Banjir Langka di Gurun Maroko

Banjir Langka di Gurun Maroko

Fenomena banjir langka di gurun Maroko dan Aljazair adalah contoh dari dampak langsung sistem ekonomi yang mengabaikan dampak lingkungan.

Oleh. Vega Rahmatika Fahra, S.H.
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Banjir yang terjadi di kawasan gurun Maroko dan Aljazair pada akhir tahun 2024 menjadi peristiwa langka, pertama kali terjadi dalam hampir 50 tahun. Banjir ini dipicu oleh curah hujan ekstrem yang jauh melampaui rata-rata tahunan di wilayah yang biasanya menerima curah hujan sangat minim, di bawah 250 mm per tahun. Di Maroko, daerah seperti Tagounite mengalami lebih dari 100 mm hujan dalam 24 jam, jumlah yang mencakup sepertiga dari curah hujan tahunan normal mereka. Curah hujan ini juga memenuhi danau kering seperti Danau Iriqui yang sudah tidak terisi air selama puluhan tahun. (independent.co.uk, 08-10-2024)

Selain Maroko, wilayah di Aljazair juga mengalami kerusakan besar dengan puluhan rumah hancur dan infrastruktur seperti jalan, listrik, dan jaringan air rusak berat. Akibatnya, lebih dari 20 orang dilaporkan meninggal dunia di kedua negara dan pemerintah kedua negara telah mengirim pasukan bantuan untuk menangani korban banjir serta memperbaiki infrastruktur yang rusak. (africanews.com, 10-10-2024)

Penyebab Banjir Langka Maroko

Banjir di Maroko dan Aljazair ini tidak muncul secara tiba-tiba tanpa penyebab ilmiah yang jelas. Salah satu penyebab utamanya adalah perubahan pola cuaca global yang makin ekstrem dan sebagian besar dipengaruhi oleh fenomena perubahan iklim. Kondisi atmosfer yang berubah akibat pemanasan global memengaruhi pola angin, suhu laut, dan pola hujan.

Beberapa ahli meteorologi juga menunjukkan adanya fenomena siklon Mediterania yang langka, yaitu badai yang menyerupai siklon tropis, tetapi terbentuk di wilayah Mediterania. Siklon ini membawa udara lembab dan curah hujan yang tinggi ke kawasan yang biasanya kering seperti Maroko dan Aljazair. Ketika siklon ini mencapai wilayah gurun, hujan deras jatuh dalam jumlah yang tidak wajar, menyebabkan banjir yang meluas.

Selain itu, pemanasan global yang disebabkan oleh emisi gas rumah kaca dari aktivitas manusia, seperti industri dan transportasi, telah menyebabkan peningkatan suhu bumi secara keseluruhan. Ketika suhu global meningkat, atmosfer menjadi lebih mampu menahan uap air yang pada akhirnya meningkatkan intensitas hujan ketika uap air tersebut dilepaskan. Inilah yang menjadi penyebab curah hujan ekstrem yang melanda Maroko dan Aljazair, daerah yang biasanya sangat kering.

Dampak Banjir Langka

Meskipun banjir sering kali dipandang sebagai bencana, ada beberapa dampak positif yang dapat diambil dari fenomena ini, terutama bagi kawasan yang biasanya mengalami kekeringan. Banjir di gurun Maroko dan Aljazair membawa air dalam jumlah besar yang sangat dibutuhkan di wilayah tersebut. Air dari banjir ini dapat membantu mengisi kembali sumber daya air yang biasanya sangat terbatas, seperti sungai, waduk, dan sumur. Hal ini tentunya akan berdampak positif bagi pertanian dan peternakan di daerah yang bergantung pada air hujan untuk bertahan hidup. Ketersediaan air yang lebih tinggi dapat meningkatkan hasil pertanian dan membantu masyarakat yang selama ini berjuang dengan kekurangan air.

Namun, di sisi lain, dampak negatif dari banjir ini jauh lebih signifikan. Banjir di wilayah yang tidak siap menghadapi curah hujan tinggi dapat menghancurkan infrastruktur seperti jalan, jembatan, dan bangunan. Karena gurun tidak memiliki sistem drainase yang memadai untuk mengatasi banjir, air hujan yang meluap menyebabkan kerusakan besar pada rumah-rumah penduduk dan fasilitas umum. Banyak orang yang terpaksa mengungsi dari rumah mereka karena hancur atau terendam air. Selain itu, banjir ini juga mengakibatkan kerugian ekonomi yang besar, termasuk hilangnya hasil pertanian dan ternak yang merupakan sumber penghidupan utama bagi sebagian besar penduduk setempat.

Dampak negatif lainnya adalah meningkatnya risiko penyakit akibat air kotor yang meluap sehingga dapat mencemari sumber air minum. Banjir juga dapat menyebabkan hilangnya nyawa, baik karena tenggelam atau kecelakaan yang disebabkan oleh derasnya arus air.

