Perbedaan batas maksimum residu pestisida di berbagai negara merupakan hal wajar di sistem ekonomi kapitalisme. Dalam sistem ini, setiap negara bebas mengatur regulasinya.
Haifa Eimaan
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-"Dengan air itu kami tumbuhkan bagimu kebun-kebun kurma dan anggur yang di dalamnya terdapat buah-buahan yang banyak dan darinya kamu boleh makan." (TQS. Al-Mu’minun: 19-20)
Kutipan ayat di atas menyebut dua jenis buah, kurma dan anggur. Sebagaimana kurma, anggur juga sangat istimewa. Ia disebutkan sebanyak 14 kali dalam Al-Qur'an. Bentuknya pun sangat estetis saat masih melekat di tangkainya dan menjuntai di antara rerimbun daun-daunnya. Luar biasa indah. Terlebih lagi bila sudah tersaji di meja makan. Masyaallah!
Dari sisi kesehatan, buah anggur sangat kaya dengan antioksidan. Kandungan flavonoid, polifenol, dan quercetin pada anggur bisa mencegah penyakit jantung. Kolesterol jahat pun takluk dengan khasiat anggur. Indeks glikemiknya yang rendah sangat aman untuk dikonsumsi penderita diabetes. Satu lagi, anggur bisa memberi efek menenangkan pada otak. (bbcgoodfood.com, 16-11-2021)
Ragam Varietas Anggur
Keistimewaan anggur makin sempurna dengan beragam warna dan rasanya. Beda warna, beda cita rasa. Ungkapan ini cocok untuk anggur. Rasa dan warna anggur beragam sesuai varietasnya. Ada yang manis, asam, dan asam manis. Contoh anggur manis adalah Thompson Seedless dan Muscat yang warna kulitnya hijau atau hijau kekuningan.
Anggur merah pun banyak ragamnya. Ada anggur Himrod, Red Globe, dan Crimson Seedless yang memiliki cita rasa manis, tetapi ada jejak asam. Teksturnya agak keras dan kaya air. Anggur Red Globe merupakan anggur merah paling populer di dunia karena rasanya manis menyegarkan.
Demikian pula dengan jenis-jenis anggur ungu kehitaman, ada jenis Concord dan Jupiter yang mudah ditanam di Indonesia. Kulitnya cenderung tebal, daging buahnya bening, berbiji banyak, dan rasa manis asamnya merata. Adakalanya rasanya dominan kecut. Berasa kena prank kalau rezekinya dapat anggur kecut pol.
Di pasar-pasar lokal, lebih banyak ditemui anggur ungu kehitaman. Harganya juga cenderung lebih murah sekitar 17 ribu rupiah. Coba bandingkan dengan anggur impor! Sekilo anggur impor rata-rata di atas 50 ribu rupiah, bahkan ada yang menyentuh harga ratusan ribu per kilonya. Bila berkesempatan memakannya, serasa auto bertransformasi menjadi sultan.
Oleh karena itu, bila ada anggur impor dijual dengan harga murah per kilonya, mak-mak gelap mata buru-buru memborongnya. Kadang, begitu tiba di rumah lupa dicuci, langsung dikonsumsi. Abai dengan residu pestisida yang mungkin masih ada, padahal itu berbahaya seperti temuan di Thailand.
Residu Pestisida pada Anggur Shine Muscat di Thailand
Nah, belum lama ini, tepatnya pada 24 Oktober, Jaringan Peringatan Pestisida Thailand (Thai-PAN), Dewan Konsumen Thailand (TCC), serta Administrasi Makanan dan Obat-obatan (FDA) negara itu mengumumkan hasil tes residu di anggur Shine Muscat. Hasil tes laboratoriumnya, dari 24 sampel yang diuji kadar residu pestisidanya, hanya 1 sampel lolos uji, sedangkan 23 lainnya angka kontaminasinya tinggi. (freshplaza.com, 30-10-2024)
Anggur-anggur ini diimpor dari Cina. Bahan kimia berbahaya yang mengontaminasi adalah insektisida organofosfat jenis chlorpyriphos. Insektisida ini sering digunakan untuk mengendalikan serangga pada tanaman pertanian, perkebunan, dan juga sebagai insektisida rumah tangga. Zat ini dilarang penggunaannya di Thailand. (bangkokpost.com, 29-10-2024)
Dampak yang mungkin terjadi akibat menelan makanan terkontaminasi chlorpyriphos yakni gangguan pada sistem saraf, seperti sakit kepala, mual, dan kesulitan bernapas. Paparan pada tingkat yang lebih tinggi dapat menyebabkan keringat berlebih, kehilangan kendali usus, tremor otot parah, kejang, kehilangan kesadaran (koma), bahkan kematian. (cdc.gov, 24-11-2024)
Atas temuan fakta ini, Badan Pengawas Obat dan Makanan Thailand (FDA) mengumumkan rencana untuk lebih mengintensifkan lagi penyaringan buah-buahan dan sayuran. Demi keselamatan konsumen, FDA akan memperluas daftar bahan kimia dan pestisida yang dilarang. Selain itu FDA juga akan meningkatkan jumlah sampel dari 500 pengujian menjadi 5.000 per tahun.
Anggur Shine Muscat di Indonesia dan Negara Sekitar
Kasus yang terjadi di Thailand memicu kepanikan di sejumlah negara di Asia Tenggara, seperti Indonesia, Malaysia, dan Singapura. Di Malaysia, hasil uji residu pestisida terhadap anggur Shine Muscat yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan (MoH) tidak terbukti mengandung residu kimia yang melebihi batas maksimal. Sebanyak 5.561 sampel buah telah diuji di Malaysia. Singapura turut mengumumkan hasil uji laboratoriumnya pada 30 Oktober. Badan Pangan Singapura menyatakan tidak menemukan bahan kimia berbahaya pada anggur impor Shine Muscat. (liputan6.com, 1-11-2024)
Bagaimana dengan Indonesia? Melalui Badan Pangan Nasional (Bapanas), uji sampel terhadap anggur hijau ini juga telah dilakukan. Hasilnya, dari 90 persen sampel yang diuji tidak didapati kandungan residu yang berbahaya. Sementara itu, 10 persennya merupakan residu dalam batas aman untuk dikonsumsi.
Mengapa Hasil Uji Laboratoriumnya Berbeda?
Dikutip dari laman resmi National Pesticide Information Center, setiap negara memiliki peraturan batas maksimum residu yang berbeda-beda. Dengan ketentuan ini, jumlah residu pestisida yang diizinkan pada buah dan sayur tertentu di satu negara bisa jadi berbeda dengan negara lain. Untuk kasus anggur Shine Muscat, batas residu maksimal yang diizinkan di Thailand 0,01 miligram per kilogram buah. Adapun Indonesia, batas residu amannya 0,01 s.d. 25 miligram per kilogram anggur. (kompas.com, 1-11-2024)
Perbedaan batas maksimum residu pestisida di berbagai negara merupakan hal wajar di sistem ekonomi kapitalisme. Dalam sistem ini, setiap negara bebas mengatur regulasi berdasarkan kebutuhan ekonomi dan kepentingan pasar mereka. Di negara maju, penetapan batas maksimum residunya cenderung ketat untuk merespons tuntutan masyarakat akan produk berkualitas tinggi. Di sisi lain, sekaligus menciptakan peluang pasar untuk produk premium seperti buah dan sayur organik yang harganya bisa selangit.
Sebaliknya, di negara-negara berkembang, batas maksimum residu pestisida bisa lebih longgar. Hal ini karena fokus utama negara berkembang terletak pada peningkatan ketersediaan bahan pangan, menggenjot produksi dalam negeri, dan pengurangan biaya produksi. Pestisida digunakan agar hasil produksinya optimal demi menjaga daya saing di pasar global.
Perbedaan standar ini juga bisa menjadi alat negosiasi dalam perdagangan internasional. Antarnegara tawar-menawar harga dan kebijakan berdasarkan standar keamanan pangan yang ditetapkan. Negara dengan standar batas maksimum residu ketat cenderung akan memproteksi produk impor demi melindungi produk-produk dalam negeri dan keamanan pangan rakyatnya. Sementara itu, negara-negara yang longgar akan mendapatkan harga produk impor murah, tetapi dengan risiko terkontaminasi residu dengan kadar lebih tinggi.
Standar Batas Maksimum Residu Pestisida
Rumitnya persoalan anggur ibarat seutas benang yang turut menciptakan kelindan kekusutan seluruh aspek kehidupan. Apabila dipereteli satu per satu, tidak akan ada yang beres dalam sistem ekonomi kapitalisme. Penyelesaian satu persoalan akan memunculkan permasalahan baru.
Begitu pula dengan masalah anggur yang sudah jauh melampaui hakikat penciptaannya. Allah menciptakan anggur untuk memenuhi kebutuhan gizi dan sebagai obat, bukan justru memicu munculnya penyakit baru dengan residu-residu pestisida. Anggur juga bukan sekadar komoditas pertanian yang dibudidayakan demi teraihnya keuntungan sebesar-besarnya, tetapi menyimpan risiko penyakit.
Anggur yang kaya khasiat merupakan salah satu tanda kekuasaan Allah Swt. seperti yang termaktub di dalam surah An-Nahl ayat 11, “Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanaman-tanaman, (yakni) zaitun, kurma, anggur, dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan.''
Pada masa Rasulullah saw., anggur telah umum dibudidayakan dalam skala besar untuk diperjualbelikan, dikonsumsi buahnya, ataupun dibuat kismis. Tentu kita masih ingat tentang kisah Rasulullah saw. yang berteduh di kebun anggur. Kebun itu dijaga oleh dua orang lelaki di Thaif. Keberadaan penjaga ini mengindikasikan betapa luasnya kebun anggur itu.
Baca juga: Anggur, Buah Imut Berjuta Manfaat
Pada masa itu, pestisida sintetis belum dikenal. Petani anggur mengandalkan bahan-bahan alami baik untuk menyuburkan tanah maupun menghalau serangga dan hama. Pengetahuan yang mendalam tentang siklus tanaman, iklim, dan perilaku hama memungkinkan mereka untuk memprediksi masalah dan mengambil tindakan pencegahan. Meskipun hasil panen mungkin tidak sebesar dan secepat pertanian modern, metode ini lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Pada masa-masa berikutnya, ahli botani muslim bermunculan, seperti Al-Qalanisi, Ibn As-Suri, dan Ad-Dinawari. Ad-Dinawari menulis Kitab an-Nabat. Kitab ini merupakan rujukan utama ilmu botani dan pengembangannya sepanjang abad kesembilan. Sementara itu, Al-Qalanisi menulis buku Aqrabadhin pada abad ke-12. Bukunya membahas tentang kehidupan tanaman mulai dari pengaruh cuaca terhadap tanaman, pengembangbiakan tanaman dengan intervensi manusia, mineral-mineral yang dapat menjaga tanaman dari serbuan hama, bahkan disertakan pula formula membuat cairan pembasmi hama dari bahan-bahan alami. Pada abad ke-12 juga, Ibn as-Suri menulis buku yang dikenal di Barat berjudul Materia Medica. Buku kajian botani ini lengkap dengan ilustrasinya yang berwarna.
Keberadaan para ahli botani ini difasilitasi oleh Khilafah. Laboratorium-laboratorium penelitian dibangun demi terkuaknya rahasia-rahasia tanaman, baik cara membudidayakan maupun khasiatnya. Semuanya demi kemaslahatan, bukan keuntungan. Ketika masyarakat sehat, ibadah pun lancar. Bila sewaktu-waktu ada panggilan jihad, yang maju ke medan perang adalah orang-orang yang sehat jasmani dan rohaninya.
Khatimah
Dengan demikian, tidak ada standar batas maksimum residu di dalam Islam sebab seluruh produk makanan harus bebas dari residu berbahaya sebagai syarat tayib. Dengan kata lain, seluruhnya harus zero residue. Khilafah menjadi penjamin atas makanan-makanan ini hingga aman dikonsumsi tanpa waswas, menyehatkan, dan menguatkan tubuh. Kasus anggur Shine Muscat niscaya tidak akan pernah terjadi dalam peradaban Islam.[]
Memang ya jaminan keamanan pangan dalam sistem saat ini sangat minim. Tidak hanya halal yg harus dipastikan, tetapi juga aspek thayib dari makanan.
Kalau dalam Islam, sudah pasti jaminan keamanan pangan terpenuhi.
Hidup di tengah-tengah sistem kapitalisme selalu saja didera rasa khawatir. Kita harus ekstra hati-hati dalam memilih sesuatu termasuk buah anggur. Terbukti hanya Islam yang mampu memberikan rasa nyaman. Barakallah mba @Haifa
Kehidupan dalam sistem kapitalisme memang membuat waswas. Berbeda dengan kehidupan dalam sistem Islam yang tegak atas landasan keimanan dan ketakwaan kepada Allah Taala
Kalau saya mau makan anggur, rendam dulu menggunakan air rendaman yang sudah ditetesi cuka apel. Lebih memilih lokal daripada import. Dengan pertimbangan kadar pengawetnya lebih sedikit.
MasyaAllah, artikel yang mencerahkan. Lagi rame masalah anggur ini. Padahal anggur ini sempat ada diskon di beberapa gerai supermarket. Sistem saat ini membuat was was, meski mau mengonsumsi buah yang harusnya sehat.