AS dan Rusia kian memanas akibat dipicu oleh tingginya sentimen anti-Rusia di Negeri Paman Sam itu.
Oleh. Arum Indah
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Memanasnya hubungan AS dan Rusia telah menyeret kedua negara ini di ambang perang militer. Bahkan Rusia telah mengadakan latihan perang nuklir dengan meluncurkan rudal balistik antarbenua Yars dari Kosmodrom Plesetsk di bagian barat menuju Kamchatka di bagian timur. Menteri Pertahanan Rusia Andrey Belousov menyatakan latihan ini merupakan ajang unjuk kekuatan dan sinyal peringatan bagi Barat bahwa pasukan ofensif Rusia bisa saja melancarkan serangan nuklir besar-besaran. Lewat latihan perang nuklir ini, Vladimir Putin juga ingin menyampaikan pesan tentang betapa mengerikannya Perang Dunia 3 jika benar-benar terjadi. Rusia selalu membanggakan negaranya karena memiliki senjata termonuklir yang lebih banyak dibandingkan dengan negara lain. (dailymail.co.uk,1-11-2024)
Memanasnya hubungan AS dan Rusia dipicu karena tingginya sentimen anti-Rusia di Negeri Paman Sam itu. Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov menuding Joe Biden sebagai pihak yang paling bertanggung jawab atas meningkatnya ketegangan dua negara ini. Biden dituding telah meningkatkan rasa Russophobia lewat kebijakan-kebijakannya dalam mendukung Ukraina yang tengah terlibat perang dengan Rusia. AS telah memberi dukungan militer, ekonomi, dan politik ke Ukraina untuk menghalangi kemenangan Rusia.
Tak cukup sampai di situ, AS juga memberlakukan sanksi internasional atas aneksasi ilegal Rusia di Semenanjung Krimea. Sanksi itu bertujuan untuk menjatuhkan keuangan Rusia. Tak ingin mengalah, Rusia pun membalas dengan memasukkan AS ke dalam daftar negara yang tidak bersahabat.
Isu Perang Ukraina dan Rusia di Pilpres AS
Perang Ukraina dan Rusia telah menjadi isu yang paling fenomenal selama masa kampanye pemilihan presiden di Amerika Serikat saat ini. Konflik brutal yang telah menewaskan jutaan manusia itu belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir. Kemala Harris berjanji akan meneruskan kebijakan Biden untuk berdiri teguh membela Ukraina yang menjadi sekutu NATO dan melakukan segala hal untuk menjegal kemenangan Rusia. Harris pun menuduh Rusia telah melakukan kejahatan kemanusiaan.
Berbeda dengan Harris, Trump justru sesumbar bahwa tidak akan ada invasi Rusia ke Ukraina jika dirinya terpilih menjadi presiden. Trump akan mendorong kedua negara itu untuk membuat kesepakatan, menghentikan konflik, mengakhiri kekerasan, dan menuju kemakmuran. Trump akan memaksa Ukraina untuk melakukan demiliterisasi di semua wilayah yang dikuasai Rusia. Trump juga mengkritik kebijakan Biden yang telah memberikan bantuan senilai miliaran dolar kepada Ukraina.
Tak Akan Ada Perubahan
Meski Harris dan Trump tampak bertentangan dalam menanggapi isu Perang Rusia dan Ukraina, tetapi Lavrov justru mengatakan tidak akan ada perubahan kondisi ke depannya. Sentimen anti-Rusia di AS akan tetap menguat siapa pun yang keluar sebagai pemenang pilpres. Harris sendiri juga mengungkapkan bahwa bantuan AS untuk Ukraina bukanlah semata untuk kegiatan amal, melainkan kepentingan strategis negaranya. Oleh karenanya, siapa pun presiden terpilih kelak, tentunya kepentingan Amerika tetap menjadi yang utama.
Beberapa kepentingan yang akan dicapai oleh Amerika dengan membantu Ukraina, di antaranya:
Pertama, kepentingan pertahanan. AS tentu dapat menguji kualitas dan kekuatan alutsista militernya tanpa harus terjun ke medan perang. Amerika juga tak perlu repot mengorbankan para tentaranya, sedangkan pihak Rusia justru banyak kehilangan tentara. Dikutip dari New York Times, total korban dari Rusia sudah menembus 300 ribu orang.
Kedua, kepentingan ekonomi. Penjualan senjata Amerika ke NATO mengalami peningkatan dua kali lipat sejak tahun 2022. Berbeda dengan Rusia yang justru mengalami penyusutan ekonomi karena sanksi internasional telah menyulitkan mereka untuk memproduksi senjata. Embargo minyak oleh Uni Eropa turut memperburuk kondisi Rusia.
Ketiga, kepentingan politik global. Invasi Rusia ke negara pecahan Uni Soviet itu juga menimbulkan kecemasan bagi negara-negara di Eropa. Beberapa negara Nordik yang selama ini menjadi pihak netral, berbalik arah dan menyatakan keinginan untuk bergabung ke NATO.
Keempat, kepentingan ideologi. Eropa Timur perlahan-lahan mengurangi ketergantungan pada Rusia dan menyatakan kesediaan untuk menjadi sekutu AS. Hal ini tentu menguntungkan Amerika untuk makin menancapkan ideologinya dan menghapus pengaruh Rusia di Eropa Timur.
