Jeritan Mimpi

Jeritan Mimpi

Dengan langkah bingung dan gemetaran, Rini memberi tahu suaminya kalau ibunya telah tiada. Namun, nyatanya semua itu hanyalah jeritan mimpi.

Oleh. Maftucha
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Suara telepon memanggil, buru-buru diambilnya HP yang sejak Asar tadi belum disentuhnya sama sekali, sekarang sudah Isya. Dilihatnya layar HP, kakak sulungnya menelepon.

"Assalamualaikum."

"Wa'alaikumussalam, Rin, tabahkan hatimu, ya! Ibu sudah kembali kepada Allah" jawab kakaknya mengabarkan bahwa ibunya sudah tiada.

"Innalillahi wa inna ilaihi rajiun." jawab Rini, jantungnya berdegup kencang, rasa kaget dan bingung bercampur jadi satu.

”Jam berapa ibu meninggal, Kak?" tanyanya lagi dengan isakan tangis. Rini tidak percaya, di tengah hubungan yang kurang harmonis dengan ibunya, kini harus berakhir dengan perpisahan selamanya.

"Tadi Magrib Rin, insyaallah mudah-mudahan ibu husnul khotimah" jelas kakaknya dengan yakin.

"Jenazah Ibu akan saya bawa pulang setelah selesai dimandikan, Ibu minta dimakamkan di kampung, tolong kamu hubungi Bapak Bahri agar mengumumkan kematian ibu” lanjut kakaknya. Bapak Bahri adalah pemuka agama di kampung Rini dan masih famili dengannya.

Dengan langkah bingung dan gemetaran, Rini memberi tahu suaminya kalau ibunya telah tiada. Rini tidak sanggup menerima berita yang terlalu mendadak ini. Ibunya memang sudah tua dan sakit-sakitan, keluar masuk rumah sakit sudah menjadi langganan. Tapi kali ini ibunya benar-benar telah tiada, ada rasa penyesalan dalam dirinya.

Rini sering kali tidak sabar menghadapi kerewelan ibunya, padahal dia paham betul kalau ibunya mengalami demensia. Demensia lazim terjadi pada orang yang sudah lanjut usia seperti ibunya. Sering kali ibunya menanyakan hal-hal yang baru saja sudah ditanyakan.

"Rin, Kakakmu kapan datang?" tanya ibunya suatu ketika.

"Kakak masih belum bisa pulang, Bu! Masih harus mengajar dan mengurusi lembaganya" jawab Rini.

"Kakakmu pulang sama siapa?" tanya ibunya lagi selang beberapa jam.

"Nanti kalau kakak sudah pulang, Ibu akan Rini kasih tahu" jawab Rini. Pertanyaan tersebut bisa sepuluh kali dalam sehari ditanyakan ke Rini. Ibunya seperti tidak mau melihat rumahnya sepi. Maklum, Rini memiliki delapan bersaudara, semuanya merantau dan hanya Rini yang tinggal bersama ibunya.

Ketika Lebaran tiba, semua anak dan cucunya berkumpul, ibunya sangat senang hingga semua persiapan seperti makanan akan disiapkan ibunya. Membelikan kue, kerupuk ikan, serta cireng kesukaan cucu-cucunya.

Momen bahagia ibunya berakhir, Ketika anak-anaknya harus kembali ke rumahnya masing-masing. Ibunya terlihat sedih karena harus kembali merasakan kesendirian dan berteman dengan kesepian.

Anak-anaknya sudah menawarkan agar ibunya tinggal dengan salah satu anaknya. Namun, selalu ditolak. Karena alasan itulah Rini mau tinggal dengan ibunya. Namun, ibunya sering tidak cocok dengan suaminya.

Ibunya sering membanding-bandingkan suaminya dengan menantu lainnya yang lebih dalam segalanya. Minimnya penghasilan membuat Rini dan suaminya tidak bisa menyenangkan ibunya.