Perubahan Iklim dan Kapitalisme

Banjir langka di Maroko dan Aljazair bukanlah peristiwa yang terjadi secara tiba-tiba. Seluruh dunia saat ini sedang menghadapi perubahan iklim yang makin ekstrem, dengan bencana alam seperti banjir, kekeringan, gelombang panas, dan badai yang makin sering terjadi. Penyebab utama dari perubahan iklim ekstrem ini adalah aktivitas manusia yang tidak terkendali dalam rangka memaksimalkan produksi industri. Sistem ekonomi kapitalisme yang mendominasi dunia saat ini mendorong eksploitasi alam secara besar-besaran demi keuntungan tanpa memperhatikan dampak jangka panjang terhadap lingkungan.

Baca juga: Perubahan Cuaca Ekstrem, Wajarkah?

Kapitalisme dengan fokusnya pada pertumbuhan ekonomi dan keuntungan pribadi, sering kali mengabaikan keberlanjutan lingkungan. Industri-industri besar yang beroperasi berdasarkan prinsip kapitalisme cenderung menghasilkan polusi, menebang hutan secara berlebihan, serta menggunakan bahan bakar fosil dalam jumlah besar untuk memproduksi barang dan energi. Semua aktivitas ini berkontribusi pada peningkatan emisi karbon dioksida dan gas rumah kaca lainnya yang menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim.

Fenomena seperti banjir di gurun Maroko dan Aljazair adalah contoh dari dampak langsung yang dihasilkan oleh sistem ekonomi yang hanya berfokus pada produksi tanpa mempertimbangkan dampaknya terhadap lingkungan. Jika sistem ini terus berlanjut, frekuensi dan intensitas bencana alam yang disebabkan oleh perubahan iklim akan terus meningkat sehingga mengancam kehidupan manusia dan ekosistem di seluruh dunia.

Cara Islam Mengatasi Cuaca Ekstrem

Sistem Islam, khususnya dalam pemerintahan Khilafah, memiliki solusi yang komprehensif dalam mengatasi berbagai tantangan, termasuk cuaca ekstrem yang merupakan salah satu akibat dari perubahan iklim. Dalam pandangan Islam, manusia memiliki tanggung jawab sebagai khalifah di bumi, yang berarti mereka harus menjaga lingkungan dan alam yang telah Allah titipkan.

Ada beberapa cara sistem Islam dapat mengatasi cuaca ekstrem:

Pertama, pemahaman bahwa bumi adalah amanah.

Dalam Islam, manusia diamanahi untuk menjaga bumi dan seisinya. Manusia harus menjaga keseimbangan alam dan mengelola sumber daya alam dengan bijak. Eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan dan perusakan lingkungan yang disebabkan oleh keserakahan manusia dilarang dalam Islam. Prinsip ini mendorong tindakan preventif terhadap cuaca ekstrem yang makin sering terjadi akibat rusaknya lingkungan.

“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (TQS. Ar-Rum: 41)

Kedua, pengelolaan SDA dengan bijaksana.

Dalam sistem Khilafah, negara bertanggung jawab untuk mengelola sumber daya alam secara adil dan bijaksana. Negara tidak boleh mengeksploitasi alam secara berlebihan hanya demi keuntungan ekonomi jangka pendek. Prinsip ini bertentangan dengan praktik kapitalisme yang sering kali mengeksploitasi sumber daya alam tanpa memperhatikan kelestarian lingkungan sehingga menyebabkan bencana seperti banjir langka di Maroko.

Islam menekankan bahwa sumber daya seperti air, hutan, dan tanah adalah milik umum dan harus dikelola untuk kesejahteraan seluruh masyarakat, bukan hanya segelintir pihak. Nabi Muhammad saw. bersabda, "Kaum muslim berserikat dalam tiga perkara: padang rumput, air, dan api (energi)." (HR. Abu Dawud).

Dengan demikian, Khilafah akan menerapkan kebijakan yang melarang eksploitasi berlebihan terhadap sumber daya alam yang dapat mengurangi risiko terjadinya bencana alam dan cuaca ekstrem seperti banjir, kekeringan, atau perubahan suhu ekstrem.

Ketiga, penerapan kebijakan lingkungan yang ketat.

Sistem Islam mendorong penerapan kebijakan lingkungan yang menjaga keseimbangan ekosistem dan mencegah terjadinya kerusakan yang lebih parah. Misalnya, negara Khilafah akan memberlakukan regulasi ketat terhadap industri-industri yang mencemari lingkungan, termasuk mengurangi emisi gas rumah kaca yang menjadi penyebab utama perubahan iklim.

Islam mendorong kebijakan yang mendorong pemanfaatan sumber daya terbarukan, seperti energi matahari dan angin, yang lebih ramah lingkungan. Islam melarang pemborosan dan penggunaan sumber daya secara berlebihan. Dalam kehidupan sehari-hari, umat Islam diajarkan untuk tidak berlebihan dalam menggunakan air dan menjaga kebersihan lingkungan. Semua ini membantu mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dan mengurangi intensitas cuaca ekstrem.

