Masyarakat Sudan saat ini tidak hanya bergelut pada wabah kolera yang mematikan, tetapi mereka juga harus bertahan hidup di tengah perang saudara.
Oleh. Siti Komariah
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Kolera adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Vibrio cholerae. Penyakit ini menyerang semua kalangan, baik anak-anak maupun orang dewasa. Kolera bisa memicu terjadinya infeksi akut dan dehidrasi, bahkan penyakit ini bisa menyebabkan kematian jika tidak segera diobati.
Wabah kolera kini menghantui Sudan, bahkan jumlah kasusnya terus meningkat. Kementerian Kesehatan Sudan mengatakan, wabah kolera mulai muncul kembali pada Agustus 2024 dan terus mengalami peningkatan kasus. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan Sudan, jumlah kasus kolera menembus 15.000 kasus yang menewaskan korban jiwa lebih dari 500 orang (antaranews.com, 28-09-2024).
Penyebab Kolera di Sudan
Wabah kolera menyebar melalui banyak faktor, misalnya dari makanan ataupun minuman yang terkontaminasi oleh bakteri penyebabnya. Penyakit ini sering kali menyerang masyarakat yang tinggal di kawasan tanpa sanitasi layak. Begitu pula masyarakat di negara yang dilanda kemiskinan akut, masyarakat yang tertimpa bencana alam, dan negara yang sedang terperangkap perang, seperti Sudan.
Sudan saat ini merupakan kawasan yang dilanda bencana alam serta berada dalam situasi perang. Dengan demikian, tidak heran jika wabah kolera menghantui Sudan dan kasusnya terus mengalami peningkatan.
Secara jelas ada beberapa faktor yang menyebabkan maraknya kasus kolera di Sudan, di antaranya adalah:
Pertama, hujan deras dan banjir bandang. Sudan telah diterjang hujan deras dan banjir sejak Juli 2024 yang menyebabkan wabah kolera kembali muncul dan mempercepat penyebaran. Dr. Zaher Sahloul yang merupakan Presiden LSM Medis MedGlobal mengungkapkan bahwa hujan deras dan banjir menyebabkan ratusan kasus kolera baru muncul di negara-negara bagian tenggara. Akibat hujan deras dan banjir, banyak sumber air bersih tercemari dan menyebabkan banyak masyarakat sulit mengakses air bersih dan sanitasi yang layak (mediaindonesia.com, 27-08-2024).
Kedua, terjadinya perang saudara. Perang antara tentara dan paramiliter Pasukan Dukungan Cepat (RSF) sejak April 2023 telah berkecamuk di kawasan Sudan. Perang ini mengakibatkan krisis keamanan. Bahkan akibat perang tersebut, layanan kesehatan di daerah konflik tidak berfungsi yang mengakibatkan masyarakat sulit mendapatkan obat-obatan, bahkan pelayanan medis. Menurut laporan Kementerian Kesehatan Negara bagian Khartoum, hanya 25% rumah sakit dan 16% pusat layanan kesehatan primer yang berfungsi di negara bagian tersebut pada Juli 2024 lalu (antaranews.com, 29-09-2024).
Derita Rakyat Sudan
Masyarakat Sudan saat ini tidak hanya bergelut pada wabah kolera yang mematikan, tetapi mereka juga harus bertahan hidup di tengah perang saudara. Perang perebutan kekuasaan ini membuat banyak nyawa warga sipil melayang, infrastruktur hancur dan tidak berfungsi, bahkan mereka harus keluar ke kamp-kamp pengungsian.
Kini kondisi masyarakat Sudan pun sangat memprihatinkan, mereka sedang dilanda krisis kemanusiaan terbesar sepanjang sejarah, krisis kelaparan terbesar di dunia, krisis air bersih, kekerasan etnis, dan penderitaan lainnya. Misalnya, banyak perempuan yang mendapatkan diskriminasi dan kekerasan seksual, seperti pemerkosaan.
Bantuan kemanusiaan pun sulit untuk masuk karena adanya ancaman keamanan, adanya kendala birokrasi, dan juga terjadinya blokade jalan. Alhasil, masyarakat harus kelaparan dan harus memakan rumput demi menyambung hidup. Derita ini pun akan terus berlanjut sebab menurut para ahli, perang saudara di Sudan seakan belum menemui tanda berakhir. Amerika Serikat dan PBB juga tidak mampu menghentikan perang tersebut, apalagi menjamin kesehatan dan keselamatan masyarakat Sudan, padahal mereka adalah organisasi yang menjamin perdamaian dunia.
Inilah wajah penerapan sistem kapitalisme, organisasi yang dianggap mampu menjamin perdamaian dunia pun nyatanya tidak mampu untuk menghentikan perang yang terjadi di beberapa negara, termasuk Sudan. Bahkan jaminan keamanan untuk warga sipil pun sulit diwujudkan. Banyak manusia di berbagai belahan bumi harus hidup dalam krisis kemanusiaan yang tidak berkesudahan.
