Pengungsi Rohingya yang berharap hidup layak malah dijebak mafia penyelundupan orang hingga melakukan perjalanan maut di lautan. Nahasnya, setelah sampai di Indonesia mereka ditolak masyarakat.
Oleh. Ari Sofiyanti
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Setelah berhari-hari mengarungi lautan, terapung-apung tanpa kepastian, gelombang demi gelombang etnis Rohingya berlabuh di Indonesia. Masyarakat melaporkan ada satu unit kapal motor di lautan sejauh 4 mil dari pantai Labuhan Haji (18-10-2024). Setelah diselidiki, ada 150 orang imigran dan 3 orang di antaranya meninggal. Mereka ternyata nekat bertaruh nyawa lari dari pengungsian Cox's Bazar di Bangladesh.
Tidak lama berselang, di tanggal 24 Oktober sebanyak 152 orang yang terdiri dari 62 perempuan, 70 laki-laki, dan 20 anak-anak terdampar di perairan Kecamatan Labu, Deli Serdang. Setelah diselidiki lebih lanjut, mereka ternyata juga merupakan etnis Rohingya yang kabur dari pengungsian Cox's Bazar di Bangladesh.
Gelombang imigran belum habis, di pagi buta tanggal 31 Oktober kembali sebanyak 96 orang yang terdiri dari 37 laki-laki, 52 perempuan, dan tujuh anak-anak berlabuh di Desa Asan, Kecamatan Madat, Aceh Timur.
Indikasi Human Trafficking Rohingya
Kasus ini kemudian terkuak sebagai sindikat jaringan human trafficking. Para pemain perdagangan orang ini memangsa pengungsi Rohingya dengan iming-iming mendapat kehidupan yang lebih layak, korban rela membayar mahal. Keterangan polisi mengatakan, tiap orang harus menyetor 14 juta hingga 16 juta dalam kurs rupiah.
Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia Hikmahanto Juwana berpendapat bahwa UNHCR Bangladesh patut dicurigai sengaja meloloskan pengungsi Rohingya keluar dari penampungan. Hal ini diduga karena UNHCR Bangladesh tidak mampu mengelola tempat penampungan Cox’s Bazar menjadi tempat yang layak.
Sementara itu, pengungsi Rohingya yang berharap hidup layak malah dijebak mafia penyelundupan orang hingga melakukan perjalanan maut di lautan. Nahasnya, setelah sampai di Indonesia mereka ditolak masyarakat.
Sekat Nasionalisme Menzalimi Rohingya
Etnis Rohingya adalah satu kaum beridentitas muslim yang mengalami penindasan di antara kaum muslim lain yang serupa. Ketika opini dunia membela keadilan bagi Palestina, Rohingya justru mendapatkan yang sebaliknya. Mereka dibantai di tanah airnya sendiri, lalu melarikan diri dalam perjalanan mematikan yang mana ratusan atau ribuan orang lainnya masih tidak jelas rimbanya hilang di lautan lepas. Mereka terperangkap di kapal, mengharap kehidupan layak di tanah seberang hanya untuk diperdagangkan dan mimpi buruk lainnya.
Percaturan geopolitik dunia memang kompleks. Kita mungkin merasa apa yang terjadi di Palestina dan Myanmar adalah masalah negaranya masing-masing. Namun, di balik itu ada hal yang saling berhubungan. Dokumen Kementerian Luar Negeri Israel setebal 25 ribu halaman yang dirilis media Haaretz mengungkapkan adanya hubungan antarmiliter Israel dengan Myanmar. Hubungan setia ini ditunjukkan dengan pasokan senjata dari Israel ke Myanmar. Myanmar juga disebut mengikut jejak Israel untuk menginvasi dan merampas tanah. Hal ini terbukti dengan pangkalan militer yang berdiri di wilayah yang dihuni etnis minoritas. Ketika wajah Israel di dunia khususnya di Indonesia sedang jatuh karena membantai Palestina, isu Rohingya dimainkan. Mereka di-framing dan diviralkan sebagai pengungsi menyebalkan, beban masyarakat, dan tidak tahu terima kasih.
