Menanamkan Disiplin pada Anak

Anak-anak adalah amanah yang Allah Swt. titipkan kepada kita, maka harus kita jaga dan kita didik dengan baik berdasarkan akidah Islam. Dan jangan lupa untuk selalu mendoakannya. Karena sebaik-baik bekal dari orang tua kepada anaknya adalah ilmu, akhlak, dan doa.


Oleh: L. Nur Salamah, S.Pd

NarasiPost.com - Setiap orang tua pasti menginginkan anaknya menjadi pribadi yang baik dan beraklak mulia. Tak ada insan di dunia ini yang menginginkan anaknya tidak baik. Bahkan preman sekalipun tidak ingin anaknya menjadi seorang preman.

Salah satu sikap yang menopang terbentuknya pribadi mulia adalah disiplin. Karena itu, berbagai upaya dilakukan, mulai  dari memilih sekolah terbaik, memasukkan ke pondok pesantren, bahkan tidak sedikit pula yang harus mengeluarkan banyak biaya untuk kursus kepribadian.

Namun, apakah upaya-upaya tersebut pasti berhasil? Belum tentu. Orang tua tidak bisa mengandalkan lembaga atau orang lain begitu saja jika betul-betul menginginkan anaknya menjadi lebih baik, terutama bersikap disiplin.

Berikut adalah upaya yang dapat ditempuh orang tua untuk menanamkan kedisiplinan pada anak, yaitu:

Pertama, menjelaskan aturan dalam keluarga.
Orang tua harus menyusun sebuah aturan dan menjelaskan kepada anak-anak, tentu disesuaikan dengan perkembangan usia mereka sehingga mereka bisa memahami dengan baik. Jangan sampai, kita sebagai orang tua, tetiba marah terhadap anak, gara-gara mereka melakukan sesuatu yang tidak kita sukai.

Misalnya, ketika anak membuang sampah sembarangan setelah makan jajan, spontan kita marah. Maka anak akan bingung, apa kesalahannya. Padahal, seharusnya orang tua memberikan informasi terlebih dahulu atau aturan bahwa, setelah makan jajan, sampahnya harus dibuang di tempat sampah. Jika aturan sudah dijelaskan, kemudian anak melanggar, baru berlaku sebuah teguran.

Contoh lain, jika anak minta hp atau laptop untuk nonton dan bermain, maka orang tua harus bijak. Memang tidak bisa dimungkiri, di era digital ini, jika orang tua tidak bijak, akan mengantarkan anak pada kecanduan gadged. Oleh karena itu, harus dibuat aturan yang membatasi anak-anak, tentu disertai dengan penjelasan sederhana mengenai dampak negatifnya.

Bagi mereka yang sudah sekolah, bisa dibuat aturan nonton hanya pada hari Jumat dan sabtu malam, misalnya. Masing-masing selama satu jam. Atau boleh dirapel dua jam di salah satu hari yang telah ditetapkan itu. Yang penting hanya dua jam dalam seminggu.

Mengapa harus dua hari itu, karena sabtu dan minggu mereka libur sekolah. Adapun tontonan yang kita suguhkan, juga harus mengandung nilai edukasi dan perjuangan. Kesemuanya itu harus diatur oleh orang tua, seperti film Sultan Abdul Hamid, Sultan Muhammad al-Fatih, Umar bin Khatab, Ashabul Kahfi, Nusa Rara, dan lain-lain.

Untuk yang balita (setelah umur dua tahun), aturan nonton sebaiknya hanya di malam hari ba'da isya'. Itu pun tidak lebih dari setengah jam.

Mengapa harus malam, karena di waktu tersebut, kita (ayah dan bunda) bisa mendampinginya, di saat santai sambil menemani bermain, supaya komunikasi tidak satu arah saja. Jika ada hal yang tidak dimengerti, yang ingin anak tanyakan, langsung bisa di jawab. Jika tidak, akan berbahaya, apabila ada hal-hal yang sekiranya tidak baik dalam pesan yang terkandung dalam tontonan tersebut.

Di siang hari, kita optimalkan anak untuk bermain diluar rumah, supaya ada interaksi dan sosialisasi dengan teman-teman yang lain. Dibluar waktu yang telah ditentukan, orang tua harus tegas untuk tidak memberikan izin nonton.

Kedua, memberikan keteladanan.
Anak adalah peniru ulung. Apa yang dilakukan orang tua akan diamati dan diikuti. Oleh karena itu, orang tua harus bisa memberikan teladan yang baik, termasuk menggunakan gadged dan disiplin bermedia.

Maksudnya, harus ada pengelolaan waktu. Jadi, gadged digunakan memang untuk keperluan. Misalnya, malam dinonaktifkan (saatnya diisi daya atau di charge).

Pagi sampai siang tidak ada aktivitas dengan gadged dalam bentuk apa pun kecuali pengajian online atau keperluan mendesak.

Siang sampai sore untuk bakulan dan seterusnya. Dengan demikian anak akan melihat bagaimana orang tuanya.
Bisa dikatakan bahwa satu teladan itu lebih ampuh daripada seratus perintah.

Ketiga, konsisten terhadap peraturan.
Ketika menetapkan aturan untuk anak-anak, maka orang tua harus konsisten, jangan plin-plan. Tak jarang orang tua merasa tidak tega melihat anaknya menangis, akhirnya melanggar aturan yang telah dibuat. Dengan demikian, anak akan melihat ketidakkonsistenan orang tua. Di sinilah letak kewibawaan orang tua di mata anak. Maka orang tua harus tega demi kebaikan anak di masa yang akan datang.

Keempat, memberikan sanksi atau iqob.
Ini penting sebagai pelajaran buat anak. Jika mereka melanggar aturan yang telah ditetapkan, maka ada konsekuensi yang harus diterima.

Yang jelas, sanksi disesuaikan dengan perkembangan usia mereka. Iqob atau sanksi bermacam-macam, bisa dengan mendiamkannya beberapa saat, tidak memberikan jadwal nonton, tidak ada uang jajan, atau menulis ayat-ayat pendek dan lain sebagainya.

Kelima, mendoakan.
Anak-anak adalah amanah yang Allah Swt. titipkan kepada kita, maka harus kita jaga dan kita didik dengan baik berdasarkan akidah Islam. Dan jangan lupa untuk selalu mendoakannya. Karena sebaik-baik bekal dari orang tua kepada anaknya adalah ilmu, akhlak, dan doa.

Doa orang tua untuk anak insyasllah diijabah oleh Allah Swt. Semoga Allah Swt. berkenan mengabulkan doa kita, dan menjadikan anak-anak kita sebagai anak yang saleh-salehah, cerdas dan faqih fiddin. Aamiin.

Wallahua'lam bishowwab

Picture Source by Google


Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Previous
Strategi Menguatkan Pengaruh Ayah Bunda Terhadap Anak
Next
Waspada! Pengajaran Sejarah Islam dalam Incaran Moderasi
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram