"Apabila manusia meninggal dunia maka terputuslah segala amalnya kecuali tiga: yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat atau anak sholeh yang mendoakan kepadanya."
(HR Muslim).
Oleh. Sherly Agustina, M.Ag
(Member Revowriter dan WCWH)
NarasIpost.Com-Rasulullah Saw. bersabda:
"Ikatlah ilmu dengan tulisan.”
(HR. Thobrani dan Hakim, keduanya menyatakan sebagai hadits shohih dan disetujui oleh Albani)
Saat saya tak lagi mengajar di kampus karena maraknya 'gorengan' yang digulirkan rezim. Sibuk dengan amanah dakwah, maka rumah dan anak menjadi fokus pilihan. Namun, entah kenapa seperti ada sesuatu yang hilang. Mungkin, karena terbiasa berinteraksi dengan mahasiswa dan berpikir. Oleh karena itu, saya pun mencoba mencari kesibukan lain, dan akhirnya mulai terjun ke dunia literasi.
Revowriter, komunitas menulis yang pertama kali saya bidik di tahun 2019, tepatnya bulan Maret. Bismillah, mengikuti kelas basic yang diasuh oleh cikgu Asri Supatmiati. Saat itu, masih belum tergambar menulis itu seperti apa, apalagi dengan jargon tulis-kirim-tayang. Akhirnya diam di pojokan belum punya percaya diri, tapi keinginan menulis itu masih ada tentunya.
Kemudian saya mencoba lagi ikut kelas intermediate Revowriter, dalam hati berharap semoga saya bisa menjadi penulis suatu saat nanti. Sampai bulan Agustus 2019, saya pun mencoba memberanikan diri menulis opini walau satu bulan sekali. Namun di bulan selanjutnya, ketika melihat teman di Revowriter dalam sebulan bisa menulis 15 tulisan, hati tergerak dan penasaran, bisakah saya seperti dia?
Pantang menyerah, saya mulai mencoba seperti dia membuat target menulis bulanan. November 2019, target menulis 15 tulisan terlaksana walau kualitas masih seadanya. Paling tidak, ide bisa terus mengalir ketika pena dan otak ini terus dipakai dan diasah. Di bulan selanjutnya bisa terlaksana 30 tulisan, senang bukan kepalang, akhirnya bisa melepas rantai gajah yang ada pada diri.
Akhirnya bisa merasakan tulis-kirim-tayang di media-media online dan cetak. Meski begitu, saya terus mengasah diri dan menulis karena bagian dari dakwah. Saat musuh Islam terus menyerang kaum muslim, maka umat Islam tak bisa tinggal diam. Pena ini harus terus digerakkan, agar bisa melawan virus-virus yang disebar musuh Islam melalui tulisan.
Lalu, saya mencoba mengikuti kelas menulis lain seperti KAM (Komunitas Aktif Menulis) yang diasuh oleh cikgu Ida. Juga ikut kelas WCWH (Writing Class With Has) yang diasuh oleh cikgu Hasni. Literasi yang membuat saya jatuh hati, sehingga terdorong untuk mengisi hari-hari menjadi lebih berarti. September 2020 saya berencana membuat buku, walau dalam kondisi hamil.
Berkarya meninggalkan jejak untuk akhirat, itulah misi saya. Saya pun membuat buku solo kumpulan karya yang saya kirim ke media online dan tayang. Dibagi menjadi tiga part (trilogi), part 1 tulisan awal ketika terjun di dunia literasi. Part 2, tulisan selama pandemi tentang kondisi dakwah offline yang terbatas di kala pandemi, namun dakwah online tak terbatas. Part 3, tetap survive menulis saat kondisi tak mendukung, yakni mamah sakit kemudian meninggal dunia, dan ternyata saya positif hamil.
Allah mencoba keistikamahkan saya, saat kondisi sulit apakah masih bisa menulis atau tidak. Alhamdulillah, masih bisa menulis walau target menulis sempat turun. Semua ini ingin saya bagi agar menjadi motivasi dan inspiraai bagi orang lain. Teruatama bagi para pemula yang menulis opini, insya Allah bisa jika ada kemauan.
Karena semua bisa dipelajari dengan belajar dan terus belajar mengasah diri. Niat utama lillah untuk dakwah, selain itu tulisan akan menjadi jejak kita di dunia. Bahwa kita pernah berkarya untuk umat. Raga kita suatu saat tiada namun karya kita akan tetap abadi dikenang sepanjang masa.
Awal Februari akhirnya launching buku solo perdana saya, yakni trilogi part 1, cetak lebih dari 60 eksemplar dan habis terjual di masa PO. Saat ini proses cetak yang kedua kalinya karena ada permintaan. Semoga lewat karya tersebut bisa menebar manfaat, motivasi dan inspirasi di dunia literasi. Hanya ini yang bisa saya lakukan, semoga tercatat sebagai amal salih di sisi Allah.
Ingatlah, sejatinya Allah yang memampukan jangan underestimate dengan pertolongan Allah. Allah sesuai prasangka hamba-Nya. Jadi, masih sulitkah untuk mulai menulis?
Bayangkan, jika para ulama tak menulis maka ilmu mereka tak akan pernah sampai pada kita. Begitupun Al-Qur'an jika tak ditulis maka kita tak akan pernah tahu seperti apa Al Qur'an dan isinya yang menjadi sumber rujukan umat Islam. Bayangkan pula, saat ini musuh Islam mengepung dari berbagai sisi termasuk sosmed dan tulisan, lalu apakah kita hanya pasrah berdiam diri?
Sebagai muslim yang Allah anugerahi akal, tentu kita tak bisa diam saja. Ideologi yang sudah tertancap dalam jiwa akan terus mendorong pengembannya untuk terus bergerak membela kehormatan agama, dan berjuang hingga syahid. Sahabat, mari mulai menulis semata karena Allah dan dakwah. Menebar kebaikan dan melawan kezaliman di muka bumi. Bergerak atau punah.
Dari Abu Hurairah ra berkata: Rasulullah bersabda:
"Apabila manusia meninggal dunia maka terputuslah segala amalnya kecuali tiga: yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat atau anak sholeh yang mendoakan kepadanya."
(HR Muslim).
Allahu A'lam bi ash Shawab.[]