Cara Islam Menjamin Kesehatan
Penerapan sistem kapitalisme sekuler telah membawa petaka dan kehancuran peradaban manusia. Hal ini berbeda dengan penerapan Islam secara kaffah dalam sendi kehidupan umat manusia. Islam menjamin setiap individu masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan yang terbaik, nyaman, dan berkualitas. Pelayanan kesehatan merupakan bagian dari kebutuhan pokok yang menjadi tanggung jawab negara untuk memenuhinya.
Dalam menjamin pemenuhan kebutuhan kesehatan, Khilafah mendorong setiap individu masyarakat untuk mengonsumsi makanan yang halal dan tayib agar tubuh dapat terjaga dari berbagai penyakit. Allah berfirman, “Wahai manusia, makanlah sebagian (makanan) halal lagi tayib yang ada di bumi dan janganlah mengikuti langkah-langkah setan.” (QS. Al-Baqarah: 168). Tidak hanya itu, Khilafah juga menganjurkan masyarakat untuk menjaga kebersihan diri serta lingkungan agar bibit-bibit penyakit tidak muncul.
Selanjutnya, Khilafah membangun berbagai rumah sakit dan pelayanan kesehatan di seluruh penjuru negara, baik di desa dan kota. Pelayanan kesehatan diberikan secara gratis kepada seluruh masyarakat, baik dia miskin maupun kaya. Rumah sakit yang dibangun pada masa Khilafah Islamiah dilengkapi peralatan medis yang canggih dan berkualitas, serta didukung dengan para dokter dan tenaga medis lainnya yang mumpuni.
Selain itu, Khilafah juga menyediakan pendidikan gratis untuk melahirkan tenaga medis yang mumpuni. Bahkan Khilafah menyediakan laboratorium dan membiayai berbagai riset untuk kemajuan pelayanan kesehatan tersebut. Dana untuk penyediaan pelayanan kesehatan dan menjamin kesejahteraan masyarakat diambil dari baitumal yang memiliki pos pemasukan khusus dan tetap. Sumber pemasukan baitulmal diperoleh dari kharaj, fai, hasil pengelolaan sumber daya alam, dan sebagainya. Selama hampir 14 abad Islam berjaya dalam bingkai Khilafah Islamiah, masyarakat mendapatkan jaminan kesehatan yang layak. Begitu pula dengan penanganan wabah atau penyakit menular, seperti wabah kolera di Sudan, ditangani dengan sangat baik.
Islam Menuntaskan Wabah
Ketika wabah atau penyakit menular menyerang masyarakat, seperti wabah kolera di Sudan, Khilafah juga memiliki langkah preventif dan kuratif untuk menanganinya.
Beberapa langkah tersebut di antaranya adalah:
Pertama, melakukan lockdown wilayah. Wilayah yang terinfeksi harus dikunci, siapa saja yang berada di daerah tersebut tidak boleh keluar, kecuali mereka telah sembuh dari sakit. Begitu juga dengan orang yang di luar daerah, tidak boleh mendekati wilayah yang terkena wabah.
Kedua, Khilafah melakukan pengecekan kepada orang-orang di wilayah yang terinfeksi penyakit menular atau wabah. Setelah itu, Khilafah memerintahkan masyarakat untuk memisahkan antara orang yang sehat dan sakit atau terinfeksi virus. Orang yang terinfeksi virus diberikan perawatan dan pengobatan terbaik hingga mereka dinyatakan sehat.
Ketiga, Khilafah melakukan riset terbaik untuk mendapatkan obat dari wabah tersebut. Obat tersebut diberikan secara gratis kepada masyarakat tanpa pandang bulu, baik miskin maupun kaya. Obat ini juga sebagai upaya untuk mencegah terjadinya penularan berkelanjutan.
Langkah-langkah ini pernah dilakukan oleh Khalifah Umar bin Khaththab ketika wabah thaun menyerang wilayah Syam.
Khatimah
Penderitaan masyarakat Sudan yang harus bergelut dengan wabah kolera dan perang saudara tidak akan berakhir jika penerapan sistem kapitalisme masih menguasai dunia ini. Penyelesaian masalah Sudan sejatinya hanya bisa diatasi dengan tegaknya Islam kaffah. Islam menjamin kesehatan, kedamaian, dan kesejahteraan masyarakat.
Wallahu a'lam bish-shawaab.[]
Seluruh negeri muslim menderita karena kapitalisme mendunia.
Derita rakyat Sudan yang bertambah-tambah
Semoga Allah segera menurunkan pertolongannya. Aamiin
Ya Allah, tolonglah saudara-saudara kami di sana dari.bencana. Satukan hati saudara kami yang bertikai sebagaimana Engkau satukan hati ksum Muhajirin dan kaum.Anshar. Negara yang mayoritas Islam ini tidak ada yang membantu karena sekatan nasionalisne telah menggerus ukhuwah..
Aamiin. Makasih Mbak dah mampir