Mana?

Pendidikan dan agama tak dapat dijauhkan, keduanya harus berjalan beriringan. Karena pendidikan adalah proses mencerdaskan manusia. Sedangkan manusia yang cerdas adalah yang memahami hakikat penciptaan dirinya. Bahwa seorang hamba diciptakan hanya untuk beribadah kepada Rabbnya.


Oleh. Silvia Anggraeni, S. Pd

NarasiPost.Com-Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyatakan keterkejutannya melihat perencanaan Peta Jalan Pendidikan Nasional 2020-2035 yang diluncurkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Dalam draft terbaru, frasa agama dihapus dan digantikan dengan akhlak dan budaya.(Republika.co.id, 07/03/2021)

Terobosan yang diambil Kemendikbud seolah ingin mengarahkan jalan pendidikan nasional ke arah yang berlawanan dengan Islam. Usai polemik seragam dengan atribut keagamaan, kini frasa agama akan dihapus dari peta jalan pendidikan nasional, dan digantikan dengan akhlak dan budaya. Pancasila yang dikatakan sebagai ideologi negara ini nyatanya tak berfungsi sebagaimana mestinya. Dasar agama yang menjadi pijakannya perlahan namun pasti disingkirkan dari kehidupan. Bukanlah perkara ringan, penghapusan frasa agama jelas tak dapat diterima walau dilihat dari sudut pandang negara yang berdasarkan pancasila.

Dari sini tampak jelas bahwa demokrasi tak ingin agama menjadi hal yang ada dalam lini kehidupan, termasuk dalam sektor pendidikan. Sekularisme sebagai akidah dalam demokrasi kini ditampilkan secara nyata. Dimulai dari sektor pendidikan yang menjadi cikal- bakal pembentukan generasi muda.

Lalu jika frasa agama benar dihapus, peta jalan pendidikan nasional akan menuju ke mana? Jelas kini arah pendidikan nasional adalah untuk menjauhkan peserta didik dari agama. Padahal agama adalah hal dasar yang menjadi fitrah manusia. Maka, keduanya tak dapat dipisahkan dalam segala urusan kehidupan. Sejatinya agama merupakan aturan yang mengikat manusia termasuk dalam masalah akhlak. Maka jika ia dihilangkan dari kehidupan manusia, berbagai kerusakan lah yang akan terjadi.

Adapun dunia pendidikan merupakan tempat menempa generasi masa depan. Generasi pemegang tonggak peradaban, yang di tangannya pula kejayaan Islam akan kembali berkibar. Maka dibutuhkan pendidikan yang mampu menjadikan para generasi penerus ini tak hanya sebatas makhluk yang mampu bekerja, namun juga harus mampu menjadi makhluk yang sadar akan hubungannya dengan Sang Pencipta.

Sejarah Islam telah memahat nama-nama para ilmuwan yang tak hanya tinggi ilmunya, namun amat baik agamanya. Keberhasilan ini dikarenakan dasar pendidikan dalam Islam ialah akidah Islam yang menancap dengan kuat dalam diri setiap manusia. Sehingga lahirlah manusia yang unggul dalam bidang keilmuan yang berakhlak mulia karena keterikatannya untuk selalu tunduk pada aturan Sang Pencipta.

Peran penting agama dalam pendidikan jelas tak bisa dianggap remeh apalagi ditiadakan. Karena sesungguhnya manusia diciptakan hanya untuk beribadah kepada Allah Swt. Firman Allah: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz Dzariyat: 56)

Maka selayaknya setiap jalan kehidupan manusia haruslah menjadi sarana untuk beribadah kepada Allah Ta'ala. Inilah mengapa Islam menanamkan akidah sebagai dasar pendidikan. Karena proses pendidikan adalah usaha untuk menjadikan manusia sebagai hamba Allah Yang Maha Esa.

Pendidikan dan agama tak dapat dijauhkan, keduanya harus berjalan beriringan. Karena pendidikan adalah proses mencerdaskan manusia. Sedangkan manusia yang cerdas adalah yang memahami hakikat penciptaan dirinya. Bahwa seorang hamba diciptakan hanya untuk beribadah kepada Rabbnya. Jelaslah agama adalah penunjuk arah yang tak boleh dihilangkan dari peta jalan pendidikan.

Wallahu alam bisshowab[]


Photo : Google

Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Previous
Mungkinkah Peredaran Miras Susut, Setelah Lampiran III Perpres Dicabut?
Next
Khamr Adalah Induk Dari Kejahatan
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle

You cannot copy content of this page

linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram