Menakutkannya NP semata-mata demi melejitkan potensi penulis agar selalu lebih baik.
Oleh. Irma Sari Rahayu
(Kontributor NarasiPost.Com dan Penulis Get Up, Guys!)
NarasiPost.Com-“Mbak, saya enggak mau kirim tulisan lagi ah ke NP. Kapok!”
Sebuah pesan WhatsApp yang dikirim oleh seseorang masuk ke gawaiku.
“Kenapa?” tanyaku.
Ia lalu meneruskan sebuah pesan. Isi pesan tersebut adalah tulisan beliau harus direvisi karena ada beberapa kesalahan KBBI dan EYD. Namun, ada sebuah kalimat yang meminta Mom Andrea untuk mengembalikan tulisan tersebut karena ada kesalahan dalam penulisan judul. Kalimat ini membuatnya syok.
Aku tersenyum sambil menerka-nerka, siapa editor yang memberikan surat cinta itu. Kalau dari rubrik yang dikirimkan, rasanya aku tahu editor yang dimaksud.
Beberapa hari sebelumnya, sahabatku ini bertanya bagaimana caranya mengirimkan tulisan ke NP. Aku pun memberikan no WA Mom Andrea kepadanya, sambil mengingatkan agar ia siap jika mendapat surat cinta dari NP. Tidak boleh baper.
“Ya sudah, atuh, tinggal diperbaiki saja sesuai yang diminta”, kataku.
“Kalau sudah, kirimkan lagi revisinya ke Mom”, lanjutku.
Sahabatku setuju. Selang beberapa hari, ia mengabarkan kalau tulisannya sudah tayang di NP.
Ia pun mengirim pesan, “Aku takut kirim tulisan lagi ke NP. Sudah, cukup sekali ini saja”.
Editor Killer dan Pemred Perfectionist
Tak hanya satu orang dan satu kali penolakan terhadap NP yang aku terima. Teman-teman penulis daerahku rata-rata enggan mengirimkan tulisannya ke NP dengan alasan lama tayangnya, ribet, dan tidak percaya diri. Apalagi kalau aku ajak ikut Challenge NP, auto menolak. Mereka sudah mengibarkan bendera putih, hehehe. Kenapa, sih? Apakah NP se-menakutkan itu?
Kabarnya, NP terkenal dengan editornya yang killer. Kalau menurutku sih bukan killer, tetapi super teliti. Rasanya tak ada satu huruf dan tanda baca yang terlewat oleh Mbak Dia Dwi Arista cs. Salutnya, mereka akan memberikan keterangan apa saja yang salah dan menjelaskan bagaimana seharusnya. Pemberitahuan ini yang sering kami sebut “surat cinta”.
Nah, sebelas dua belas dengan sang Pemred. Bagiku, Mom Andrea itu seperti Bibi Titi Teliti, yaitu salah satu karakter dalam majalah Bobo. Seperti halnya Bibi Titi Teliti, Mom Andrea juga super detail. Even desah napas yang fals Tim Voice Over Talent (VOT) saja bisa terdengar oleh beliau. Kabarnya, Mom juga sangat “rewel” dengan desain, baik untuk flyer acara ataupun cover buku. Mungkin hal-hal detail seperti ini yang dianggap menakutkan oleh penulis.
Glow Up NP
Empat tahun sudah usia NarasiPost.Com sekarang. Banyak perubahan dan kemajuan yang aku perhatikan dari NP. Tambah glowing. Perubahan ini tentu tak lepas dari sentuhan tangan dingin Mom Andrea. Bagi para kontributor, mungkin bisa merasakan ada yang “berbeda” dari NP jika dibandingkan dengan media lain. Banyak program-program yang diselenggarakan NP bertujuan untuk meningkatkan kemampuan, ketajaman, dan kualitas tulisan serta penulisnya sendiri.
Sebut saja ujian KBBI dan EYD yang diselenggarakan sepekan sekali dan diampu langsung oleh admin kesayangan warga Konapost, Dia Dwi Arista. Ujian ini terselenggara bukan sekadar program iseng tanpa tujuan. Program ini adalah upaya NP meminimalisasi kesalahan KBBI dan EYD yang kerap ditemui para editor ketika memeriksa tulisan sekaligus ajang belajar bagi kontributor NP.
Ujian KBBI dan EYD ini lumayan menantang dan bagiku sangat membantu untuk lebih memerhatikan naskah yang akan dikirim. Ya, meskipun sering kali masih salah ketika menjawab soal ujian, tapi lumayan deh jadi lebih banyak paham mana kata baku dan bukan. Begitu juga dengan program sharing kepenulisan baik yang disampaikan oleh Tim Redaksi maupun penulis sendiri. Tidak sia-sia, lo, program tersebut diluncurkan NP. Benar-benar bernutrisi untuk penulis!
Belum lagi saat Mom menjelaskan tentang SEO agar tulisan kita bisa menjangkau lebih luas di mesin pencarian data. Meski sempat puyeng, tapi ketika kita paham urgensinya, rasa puyeng berubah jadi senang. Siapa nih, yang belum belajar SEO dengan Mom? Menantang adrenalin, lo! Belajar SEO ini juga yang membuat NP makin maju dan berbeda dengan media lainnya.
Di Balik Menakutkannya NP
Setiap media pasti ada pemrednya. Iya, ‘kan? Pemredlah yang bertanggung jawab atas keberlangsungan media yang dipimpinnya. Bagi warga Konapost maupun Tim Penulis Inti, kadang kita akan menerima kritikan atau omelan dari Mom. Kadang Mom akan melontarkannya lewat sindiran, kadang lugas apa adanya. Tapi, kita juga akan mendapati Mom yang ramah dan suka bercanda.
Mom Andrea adalah adalah sosok di balik “menakutkannya” NP. Tentu ada alasan mengapa Mom menerapkan kriteria dan aturan main tertentu dari setiap naskah yang diterima NP. Ibarat sebuah perusahaan, pimpinan perusahaan adalah pihak yang paling bertanggung jawab akan keberlangsungan hidup perusahaan yang dipimpinnya. Ia akan memikirkan strategi terbaik agar perusahaannya maju. Begitu juga dengan Mom Andrea.
“Saya mau kalian belajar. Siapa tahu nanti kalian akan mengelola media milik kalian sendiri. Saya juga mau NP akan tetap ada walaupun saya sudah tiada nanti.”
Di balik setiap ketegasannya, Mom seakan sedang menyiapkan segala sesuatu untuk ke depan. NP adalah mimpi besar Mom bagi dakwah literasi. Maka sangat wajar jika Mom memberikan standar dan kriteria tertentu terhadap setiap naskah, image naskah, challenge, dan berbagai hal yang berhubungan dengan NP. Standar inilah yang dianggap menakutkan bagi penulis.
Tapi, Mom selalu memerhatikan para kontributornya, kok. Melalui slogan “Lo loyal, gue royal” ala Mom Andrea, beliau berupaya memberikan apresiasi terbaik kepada penulis yang setia kepada NP. Berbagai reward beliau berikan, yang kalau ditotal jumlahnya sudah ratusan juta selama empat tahun NP berjalan. Masyaallah.
Be the Best, Not Be Asa!
Layaknya sebuah judul buku karya Ustaz Karebet Widjayakusuma, sudah sepantasnya para penulis NP senantiasa meng-up grade kemampuan dirinya. Menakutkannya NP semata-mata demi melejitkan potensi penulis agar selalu lebih baik. Alangkah ruginya jika penulis enggan belajar agar kualitas tulisannya makin baik.
Rasulullah saw. bersabda: “Barang siapa yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, dialah tergolong orang yang beruntung, (dan) barang siapa yang hari ini sama dengan hari kemarin dialah tergolong orang yang merugi, dan barang siapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin dia tergolong orang yang celaka”. (HR. Al Hakim)
Maka jangan jadikan kesan menakutkannya NP menjadi penghalang seorang penulis menorehkan tintanya di NP. Jangan pula menganggap “kerewelan” Mom Andrea menjadi alasan enggan bergabung dengan keluarga besar NP. Beliau juga manusia biasa yang punya rasa cinta. Masih menganggap NP menakutkan? Coba kirim dulu, deh, naskahmu dan jadilah bagian dari keluarga NP.
Wallahu a’lam bi ash-shawaab.[]
Terbaik! Masyaallah...
Saya dikirim surat cinta berkali-kali, saya terima, saya perbaiki, dan kirim lagi.Kalau ngikut rasa malu, sudah tidak kirim. Kalau saya, bukan karena takut tapi malu mau ngirim. Khawatir editornya bosan dengan tulisan saya yang masih awut-awutan. Alhamdulillahnya, pemred dan editor baik banget menurut saya. Apalagi jika lihat hasil ujian KBBI. Belum pernah dapat nilai yang bagus. Bagi saya, inilah media yang ingin mendorong penulisnya selalu belajar,
MasyaAllah..jadi ingat tulisanku yang judulnya hampir sama. Yaa kurang lebih temannya dan saya hampir sama pengalamannya di NP ..hehehe semangat buat teman mbaknya. Jangan kapok pokoknya
Bibi Titi Teliti.. hihi.. jadi ingat majalah kesukaan masa kecil..
Memang benar sih.. di balik NP yg besar ini, ada pemred dan timnya yg keren..
Semoga NP makin jaya..
Barakallah Mbak Irma..
Kok bagus ya, tulisannya. Apalagi namaku disebut2, tambah bagus