Persepsi yang benar mengenai perasaan bahagia di kalangan remaja harus ada dan diwujudkan dengan sistem kehidupan yang benar pula.
Oleh. Firda Umayah
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com/Penulis Derap Dakwah Umayah)
NarasiPost.Com-Hai, Sahabat! Apakah kamu bahagia hari ini? Kalau iya, kira-kira apa yang membuatmu merasakan hal itu? Jika tidak, mengapa kamu tidak merasa demikian?
Well, setiap orang berhak bahagia. Hanya saja, setiap orang bisa memiliki arti yang berbeda mengenai hal itu. Cara berpikir dan bersikap seseorang inilah yang menyebabkan terjadinya perbedaan dalam memahami segala sesuatu. But, sebagai seorang muslim, harusnya kita tidak boleh berbeda di dalam memahami segala hal yang telah ditentukan-Nya. Lo, maksudnya?
Begini ya, Sahabat. Dalam pandangan Islam, bahagia itu juga memiliki arti yang khas sebab muslim harus berpikir dan bersikap sesuai syariat-Nya. Namun, sebelum kita memaham hal itu, yuk kita lihat dahulu, bagaimanakah kondisi remaja pada hari ini?
Bahagia bagi Remaja Saat Ini
Sahabat, tahukah Anda kondisi perasaan remaja saat ini? Hasil penelitian yang dilakukan oleh Snapchart dan Iwan Murthy, CEO RB Consulting menyebutkan bahwa generasi muda adalah orang yang paling banyak tidak merasa bahagia. Mereka mengalami tekanan dari diri sendiri. Alhasil, tingkat rasa senang atau kebahagiaan mereka yang dikenal dengan Generasi Z lebih rendah dari generasi-generasi sebelumnya. Astagfirullah, sedih sekali ya?
Penelitian yang bersumber pada wartaptm.id (05-10-2024) juga menuliskan, 44 persen generasi muda mengalami penyusutan otak sehingga berdampak pada emosi mereka. Gen Z menjadi mudah marah dan putus asa. Tidak mengherankan kalau banyak peristiwa di kalangan Gen Z yang melakukan tindakan kriminal atau bahkan mengakhiri dirinya.
Sekalipun dunia saat ini makin canggih dengan berbagai media sosial, faktanya justru sebaliknya. Generasi muda Amerika Serikat yang terjadi makin tidak bahagia. Mereka mudah stres, tidak percaya diri, depresi, dll. (kompas.id, 20-03-2024)
Persepsi Salah Mengenai Makna Bahagia
Sahabat, kondisi sebagian remaja di atas merupakan hasil dari pemahaman yang salah mengenai makna bahagia. Mereka memandang bahwa rasa ini bersumber dari kepemilikan duniawi semata yang sering digaungkan oleh orang-orang ternama dan masyarakat yang hidup di sekitar mereka. Padahal, sumber rasa tersebut tidak hanya berasal dari kepemilikan duniawi. Bisa juga bersumber dari hubungan sosial atau pencapaian spiritual.
Adapun kebahagiaan itu sendiri adalah perasaan ketika seseorang merasa tenteram, tenang, nyaman, dan terlepas dari segala hal yang dianggap menyusahkan. Perasaan ini akan muncul ketika ia mendapatkan rangsangan dari lingkungan sekitar. Akan tetapi, perasaan ini dapat muncul dengan sendirinya tergantung dari cara pandang seseorang mengenai perasaan tersebut.
Nah, kesalahan sebagian remaja dalam memahami perasaan tersebut merupakan imbas dari penerapan sistem kapitalisme dalam kehidupan. Sistem inilah yang membuat masyarakat memahami bahwa bahagia itu ketika semua kebutuhan jasmani dan materi terpenuhi. Sistem kapitalisme yang berlandaskan sekularisme telah menjadikan materi menjadi standar perbuatan manusia. Otomatis, ini juga yang menjadikan landasan berpikirnya. Masyarakat dijadikan lupa bahkan bergeser pola pikirnya dari cara berpikir benar yang sesuai dengan fitrahnya. Aduh, harus segera dihentikan ini!
Memahami Bahagia dengan Islam
Sahabat, rasa bahagia yang disandarkan kepada kepemilikan duniawi memang tidak sepenuhnya salah. Allah Taala telah memberitahukan dalam surah At-Taubah ayat 24 bahwa manusia memang cenderung menyukai kepemilikan duniawi seperti harta kekayaan, perdagangan, anak, istri, dan lain sebagainya. Akan tetapi, dalam ayat tersebut Allah juga mengingatkan agar manusia tidak mencintai semua itu melebihi kecintaan kepada Allah dan Rasul Muhammad saw. Lalu, bagaimanakah Islam memosisikan rasa bahagia itu?
Sebagai muslim yang mengimani rukun iman, maka standar perbuatan kita adalah halal haram atau segala hal yang sesuai dengan syariat-Nya. Bahagia bagi muslim adalah ketika kita menjalankan syariat Islam dan mendapatkan rida-Nya. Rida Allah ini berupa pahala dan ampunan dari-Nya. Rida Allah akan diberikan bagi muslim yang menjalankan segala aktivitas dengan benar dan ikhlas. Benar di sini tentu saja maknanya sesuai dengan dalil nas syarak. So, kalau muslim telah menjalankan aktivitasnya sesuai syariat Islam, seharusnya dia merasa bahagia.
Bahagia Membutuhkan Sistem Kehidupan
Sahabat, sekalipun kita telah memahami makna bahagia dalam Islam, perasaan ini tentu harus didukung dengan sistem kehidupan yang dapat menciptakan dan menjaga agar perasaan tersebut hadir di dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Tidak dimungkiri bahwa lingkungan dan sistem bernegara turut memengaruhi perasaan warganya.
Berdasarkan kondisi remaja dan generasi muda saat ini, membuktikan bahwa sistem kapitalisme telah gagal mewujudkan kebahagiaan. Tingginya gangguan kesehatan mental di kalangan generasi muda menjadi bukti yang tak terelakkan. Tidak percaya? Baca saja berita-berita yang berkeliaran di media sosial.
Baca: Menggapai Kebahagiaan
Oleh karena itu, menjadi remaja bahagia tidak cukup dengan mengubah cara berpikir saja. Remaja harus turut mewujudkan kehidupan yang mampu menciptakan perasaan ini. Bagaimanakah caranya?
Ada beberapa hal yang dapat remaja lakukan agar rasa bahagia dapat terwujud secara komunal dalam kehidupan.
- Remaja memahami Islam kaffah. Ini hukumnya fardu ain ya, Sahabat. Sebagaimana sabda Rasulullah saw. yang diriwayatkan oleh Imam Muslim bahwa menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim. Menuntut ilmu agama juga wajib mulai dari kita berada dalam buaian hingga ke liang lahat.
- Terlibat dalam aktivitas dakwah. Ini pun hukumnya fardu ain. Ingat ya, kita tidak akan menjadi muslim tanpa ada orang yang membawa dakwah Islam. Rasulullah saw. sebagai suri teladan terbaik telah mencontohkan bagaimana menjadi pengemban dakwah yang didamba umat. Kewajiban dakwah terdapat dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim bahwa barang siapa yang melihat kemungkaran hendaklah mengubah dengan kekuasaannya, lisannya, atau hatinya. Kewajiban dakwah juga terdapat dalam surah Al-Asr bahwa di antara orang yang tidak merugi di akhirat adalah orang yang saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran.
- Bergabung dalam jemaah dakwah sahih. Ini hukumnya fardu kifayah ya, Sahabat. Adanya jemaah dakwah yang menyeru kepada penerapan Islam kaffah penting sekali. Jemaah ini tentu harus mengikuti metode dakwah yang telah dicontohkan oleh Rasulullah saw. saat akan mendirikan Daulah Islam di Madinah.
- Selalu berpihak kepada Islam. Sahabat, saat ini, ajaran Islam dan pengemban risalah Islam sering menjadi pihak tertuduh dari para pembenci Islam dan ajarannya. Tentu kita harus selalu berpihak dan meyakini bahwa Islam adalah agama sempurna dan paripurna. Islam adalah ideologi benar yang berasal dari Allah Taala dan harus diperjuangkan serta diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Khatimah
Menjadi remaja bahagia harus diupayakan oleh setiap muslim. Ini berawal dari konsep pemahaman yang benar bahwa perasaan ini harus hadir ketika kita menjalankan syariat Islam dengan benar dan ikhlas. Perasaan ini juga harus hadir di dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Remaja memiliki peran penting dalam melibatkan dirinya untuk memahami Islam kaffah dan melibatkan dirinya dalam aktivitas dakwah. Dengan penerapan syariat Islam kaffah dalam kehidupan maka kebahagiaan hakiki manusia akan dapat diwujudkan.
Wallahu a’lam bishawaab. []
Mau bahagia? Makanya ngaji.. biar tahu gmn caranya menjadi bahagia
Kereen akak. Semoga mencerahkan genZ yang tengah mencari kebahagiaan hakiki
Aaamiin
Rasa bahagia remaja saat ini hanya fokus tentang kenikmatan dunia. Hal itu karena pemahaman yang salah kaprah tentang makna bahagia. Semoga remaja muslim segera tersadar bahwa hanya Islam saja yang mampu membuatnya bahagia.
Barakallah mba @Firda
Amin. Wa barakallahu fiik mbak Atien
Betul banget. Pemahaman bahagia ini yg semestinya terkonsep dalam pemikiran Gen Z. Tantangan mereka sangat besar dalam menghadapi gempuran narasi zaman yang benci Islam. Ayoo! Maju, generasiku. Berpikir cerdas dengan Landasan Islam!
Setuju...
Remaja terbaik adalah remaja yang sadar betul akan keberadaannya di dunia adalah untuk mengabdi kepada sang Penciptanya. Selalu mengikat dirinya dengan ilmu dan majelis ilmu. Menjadikan akidah Islam sebagai standar dlm berpikirnya dan syariat Islam sebgai standar bertingkah polah. Insyaallah remaja semacam ini apa pun yg menimpa dirinya akan tetap menjadi remaja yg teguh pendirian dan selalu bahagia.
Setuju
Alhamdulillah, jazakumullah khoiron