Krisis yang melanda Inggris adalah akibat dari sistem ekonominya yang didasarkan pada pinjaman dan utang berbasis bunga yang sangat besar.
Oleh. Miladiah al-Qibthiyah
(Tim Redaksi NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Inggris yang dikenal sebagai pencetus Revolusi Industri, bahkan bahasanya dinobatkan sebagai bahasa dunia, siapa sangka telah mengalami krisis di berbagai bidang. Gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) terjadi akibat kondisi ekonomi yang memburuk. Hal inilah yang membuat angka pengangguran di negara pemilik ikon Big Ben terus meningkat.
Pemicu Krisis
Krisis yang terjadi di Inggris diakibatkan melonjaknya angka pengangguran sebesar 4,3 persen pada kuartal ke-3 2024. Office for National Statistics (ONS) mengungkapkan bahwa Perdana Menteri Keir Starmer yang merupakan pemimpin pemerintahan baru memberlakukan kebijakan kenaikan pajak bisnis dan usaha. Akibatnya, banyak perusahaan di Inggris tidak mampu membayar karyawan sebab harus menanggung beban pajak yang besar. (CNN Internasional, 12-11-2024)
ONS yang mengolah data (angka pendapatan mingguan rata-rata selama 3 bulan hingga September) tersebut juga mengatakan bahwa penyebab lainnya disebabkan oleh adanya sekali pembayaran yang dilakukan kepada pegawai negeri, yaitu pada bulan Agustus 2023, yang berdampak pada pertumbuhan gaji atau upah.
Antara bulan Agustus dan September, karyawan yang mendapat gaji turun 9.000. Akan tetapi, ada 136.000 lebih tinggi dari tahun lalu. Ini mengindikasikan bahwa Inggris kehilangan tenaga kerja di pasar tenaga kerja pada pertengahan tahun ini, selaras dengan perlambatan laju pertumbuhan. Angka lowongan kerja juga menurun drastis sebesar 35.000 antara bulan Agustus dan Oktober. Alhasil, perusahaan-perusahaan menunda melakukan perekrutan karena kekhawatiran terhadap anggaran bisnis. Begitu juga dengan semakin menyusutnya tingkat kekosongan pekerjaan di Inggris, akibat peningkatan asuransi nasional yang saat ini mencapai 831.000, (fxstreet-id.com, 11-12-2024)
Setelah anggaran Inggris merosot secara tidak proporsional kepada para pemilik bisnis, perusahaan-perusahaan pun yang mengalami lonjakan kebangkrutan. Sekitar 1000 lebih perusahaan mengajukan permohonan untuk tutup. Ini mengalami peningkatan 64% dari tahun lalu. Rachel Reeves, Menteri Keuangan Britania Raya sejak 2024, tidak akan mundur dari rencananya. Akan tetapi, rencana itu telah turun. Hal ini karena beban yang paling besar di Inggris menyentuh bisnis kecil dan menengah. Risikonya pun tak bisa dihindari, yaitu menyebabkan pertumbuhan melambat lebih cepat dari biasanya.
Negara terkaya kelima di dunia ini juga pernah mengalami krisis biaya hidup, sebagai akibat dari melonjaknya biaya gas dan listrik ditambah dengan kenaikan besar-besaran harga bahan bakar dan makanan, serta kenaikan pajak asuransi nasional, pajak dewan dan tagihan-tagihan lainnya.
Akar Penyebab
Aktivis muslimah asal Inggris, Dr. Nazreen Nawaz, mengungkapkan bahwa krisis yang melanda Inggris adalah akibat dari sistem ekonominya yang didasarkan pada pinjaman dan utang berbasis bunga yang sangat besar. Selain itu, tingginya biaya energi dan bahan bakar yang dikenakan oleh perusahaan bernilai miliaran dolar juga terus menghasilkan keuntungan besar, sedangkan rakyat jelata mengalami impitan ekonomi dan keuangan. Faktanya, raksasa minyak BP menghasilkan keuntungan hampir £10 miliar pada tahun sebelumnya. Sementara perusahaan energi Shell mencatat laba kuartalan terbaik mereka dalam 8 tahun di kuartal terakhir tahun 2021, setelah menghasilkan keuntungan £14,2 miliar.
Menurutnya, kondisi ini adalah alarm bagi dunia bahwa sudah saatnya membutuhkan sistem alternatif agar bisa berdiri secara independen, di mana sistem alternatif ini mengurus kebutuhan umat manusia dengan cara yang adil dan sehat. Sistem ini tidak lain adalah sistem Islam yang menjadikan akidah Islam sebagai asas negara. Sebagai contoh sistem ekonomi Islam yang menolak bunga dan model pertumbuhan ekonomi berbasis utang.
Paradigma Kapitalisme
Inggris sejatinya menghadapi tekanan ekonomi yang sangat serius akibat kenaikan inflasi pada tahun 2023 yang dipicu oleh tingginya harga energi terutama gas. Di samping itu, Bank of England juga melakukan pengetatan moneter demi meredam laju inflasi. Akhirnya pertumbuhan ekonomi di Inggris melambat dan berimbas pada meningkatnya angka pengangguran pada kuartal ke-3 ini, yakni di atas 4 persen.
https://narasipost.com/world-news/08/2024/inggris-memanas-warga-muslim-waswas/
Inilah pentingnya tidak membebek atau memiliki ketergantungan kepada negara lain. Pun penting mewujudkan kemandirian atau tidak ada intervensi dari negara dan ideologi apa pun di semua bidang kehidupan. Dalam aspek ekonomi misalnya, kebijakan ekonomi dalam sistem kapitalisme sangatlah buruk dalam menangani inflasi yang terjadi di Inggris 2023 silam, yakni melalui mekanisme suku bunga.
Mekanisme ini sangat terang benderang merugikan banyak pihak. Menyebabkan bunga pinjaman yang secara otomatis naik, sedangkan para deposan bank untung tanpa setitik peluh. Kondisi ini akan berbeda dengan paradigma Islam yang dalam hal ini Khilafah, akan tegas mengharamkan riba dalam bentuk apa pun. Sistem Islam juga menggunakan standar mata uang emas dan perak sebagai standar moneter atau mata uang.
Kebijakan Khilafah
Karena melonjaknya angka pengangguran yang menjadi sebab krisis yang dialami Inggris saat ini, maka dalam konteks ketenagakerjaan, negara akan mengelola harta milik umum untuk kemaslahatan rakyat semata. Negara akan membangun industri strategis, semisal pengilangan minyak, pengelolaan tambang, alutsista, pertanian, dan sebagainya yang memungkinkan menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar. Penyediaan lapangan kerja dalam industri strategis juga akan mendorong masyarakat meningkatkan keterampilan dan kemampuannya.
Kehadiran negara akan selalu berupaya mendorong masyarakatnya untuk bekerja. Sebagai pelayan rakyat, negara akan memodali bahkan memberikan insentif kepada rakyatnya agar dapat memulai bisnis atau berusaha. Negara akan memfasilitasi dalam bentuk pemberian pelatihan dan skill agar mereka dapat bekerja pada ragam industri dan pekerjaan. Tidak dikenal istilah PHK dalam Islam, sebab kewajiban negara membuka lapangan kerja seluas-luasnya agar tak ada rakyatnya yang menganggur.
Islam juga melarang tegas penimbunan barang dan monopoli kekayaan. Islam mewajibkan distribusi kekayaan yang efektif dan merata, sehingga semua masyarakat akan menikmati berbagai sumber-sumber kekayaan alam negara. Sistem Islam juga melarang privatisasi sumber daya alam seperti minyak, gas dan air, sebab itu semua adalah milik umum. Sebagaimana hadis Nabi Muhammad saw. yang berbunyi:
لْمُسْلِمُونَ شُرَكَاءُ لَاثٍ الْمَاءِ وَالْكَلَإِ وَالنَّارِ
“Kaum muslim berserikat dalam tiga hal, yakni air, padang rumput, dan api.” (HR. Abu Dawud)
Wallaahu a’lam bi ash-shawab.[]
Krisis sedang melanda dunia secara global, seharusnya manusia sadar bahwa kapitalisme akan menciptakan iklim krisis yang berulang…
Barakallah mbak Mila,,btw penulisan hadis sepertinya ada yang keliru ya mbak redaksi
Di negara-negara kapitalis yang menganut ekonomi ribawi, krisis memang menjadi sebuah keniscayaan. Kondisi ini akan terus berulang selama sistem kapitalisme masih diterapkan.
Barakallah untuk mbak Miladiyah
Masyaallah, sistem Islam memang keren. Tidak ada istilah PHK, karena negara memang harus menjamin rakyatnya mendapatkan pekerjaan.