Prediksi Terjadinya Perang Dunia 3
CEO JPMorgan Jamie Dimon mengungkapkan bahwa dunia telah memasuki fase PD 3. Konflik Ukraina telah memicu dua kekuatan ideologi berbeda saling bersitegang. Dimon memprediksi Rusia akan bersekutu dengan Cina, Korea Utara, dan Iran untuk melawan AS dan negara yang tergabung di NATO. Akan tetapi, kondisi ini mungkin bisa berubah seiring dengan perubahan kepentingan negara-negara besar itu. (cnbcindonesia.com, 30-10-2024)
Prediksi terjadinya PD 3 tidak hanya muncul dari konflik Rusia dan Ukraina, tetapi juga kondisi perpolitikan di Timur Tengah. Timur Tengah yang memiliki sumber daya minyak melimpah membuat wilayah ini sangat rawan dengan konflik perebutan dan kontrol minyak dunia. Jika konflik di Timur Tengah meluas, negara-negara besar seperti AS, Rusia, serta Cina tentu akan terlibat dan bisa menimbulkan ketegangan politik.
Motif Perang Negara Adidaya
Konflik internasional yang terjadi dari awal sejarah hingga saat ini hanya memiliki dua motif, yakni cinta kepemimpinan dan kebanggaan pada ideologi; serta dorongan di balik manfaat materiel. Kedua motif ini telah mendorong negara-negara melakukan imperialisme dan mengeruk keuntungan dari negara jajahannya. Motif ini telah memicu keresahan di berbagai wilayah. Persaingan, konflik, dan perselisihan yang ada di dunia hari ini antara AS, Rusia, dan Cina baik yang terang-terangan ataupun tersembunyi, seperti masalah Iran, Afghanistan, Timur Tengah, dan konflik internasional lainnya merupakan akibat dari penjajahan dan dominasi untuk memperoleh manfaat materiel.
Nafsu untuk memperoleh manfaat dan kerakusan untuk menjajah telah menyeret dunia ini ke dalam kondisi yang rentan akan perang lokal ataupun perang dunia. Untuk menghindari terjadinya perang, dibentuklah berbagai kesepakatan, perjanjian, dan konferensi untuk sama-sama menjaga kepentingan negara adidaya. Faktanya, kesepakatan yang terjadi justru merupakan jalan legal bagi negara adidaya untuk mengeruk kekayaan sumber daya alam negara lain. Ketika negara adidaya ini saling berbenturan kepentingan, prediksi perang akan terus bermunculan menghiasi perpolitikan dunia.
Posisi Negeri Muslim
Meskipun AS dan Rusia memiliki latar belakang ideologi yang berbeda, tetapi kondisi ekonomi negara sosialis baik Rusia, Cina, dan Korut sudah sangat bergantung pada sistem ekonomi kapitalisme. Oleh karena itu, sangat sulit bahkan mustahil bagi negara sosialis untuk tampil sebagai negara nomor wahid di dunia hari ini. Adapun AS dan Inggris, keduanya merupakan ‘The Sick Man’ yang tinggal menanti ajal kematiannya. Ideologi kapitalisme telah menciptakan gelembung kebangkitan semu. Gelembung itu bisa meledak kapan saja dan menyeret seluruh negara penganutnya ke jurang kehancuran. Sungguh tak ada yang bisa diharapkan dari kapitalisme maupun sosialisme.
Di tengah memanasnya hubungan AS dan Rusia, sinyal kebangkitan justru muncul di negeri muslim. Umat Islam mulai mencari tahu penyebab kemunduran mereka dan mulai menyadari bahwa Islam merupakan sebuah ideologi yang harus mereka terapkan dalam kehidupan bernegara. Meski mendapat ancaman dari pemerintah setempat, semangat kaum muslim untuk menerapkan Islam tak pernah pudar. Sinyal kebangkitan Islam justru makin terlihat.
Islam adalah satu-satunya jalan perubahan bagi dunia. Islam memiliki konsep yang berbeda dengan kapitalisme dan sosialisme. Penyebaran Islam ke seluruh penjuru dunia bukan dalam rangka penjajahan, melainkan pembebasan agar negeri itu berhukum kepada hukum Islam. Penerapan Islam akan membawa rahmat bagi seluruh alam dan jauh dari kepentingan manusia.
Khatimah
Konflik kepentingan negara-negara di dunia telah mengantarkan pada kondisi yang rentan akan konflik politik dan peperangan. Semua itu bersumber dari penerapan ideologi yang bertentangan dengan fitrah manusia.
Berbeda dengan kapitalisme, penerapan Islam justru akan membawa kebaikan bagi seluruh alam. Sungguh, Allah telah berjanji akan kemenangan dan kebangkitan Islam. Islam akan berkuasa baik di belahan bumi timur maupun barat sebagaimana hadis Rasulullah yang diriwayatkan oleh Bukhari, “Sesungguhnya Allah telah melipat bumi dengan harapan hingga kulihat timur dan baratnya, kekuasaan umatku akan meliputi apa yang dilipat untukku.” Wallahu’alam bishowab.[]
sinyal kebangkitan Islam kian terlihat
Barakallah untuk mbak Arum Indah
Tak peduli bagamana pun kondisi negara-negara kapitalis, sudah saatnya umat Islam bersatu di bawah satu kepemimpinan dan bangkit kembali menjadi negara adidaya dengan syariat Islam.
Hadis yang dikutip di bagian akhir,,, Masya Allah... Bisyarah nubuwwah wa wa'dullah.
Kepentingan AS dan negara sekutunya, semoga menjadi kuburan mereka sendiri. Sinyal kebangkitan umat Islam akan menjadi jalan untuk kemenangan Islam.
Allahu Akbar.