Tak jarang Rini harus ke sana ke mari untuk membelikan keinginan ibunya. Padahal saat ini Rini sedang hamil enam bulan, usia yang mendekati kepala empat memengaruhi kekuatan fisiknya. Mau protes ke ibu juga tidak mungkin, karena kalau Rini menolak ibunya yang akan keluar sendiri mencari apa yang diinginkan.

Pernah suatu ketika ibunya meminta dibelikan obat, apotek lumayan jauh jadi Rini harus memakai motor, sedangkan motornya dibawa suaminya kerja. Ibunya tidak sabar akhirnya membayar orang lain agar membelikannya.

Namun, bagaimana juga Rini memahami bahwa ketidaksabaran dan kerewelan ibunya adalah sesuatu yang wajar, hal itu sebagaimana Allah Swt. kabarkan dalam Al-Qur'an surah Al-Isra' ayat 23 yang artinya; "Tuhanmu memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan "ah". Dan janganlah engkau membentak keduanya, serta ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik." (QS. Al-Isra: 23)

Baca: Kala Kurenta

Ketika rasa capek mendera, Rini merenung bahwa ketika kecil dia juga lebih rewel daripada ibunya, keinginan-keinginannya selalu membuat ibunya bingung. Namun, ibunya tetap sabar dan memberi pengertian kepada anak-anaknya dengan cara yang baik.

Rini menyesal, di saat terakhir ibunya akan pergi, dia tidak bisa menemani ibunya. Ibunya minta pindah ke rumah kakaknya karena mengira bahwa Rini sudah tidak mau merawat ibunya.
Kakaknya bilang ibu sempat salah paham ketika Rini menelepon supaya sementara waktu ibu di rumah kakaknya. Rini akan melahirkan, sedangkan segala keperluan ibu harus dilayani, ibunya sudah tidak bisa lagi berjalan.

Suara sirene ambulans terdengar, Rini melihat jenazah ibunya dibawa masuk.

"Ibuu …!" Dipeluknya jenazah ibunya yang sudah terbungkus kain kafan. Dia tidak bisa berkata apa-apa. Semakin lama tangisannya semakin keras.

"Ibu … " Hanya kata itu yang bisa Rini ucapkan, derai air matanya tidak bisa berhenti.

"Mi, Umi" Tiba-tiba ada yang mengguncang-guncangkan badannya.

"Mi, ada apa? Kamu mimpi ya? Mimpi apa sih! Kok sampek nangis begitu?" tanya suaminya bingung.

"Astaghfirullahal 'adziim, alhamdulillah cuma mimpi" jawab Rini lega, sambil mengusap air matanya. Dipeluknya sang suami, sambil berkata:

"Yah, ayo kita jenguk ibu, sekarang!" Pintanya kepada suaminya.

Ya, semua hanyalah jeritan mimpi yang menghiasi alam bawah sadarku. Jeritan mimpi yang menyadarkan bahwa betapa menyesalnya kehilangan orang yang kita sayangi. Sebuah jeritan mimpi yang membimbingku untuk berikrar akan tetap bersamanya.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com
maftucha Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Utang Pemerintah Seleher, Masa Masih Teler!
Next
Doom Spending: Tren Anak Muda yang Menyimpan Bahaya
5 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

6 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Deena
Deena
1 month ago

Kadang memang ada mimpi yg seperti nyata. Ada pula kenyataan yg seperti mimpi...

Barakallah Mbak Maftucha..

Yuli Sambas
Yuli Sambas
1 month ago

Ya Allah, ternyataaaa hanya mimpi toh?
Udh ikutan terbawa suasana sedih aja dari awal baca.

Maftucha
Maftucha
1 month ago

Terima kasih tim editor,, cerpen saya di permak jadi cantik hehe

Netty
Netty
1 month ago

Semoga ibu2 kita selalu sehat. Aamiin

Netty
Netty
1 month ago

Jadi inget ibu di rumah. Semoga ibu2 hebat kita yang masih ada diberi kesehatan dan kesabaran bagi yang merawat nya. Aamiin... Baarakallahu fiik mb

Maftucha
Maftucha
Reply to  Netty
1 month ago

Aamiin

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram