Cukuplah kematian sebagai pengingat terbaik tuk terus beramal
Cukuplah kematian sebagai pengingat terbaik tuk jalani kehidupan sesuai tuntuna
Oleh : Dewi Fitriana
NarasiPost.Com-Tubuh yang lemas terkapar di atas peraduan
Serasa dingin badan kala tersentuh tangan
Bibir merahnya terlihat mulai memucat
Lidah yang kelu berusaha meniru bisik lembut syahadat
Netra yang sayu seketika berubah membeliak
Diiringi suara gigi gemeratak
Berjuta tanya mulai terasa
Kian gelisah sang maut akan tiba
Ya Allah ….
Apakah ini hari perpisahannya dengan dunia?
Sayup terdengar suara tangis bersahutan
Memecah ruang dalam kesunyian
Ketika nafas tinggal sejengkal di kerongkongan
Raut wajahnya tunjukkan sakit yang menghunjam
Menahan lara kala ruh terlepas dari raga
Wahai Rabb Sang pemegang jiwa
Begitukah sakit kala maut menyapa?
Diri ini,
Tetap berusaha kuat saksikan ringkih nafasnya kian terengah-engah
Kubisikkan lembut ucapan mulia
Laa ilaaha illallah
Sebelum akhirnya ia tiada
Kini,
Pada tanah tak bertuan
Deru angin menyapa pepohonan
Dengan sigap menjatuhkan dedaunan
Menimpa gundukan yang bernisan
Tanpa sadar bulir bening menganak pinak di sudut netraku
Nestapa melanda teringat diri penuh akan dosa
Akankah diri ini dijemput dengan khusnul khotimah?
Lalu … Bagaimana denganmu, Saudaraku?
Tidakkah kau perhatikan sekitarmu?
Satu persatu kawanmu
Satu persatu kerabatmu
Berguguran jatuh berakhir dalam pusara
Sudah merasa cukupkah engkau kumpulkan amal sebagai bekal?
Menuju lorong kehidupan kekal
Cukup!
Cukuplah kematian sebagai pengingat terbaik tuk terus beramal
Cukuplah kematian sebagai pengingat terbaik tuk jalani kehidupan sesuai tuntunan
Saudaraku,
Letakkanlah dunia pada genggaman
Sebab indahnya hanya sepintas pandangan
Jangan sampai ronanya melesat dalam hati
Membuat lupa bahwa ajal adalah hal pasti
Lamongan, 05 Desember 2020[]
photo : pinterest