Terkadang infak ataupun sedekah yang kita berikan hanya sedikit, namun bisa saja pahalanya di akhirat (di sisi Allah Swt) bagaikan gunung uhud.
Oleh: Novida Sari, S.Kom
NarasiPost.com - Ada suatu amalan yang apabila dikerjakan maka bentuk fisiknya hilang namun sebenarnya ia telah menjadi keabadian bagi yang melakukannya. Amalan yang sulit dilakukan oleh hamba-hamba yang telah terkontaminasi asas manfaat, yakni zakat, infak, wakaf juga sedekah.
Era hidup kapitalisme yang dinilai serba dengan manfaat dan keuntungan telah mengakar kuat di negeri-negeri kaum Muslim. Bahkan roda pemerintahan dijalankan berdasarkan pertimbangan untung rugi, sehingga menciptakan masyarakat yang memiliki pola pikir yang sama.
Allah Swt berfirman,
وَاَقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَاٰتُوا الزَّكٰوةَ ۗ وَمَا تُقَدِّمُوْا لِاَنْفُسِكُمْ مِّنْ خَيْرٍ تَجِدُوْهُ عِنْدَ اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌ
Artinya : “dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Apa-apa saja kebaikan yang kamu kerjakan untuk dirimu, tentu kamu akan mendapat pahalanya pada sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan”. (TQS Al Baqarah : 110)
Ayat ini memiliki munasabab dengan ayat sebelumnya yakni perintah Allah Swt kepada para Nabi dan para sahabat untuk memaafkan orang-orang yang menginginkan orang beriman agar kembali kepada kekufuran, sehingga Nabi dan para sahabat bersabar dan melakukan وَاَقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَاٰتُوا الزَّكٰوةَ .
Memang diperbolehkan melakukan pembalasan yang setimpal, namun Allah mengatakan فَاعْفُوْا وَاصْفَحُوْا (maka maafkanlah dan berlapang dadalah), karena sungguh ini lebih baik dan memutus perilaku yang tidak baik sehingga menghilangkan dendam. Sehingga Allah Swt dalam ayat ini menginginkan melakukan ibadah dan ketaatan, bisa dengan shalat, zakat, juga berbagai amalan sunah.
Kemudian pada kelanjutan ayat وَمَا تُقَدِّمُوْا لِاَنْفُسِكُمْ memiliki makna hal lampau yang telah dilakukan manusia semasa hidup, maka di kehidupan berikutnya kelak semua perbuatannya itu adalah untuk dirinya sendiri. Semuanya pasti akan dibalas oleh Allah Swt, sehingga jelaslah bahwa تَجِدُوْهُ merupakan investasi yang tidak boleh disesali sama sekali.
Tatkala Umar bin Al Khattab berziarah ke makam baqi’ Al Gharqad ia menyeru kepada ahlu kubur yang golongan sahabat yang dimakamkan di sini seolah ia menyeru kepada orang hidup, umar berkata “Wahai ahli kubur, kami memberi kabar kepadamu bahwa Istri-istri yang kalian tinggalkan itu sudah menikah, rumah yang kalian dahulu sudah ditempati, dan harta yang kalian tinggalkan itu sudah dibagi.”
Lalu ahli kubur ada yang menjawab, “Apa yang kami korbankan sebelumnya di dunia, sudah kami dapatkan balasannya di sini. Apa yang kami belanjakan dahulu di dunia di jalan Allah, sudah kami dapatkan balasannya di sini, dan apa yang kami tinggalkan (yang tidak sempat dibelanjakan di jalan Allah) itu yang membuat kami rugi”. Ini merupakan karamah yang Allah Swt berikan kepada Umar bin Al Khattab.
Terkadang infak ataupun sedekah yang kita berikan hanya sedikit, namun bisa saja pahalanya di akhirat (di sisi Allah Swt) bagaikan gunung uhud. Bahkan jika ditelusuri kembali bagaimana Rasulullah Saw menceritakan bahwa karena memberi minum anjing yang kehausan, seorang wanita pelacur dikabarkan masuk surga.
Karenanya seorang mukmin tidak boleh merasa sia-sia apabila mengeluarkan dan membelanjakan hartanya di jalan Allah Swt termasuk dengan berinfak, sedekah, wakaf dan berzakat. Secara fisik memang zatnya telah hilang namun sebenarnya ia abadi di sisi Allah Swt. Dan bisa jadi ia menjadi hal yang menyebabkan seorang mukmin meraih Jannah-Nya Allah Swt. Wallahu a’lam bishshawab.
Picture Source by Google
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]