Baca: Derita Rohingya, Derita Kita
Palestina dan Rohingya adalah sama-sama kaum muslim yang menjadi korban doktrin kebencian. Darah mereka tertumpah dengan mudah tanpa perlindungan. Sementara itu, negeri-negeri kaum muslim hanya beretorika tanpa mampu membebaskan nasib mereka.
Kaum muslim hari ini melupakan identitas aslinya. Kita sibuk dengan sekat kebangsaan dan berfokus pada ini masalah bangsa Indonesia, itu masalah etnis Rohingya. Saat ini kita tidak lagi menjadi umat Islam yang satu.
Rohingya adalah saudara yang terlupakan. Hal ini karena kita juga tak mengenali dari peradaban mana kita dilahirkan. Sesungguhnya kita sama-sama lahir dari rahim Islam. Sejarah mencatat, peradaban Islam dari masa Rasul, Khulafaur Rasyidin, hingga Khilafah Utsmaniyah telah mempersatukan seluruh kaum muslim dalam institusi negara yang sama. Berawal dari daratan Madinah yang kecil lalu meluas hingga ke benua Asia termasuk Burma dan Nusantara. Islam melarang perlakuan diskriminatif terhadap bangsa mana pun yang tinggal dalam naungan Khilafah.
Sejarah Keadilan Khilafah
Bukti sejarah ditunjukkan oleh surat seorang rabi (pemuka agama Yahudi) yang dimuat dalam buku Konstantinopel: Kota Keinginan Dunia 1453-1924 yang ditulis Philip Mansel, sejarawan Inggris, pada 1995. Rabi tersebut mengimbau pada kaum Yahudi agar segera mengungsi ke wilayah Khilafah setelah penganiayaan yang mereka terima di Eropa. Khilafah menerima ribuan kaum Yahudi yang lari dari Andalusia saat jatuh ke tangan Raja Ferdinand dan Ratu Isabella.
Persoalan yang terjadi dalam Khilafah bukan menjadi persoalan bangsa tertentu, tetapi telah menjadi persoalan seluruh muslim. Ini termaktub dalam hadis Nabi saw.,
“Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal saling mengasihi, mencintai, dan menyayangi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga dan panas (turut merasakan sakitnya).” (HR. Bukhari No. 6011 dan Muslim No. 2586)
Khilafah juga bertanggungjawab atas perlindungan seluruh warganya. Rasulullah saw. bersabda,
“Sesungguhnya seorang imam itu [laksana] perisai. Ia akan dijadikan perisai yang orang-orang akan berperang di belakangnya, dan digunakan sebagai tameng. Jika ia memerintahkan bertakwa kepada Allah ‘Azza wa Jalla dan adil, maka dengannya ia akan mendapatkan pahala. Akan tetapi, jika ia memerintahkan yang lain, ia juga yang akan mendapatkan dosa/azab karenanya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Khatimah
Demikian identitas muslim kita meniscayakan persatuan ideologi dan negara. Karena itu untuk menyelesaikan penderitaan muslim Rohingya, harus ada persatuan kaum muslim dalam tali ideologi Islam dan negara Khilafah agar mereka dapat kembali hidup layak bahkan mulia. Oleh karena itu, Khilafah wajib membebaskan Rohingya dari rezim yang membenci mereka dengan jihad. Khilafah wajib melindungi jiwa dan hartanya, memberi mekanisme tempat tinggal, menjamin mekanisme nafkah, kebutuhan kesehatan, dan pendidikan berkualitas. Semua itu diurus oleh khalifah dan menjadi amanah yang akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah.
Wallahu a'lam bishowab. []
Sekat negara bangsa telah memenjarakan kaum muslim sampai-sampai mereka tak bisa berbuat apa-apa lagi ketika saudaranya ditindas dan dizalimi. Saatnya Islam hadir sebagai pelindung terbaik dan hakiki. Barakallah mba @Ari
Sekat nasionalisme sungguh mengerikan, menjadikan muslim tak mampu melindungi muslim lainnya.
Tiadanya persatuan dan kesatuan membuat muslim terpecah belah dan terzalimi.
Kezaliman menimpa saudara muslim begitu rupa dan kita tidak bisa berbuat apa2...
Sungguh menyedihkan...
Ya Allah.. bertumpuk-tumpuk dosa kita akibat pengabaian terhadap kezaliman yang menimpa saudara-saudara kita. Astsghfirullah