Empat, mitigasi dan adaptasi terhadap cuaca ekstrem.

Islam mengajarkan bahwa bencana alam, termasuk banjir langka, adalah ujian dari Allah. Namun, manusia harus berusaha untuk meminimalkan dampaknya. Negara Khilafah akan menerapkan langkah-langkah mitigasi dan adaptasi untuk menghadapi cuaca ekstrem. Langkah-langkah tersebut meliputi:

  • Membangun infrastruktur yang tangguh. Negara akan membangun infrastruktur seperti bendungan, kanal, dan sistem drainase yang efektif untuk mengatasi banjir. Negara juga akan memprioritaskan bangunan yang tahan terhadap cuaca ekstrem seperti angin kencang atau badai.

  • Mengelola wilayah secara bijaksana. Wilayah yang rentan terhadap cuaca ekstrem, seperti daerah pesisir atau gurun, akan dikelola dengan lebih hati-hati. Penataan ruang akan diatur sedemikian rupa sehingga pembangunan dilakukan dengan memperhatikan risiko lingkungan.

  • Pendidikan dan kesadaran masyarakat. Negara Khilafah juga akan mendidik masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan dan bagaimana beradaptasi dengan cuaca ekstrem. Kesadaran akan bahaya perubahan iklim dan cuaca ekstrem akan ditanamkan dalam masyarakat sejak dini sehingga mereka siap menghadapi bencana dengan pengetahuan dan tindakan yang tepat.

Lima, keadilan sosial dalam pengelolaan sumber daya.

Salah satu prinsip penting dalam sistem Khilafah adalah keadilan sosial. Negara akan memastikan distribusi sumber daya yang adil sehingga tidak ada kelompok masyarakat yang kekurangan atau terdampak secara tidak proporsional oleh bencana alam atau cuaca ekstrem. Islam menekankan bahwa negara harus melindungi kelompok masyarakat yang paling rentan, termasuk mereka yang tinggal di wilayah rawan bencana.

Dalam hal terjadi bencana atau cuaca ekstrem, negara Khilafah bertanggung jawab untuk memberikan bantuan yang cepat dan memadai kepada korban bencana. Hal ini didasarkan pada prinsip bahwa pemerintah bertanggung jawab untuk melindungi rakyatnya.

Enam, mengurangi kerusakan ekologis akibat kapitalisme.

Kapitalisme dengan prinsip keuntungannya telah menyebabkan kerusakan lingkungan yang masif, termasuk perubahan iklim yang berdampak pada cuaca ekstrem. Sistem Islam secara tegas menolak perilaku rakus dan eksploitasi lingkungan untuk keuntungan jangka pendek. Khilafah akan menolak model ekonomi yang merusak ekosistem bumi dan mendorong alternatif yang lebih berkelanjutan.

Dalam pandangan Islam, negara tidak hanya bertanggung jawab untuk kesejahteraan ekonomi jangka pendek, tetapi juga keberlanjutan ekologi jangka panjang. Dengan kebijakan yang mendukung keharmonisan antara manusia dan lingkungan, dampak negatif terhadap alam seperti yang disebabkan oleh industri besar-besaran dalam sistem kapitalisme dapat diminimalkan sehingga cuaca ekstrem pun dapat dikurangi.

Khatimah

Sistem Islam melalui Khilafah menawarkan solusi menyeluruh dalam menghadapi cuaca ekstrem. Prinsip Islam yang menekankan tanggung jawab terhadap bumi, pengelolaan sumber daya yang adil, kebijakan lingkungan yang ketat, dan penegakan keadilan sosial adalah fondasi yang kuat untuk mencegah dan mengatasi dampak cuaca ekstrem. Selain itu, mitigasi dan adaptasi terhadap bencana alam merupakan kewajiban negara yang dilaksanakan dengan serius tanpa mengabaikan aspek perlindungan terhadap rakyat dan keberlanjutan lingkungan. Islam menyediakan kerangka yang harmonis antara manusia dan alam sehingga menjamin kesejahteraan rakyat tanpa mengorbankan masa depan bumi.

Wallahua'alam bishawab. []

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Vega Rahmatika Fahra SH Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Tulang Rusuk Menyangga Tulang Punggung
Next
Mengkritisi Agenda SDGs Dunia
5 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

3 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Deena
Deena
30 days ago

Banyak bencana yang terjadi akibat ulah manusia sendiri. Pengelolaan alam yg menyalahi syariat pasti akan berdampak bagi manusia dan kehidupan di bumi.
Karena itu, manusia harus menyadari dan kembali mengikuti aturan-Nya.
Adapun bencana yg berada di luar jangkauan manusia, harus diterima dengan sabar dan segera memperbaiki kerusakan yg diakibatkannya serta mengambil langkah2 antisipatif untuk masa depan.

Yuli Sambas
Yuli Sambas
30 days ago

Lagi-lagi, kapitalisme biang dari kerusakan yang terjadi.

Netty
Netty
30 days ago

Baarakallahu fiik mbak

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram