Industri Manufaktur Kolaps, Ekonomi Kian Tersungkur

Industri Manufaktur Kolaps

Perdagangan bebas dengan Cina telah membuat bencana. Industri manufaktur Indonesia mati kutu, tidak sanggup bersaing dalam harga.

Oleh. N' Aenirahmah
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com- Perekonomian Indonesia terus dirundung duka, makin terpuruk, dan anjlok dalam satu dekade ini. Hal ini ditandai dengan adanya pabrik-pabrik tekstil, garmen, dan industri manufaktur yang gulung tikar. Tak bisa dihindari berdampak pada pemutusan hubungan kerja terhadap para karyawannya.

Alarm bencana di industri manufaktur pun makin berbunyi nyaring, membuyarkan lamunan terwujudnya perekonomian yang sehat dengan adanya globalisasi. Apa yang terjadi pada kuartal pertama tahun 2024 membuat industri manufaktur terhenyak mendapati kenyataan pabrik sepatu "Bata" di Purwakarta yang legendaris telah menghentikan produksinya.

Pembatasan impor bahan baku hingga kurangnya inovasi merek, digadang-gadang sebagai penyebab utama di balik penutupan PT Sepatu Bata Tbk tersebut. Inilah bencana industri manufaktur yang kian menambah kelamnya perekonomian Indonesia. Bukan hanya PT Sepatu Bata Tbk saja, bencana industri manufaktur pun dialami pabrik sepatu lainnya yang menghentikan operasional atau bangkrut, padahal industri manufaktur Indonesia di masa lalu mampu bersaing di pasar dunia.

Hal ini berdasarkan berita yang dilansir oleh detik.com (12-10-2024), "Dahulu industri manufaktur Indonesia pernah menguasai 20% sepatu olahraga dunia, tetapi kini kondisinya makin anjlok, yang tersisa hanya 2% saja." Begitulah Teten Masduki, sebagai Menteri Koperasi dan Usaha, Kecil, Menengah (Menkop UMKM) memaparkan dalam acara 15th Kompas 100 CEO Forum yang digelar secara daring pada Jumat, 11 Oktober 2024.

Dikatakan bencana karena menimbulkan efek badai PHK yang menelan korban hingga menembus angka 70.000 pekerja. Tidak dimungkiri, ketika suatu negeri rakyatnya tidak produktif atau banyak pengangguran, bisa dipastikan akan menimbulkan problem baru, yakni perekonomian tidak stabil, kriminalitas meningkat, dan buruknya kualitas hidup masyarakat.

Regulasi Cipta Kerja, tetapi Menyuburkan PHK

Janji pemimpin negeri yang akan membuka sejuta lapangan kerja pun pupus sudah. Tidak mungkin terealisasi karena sudah datang masa purnabakti. Terjadinya bencana di industri manufaktur tidak lepas dari tumpang tindihnya kebijakan pemerintah. Adanya UU Penanaman Modal Asing, UU Ciptaker, malah membuat babak belur industri dalam negeri.

Adanya undang-undang seputar industri yang berpihak kepada korporasi, beban pajak yang tinggi, dan kebijakan impor yang tidak berpihak pada produk lokal menambah sengkarut kompleksnya industrialisasi dalam negeri. Di sisi lain, Indonesia menargetkan menjadi negara dengan industri tangguh pada tahun 2035 dengan memiliki struktur industri nasional yang kuat, mampu berdaya saing global, dan berbasis inovasi serta teknologi. Sayangnya, hanya sebatas target yang membuai mimpi anak negeri, kenyataannya anak bangsa meringis sampai tak kuat menangis lagi.

Hegemoni Kapitalis dalam Persaingan Industri Global

Globalisasi dan pasar bebas dunia yang dimotori AS, disinyalir menjadi sumber malapetaka bagi industri-industri yang ada di negara berkembang. Melalui Word Trade Organization (WTO) dibuatlah aturan perdagangan global yang menjadi senjata efektif bagi negara-negara maju seperti AS dan Uni Eropa. Tujuannya agar semua anggota mau membuka pasarnya dengan tanpa halangan tarif bea masuk maupun ketentuan kuota impornya (bebas proteksi).

Tak cukup melalui WTO saja, keserakahan kapitalis untuk menguasai negara ketiga dengan membuka perusahaan-perusahaan di negara yang menjadi objek ekspornya. Karena itu, dibukalah Multi National Coorporation (MNC) di negara-negara sasarannya. Dengan membuka langsung perusahaan di negara tempat pemasarannya maka mereka bisa menjual lebih murah. Hegemoni kapitalis Barat pun terus berlanjut melalui lahirnya undang-undang yang memuluskan mereka menguasai sumber bahan baku yang ada di negara jajahannya.

Nyata sudah perdagangan global sejatinya adalah upaya untuk melindungi kestabilan dan kepentingan perusahaan yang mereka miliki. Baik perusahaan yang ada di dalam negeri maupun yang berada di luar negeri. Atas nama perdagangan bebas, AS siap campur tangan demi menyelamatkan kepentingan perusahaannya juga perusahaan para kroninya.

Ketika negara berkembang tidak tunduk pada aturan global, sanksi pun siap dijatuhkan. Sebagaimana yang terjadi pada Indonesia. Ketika pemerintah berencana membatasi impor produk pangan demi mendukung produsen lokal, ternyata dikalahkan AS dalam gugatan di WTO. Pada akhirnya pemerintah dengan sukarela dan penuh ketundukan mengorbankan kepentingan rakyat karena kuatnya pengaruh AS lewat WTO.

Parahnya lagi, bukan hanya kapitalis Barat yang mencengkeram Indonesia. Ada pula cengkeraman dari kapitalis Timur. Perdagangan bebas dengan Cina semisal adanya Cina-ASEAN Free Trade Agreement (CAFTA) telah membuka keran membanjirnya produk Cina di Indonesia.

Perdagangan bebas dengan Cina telah membuat bencana. Industri manufaktur Indonesia mati kutu, tidak sanggup bersaing dalam harga. Produk Cina bisa lebih murah karena pemerintahannya mendukung industri manufaktur, sedangkan Indonesia menjadi negara yang terjebak dalam perdagangan bebas.

Islam Sistemis, Solusi Kebangkitan Industri Indonesia

Indonesia sebenarnya memiliki potensi untuk menjadi negara mandiri dan maju, jika berpijak pada Islam dalam mengatur seluruh sistem kehidupan, termasuk dalam sistem ekonomi dan perindustrian. Melepaskan diri dari perdagangan bebas yang notabene merupakan penjajahan gaya baru pun bisa dilakukan. Kuncinya adalah menjadikan Islam sebagai pandangan hidup dalam bernegara.

Sesuai firman Allah Swt. dalam surah An-Nisa ayat 141, yang artinya: "Dan Allah (selama-lamanya) tidak memberikan jalan bagi orang-orang kafir untuk menguasai orang-orang mukmin."

Ayat di atas menjelaskan bahwa tidak boleh memberikan kesempatan kepada orang kafir untuk menguasai orang mukmin. Pasalnya, dengan memberikan kekuasaan pada mereka berarti menjadikan keamanan kaum muslim berada di bawah kekuasaan mereka. Dalam hal ini termasuk penguasaan mereka dalam hal industri, baik industri berat, industri ringan semisal manufaktur maupun pangan. Juga penguasaan mereka dalam undang-undang sebagai senjata ampuh dalam hal hegemoni.

Profil negara yang bisa mewujudkan kesejahteraan rakyat individu per individu, negara yang membangun kekuatan industri, negara yang berdaya saing global adalah profil negara Islam. Negara Islam memiliki visi dan misi berlandaskan akidah Islam.

Visi Negara Islam

Visi negara akan dibangun bersumberkan wahyu Allah Yang Maha Benar dan Maha Adil. Posisi negara pun sebagai pelayan rakyat. Karena itu, negara bertanggung jawab memenuhi kebutuhan dan memfasilitasi segala hal agar rakyat bisa menjalankan ketaatan dan kewajiban sebagai hamba Allah.

Dengan ini, negara akan membangun industri, mulai dari industri berat seperti persenjataan dan mesin canggih berteknologi untuk menopang pabrik-pabrik dalam negeri. Juga industri sandang, papan, dan pangan. Semuanya dibangun berbasis jihad dan pertahanan negara.

Allah Swt. berfirman dalam surah Al-Anfal ayat 60, yang artinya: "Siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu."

Untuk mewujudkan visi politik negara mandiri dan kuat seperti di atas, syariat telah menetapkan anggaran dari baitulmal. Memiliki pos pendapatan dan pos pengeluaran yang juga ditetapkan syariat.

Baca: ekonomi-syariah-diminati-karena-manfaat-atau-taat/

Pendapatan negara bersumber dari tiga pos kepemilikan, yakni pos kepemilikan negara seperti fai, kharaj, ganimah, jizyah, dan lain-lain. Pos kepemilikan umum seperti minyak dan gas, pertambangan, hasil bumi, laut, sungai, dan hutan. Sementara itu, pos kepemilikan individu seperti, zakat mal, perdagangan, pertanian, peternakan, dan sedekah.

Ketiga sumber pendapatan tersebut lebih dari cukup untuk membiayai negara dalam membangun berbagai industri dan memenuhi kebutuhan rakyatnya. Negara tidak perlu bantuan dana berupa utang luar negeri atau mengundang para investor.

Harta baitulmal yang surplus akan dipergunakan negara untuk menyiapkan SDM berkualitas, mulai dari tenaga ahli sampai teknisi. Tidak akan bergantung pada tenaga asing. Hal ini akan membuat anak bangsa produktif dan membangun negara dengan bekerja di perusahaan-perusahaan yang didirikan oleh negara secara mandiri.

Lebih dari itu, Indonesia merupakan negeri yang dikaruniai sumber daya alam yang luar biasa. Jika dikelola sesuai syariat Islam, dipastikan bisa membawa Indonesia menjadi negara berdikari dan maju serta sanggup bersaing di ranah global.

Khatimah

Demikianlah, Islam memiliki solusi tepat dalam tata kelola industri. Solusi tersebut dijamin mampu mewujudkan negara mandiri, kuat, dan terdepan. Sudah saatnya umat bersatu, berdakwah, dan berjuang demi tegaknya Islam secara kaffah dan hadirnya negara Islam. Allahu Akbar!!!
Wallahualam bissawab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com
N' Aenirahmah Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Menjadi Remaja Bahagia
Next
Budak Kapal
5 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

5 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Yuli Sambas
Yuli Sambas
15 days ago

Dari dulu zaman sekolah sepatu Bata itu luar biasa terkenal. Dikenal awet, bagus, dan terjangkau harganya. Makanya banyak yang pake. Skr dgn permainan ala kapitalisme Bata bangkrut

Deena
Deena
29 days ago

Sistem ekonomi kapitalisme memang fokusnya mencari untung dan tentunya cuma menguntungkan para pemilik kapital.
Kapitalisme akan selalu mencari dan menguasai sumber daya alam di berbagai tempat untuk mempertahankan eksistensinya.

Netty
Netty
29 days ago

Baarakallahu fiik bun

Hilma
Hilma
30 days ago

Barakallah

Dyah Pitaloka
Dyah Pitaloka
30 days ago

Barakallah Bun

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram