Putriku, Mutiara di Tengah Kolam Berlumpur

Putriku, Mutiara di kolam berlumpur

Wahai, Anakku. Jadilah penerus Islam yang kokoh dan jadilah mutiara, meski di tengah kolam berlumpur bernama sekularisme

Oleh. Neni Nurlaelasari
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Putriku bernama Aidha Iztania Balqis, merupakan siswa kelas delapan salah satu SMPN di wilayah Cikarang Barat. Pada Jumat siang waktu pulang sekolah, kulihat wajah putriku murung. Mungkin dia lelah dengan pelajaran di sekolah, apalagi dari Senin sampai Kamis sekolah masuk full mulai pukul tujuh hingga pukul tiga sore. Sedangkan, hari Jumat bisa pulang cepat, yakni pukul setengah dua belas. Kuminta agar dia segera mengganti pakaian, kemudian makan, dan istirahat. Namun, dia masih saja terdiam, duduk. Akhirnya, aku menanyakan permasalahan apa yang dia hadapi.

Putriku bercerita bahwa dia satu kelompok dengan teman dekatnya, Lisa, dan beberapa teman lainnya untuk tugas mata pelajaran Bahasa Indonesia. Beberapa hari lalu, setelah pembagian kelompok, Lisa berkata, "Aidha, nanti kalau kerja kelompok, enggak usah diantar jemput ibumu ya. Kamu ‘kan sudah besar, emang enggak risi masih diantar jemput ibu?". Ucapan Lisa pun langsung direspons teman lainnya bernama Keisya, "Jangan begitu Lisa, Aidha masih diantar jemput mungkin ibunya khawatir nanti di jalan terjadi sesuatu, apalagi ini di kota. Aku aja ingin diperhatikan seperti Aidha. Tapi itu enggak mungkin, karena ibuku sudah meninggal dunia". Lisa kesal dengan pembelaan Keisya pada putriku.

Setelah beberapa hari berlalu, kembali Lisa meminta hal yang sama pada putriku. Agar aku tidak mengantar jemput Aidha saat kerja kelompok nanti. Namun, kali ini Lisa beralasan bahwa itu permintaan Zulpan, salah satu teman sekelompoknya. Akhirnya, putriku menanyakan pada Zulpan mengenai hal itu. Ternyata, Zulpan tidak pernah mengatakan apa pun dan tidak tahu apa pun soal itu. Akhirnya, kebohongan Lisa terbongkar dan putriku menangis padaku. Dia merasa sakit hati dengan perbuatan dan ucapan Lisa yang melarangnya diantar jemput olehku.

Baca: Putriku Sayang

Setelah kejadian itu, putriku meminta pada gurunya untuk pindah kelompok, agar tidak ada lagi benturan. Ternyata, keputusan ini makin membuat Lisa marah dan memusuhi putriku. Lisa menghasut teman-teman di kelasnya, agar tidak lagi berteman sama Aidha. Hingga, suatu hari kala putriku menanyakan tugas sekolah pada teman lainnya, sebab sakit tidak masuk sekolah, tetapi teman lainnya tidak ada yang mau membalas chat putriku. Akhirnya, putriku mencari kontak anak laki-laki di grup WhatsApp kelas, dan terpaksa mengirim pesan singkat pada salah satu anak lelaki di kelasnya, untuk menanyakan tugas sekolah. Alhamdulilah, anak lelaki itu mau memberi tahu tugas apa saja yang harus dikerjakan.

Beberapa hari putriku sendirian di kelas tanpa teman saat jam istirahat. Teman-temannya menjauhi putriku karena hasutan Lisa. Hingga suatu hari, putriku memutuskan untuk duduk di kantin saat jam istirahat. Di situlah akhirnya putriku bertemu banyak teman baru dari kelas lainnya. Bahkan, salah satu teman barunya merupakan anggota baru ekskul Tahfiz Qur'an, ekskul yang diikuti putriku. Melihat Aidha memiliki banyak teman baru, Lisa terkejut dan menunjukkan ketidaksukaannya. Namun, putriku menghiraukannya meski Lisa membencinya.

Selama ini, aku selalu berusaha untuk membimbing putriku agar berjalan sesuai aturan Islam. Putriku terbiasa memanfaatkan waktu dengan sebaik mungkin. Ajakan teman-temannya termasuk Lisa untuk pulang sekolah sebatas nongkrong pun selalu ditolak. Bahkan, ajakan malam minggu berkumpul bersama teman sekelas (teman lelaki dan wanita) selalu ditolak putriku. Mungkin inilah yang menyebabkan Lisa tidak menyukai jika Aidha selalu diantar jemput saat kerja kelompok.

Aku memberikan seluruh perhatian, mendengarkan keluh kesahnya, memberikan solusi dari permasalahan yang dihadapinya, hingga menilai teman-temannya dari setiap ceritanya. Putriku dari kecil terbiasa ikut bersamaku menghadiri kajian, baik kajian bulanan maupun kajian intensif. Aku menyarankannya untuk masuk kajian remaja dan mengikuti kajian intensif khusus remaja. Selain itu, aku pun mendorong agar putriku mengajak temannya untuk datang kajian remaja di wilayah tempat tinggalku. Namun, teman-temannya selalu menolak untuk menghadiri kajian remaja termasuk Lisa. Bahkan, ibunya Lisa pernah melarang Lisa untuk ikut kajian bersama putriku, karena khawatir kajian remaja tersebut menyesatkan.

Aku selalu menasihati dan memberikan semangat pada putriku untuk tetap bersabar menghadapi segala ujian yang ada. Kusampaikan pada putriku, ”Nak, sekolah negeri itu memang bukan lingkungan yang kondusif bagimu. Namun, kita tidak bisa menghindari. Sebab, keadaan yang tidak memungkinkan untuk pindah sekolah. Kamu itu sangat berbeda dari teman-temanmu di kelas, yang masih memiliki pemikiran sekuler (memisahkan agama dari kehidupan). Kamu sudah belajar Islam kaffah secara intensif selama dua tahun. Ujianmu pasti berbeda dengan teman-temanmu yang hanya memikirkan kesenangan semata.”

”Nak, kamu dahulu sudah merasakan ejekan teman ketika melihatmu pergi kerja kelompok memakai jilbab syar'i. Kamu merasakan penolakan atas ajakanmu pada Islam. Bahkan, fitnahan sesat yang disematkan pada kajian yang kamu tawarkan pun sudah kamu rasakan. Namun, yakinlah Allah melihat usahamu untuk perlahan menyampaikan Islam. Ganjaran pahala insya Allah kamu dapatkan dari sabarnya menghadapi ujian.”

”Benturan dengan teman-temanmu, ibarat seleksi alam, agar kamu mengetahui mana teman yang baik bagimu. Bahkan, benturan dengan Lisa adalah cara Allah agar kamu dijauhkan dari keburukan. Sebab, sebelum benturan dengan Lisa terjadi, kamu akhirnya mengetahui jika Lisa suka menonton film porno yang jelas dilarang agama. Ingatlah, Putriku, benturan di lingkungan teman sekolah hanyalah ujian atas teguhnya dirimu untuk taat pada syariat Allah. Sebagaimana firman Allah Swt.,”

"Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, ‘Kami telah beriman’ dan mereka tidak diuji?" (QS. Al-Ankabut : 2).

”Wahai putriku, teruslah bersabar dalam menghadapi lika-liku kehidupan ini. Teruslah belajar memahami Islam dan mengamalkannya. Yakinlah berbagai benturan yang kau hadapi, akan menjadikanmu lebih kuat. Lihatlah, hanya untuk menghadapi kamu seorang, Lisa membutuhkan banyak bantuan teman sekelas. Padahal, akhirnya beberapa teman di kelas pun kembali mendekati dan bermain bersamamu, meski sudah dihasut oleh Lisa. Janganlah bersedih hati kala ujian menyapamu, karena Allah akan selalu membersamai orang-orang yang menaati-Nya. Wahai putriku, jangan pernah lelah mengajak teman untuk hadir ke kajian, meski penolakan yang kau dapatkan. Jadilah penerus Islam yang kokoh dan jadilah mutiara, meski di tengah kolam berlumpur bernama sekularisme.” []

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com
Neni Nurlaelasari Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Utang Negara Turun, Fakta atau Hanya Pencitraan?
Next
Kolera Mengguncang Sudan, Derita Rakyat Bertambah
5 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

8 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Yuli Sambas
Yuli Sambas
3 days ago

Bukan hal mudah bagi putra-putri kita berpegang PD tuntunan syariat di tengah pekatnya pergaulan liberalis hedonistik. Peluk mereka, pahami perasaannya, bimbing mereka sepenuh cinta

Mimy muthmainnah
Mimy muthmainnah
3 days ago

Masyaallah ...Aida salihah insyaallah Allah akan selalu menjagamu...Islam membutuhkan pejuang tangguh dan cerdas sepertimu...sukses dunia akhirat. Aamiin

Siti komariah
Siti komariah
3 days ago

Terus teguh dalam ketaatanmu nak. Insyaallah akan banyak teman mendekati jika engkau selalu berada pada jalan kebenaran.

Irma sari rahayu Rahayu Irma
Irma sari rahayu Rahayu Irma
3 days ago

Semangat terus, neng. Duh ingat kamu waktu kecilnya sekarang sudah remaja. Barakallah untuk Aida dan mbak Neni. I love you

Deena
Deena
4 days ago

Masyaallah, Aidha... putri yg salihah dan hebat... tetap semangat, ya, dalam ketaatan! Tidak perlu khawatir dan sedih... Insyaallah dapat teman2 yg baik juga.

Hanimatul
Hanimatul
4 days ago

Barakallah mbk Neni, inilah kondisi umat sekarang, dan anak-anak kita berhadapan kemudian harus tetap bertahan demi menjaga iffah dan izzah Islam. Bertahan agara tidak terbawa arus sekularisme luar biasa berat, dan harus bersabar.

Isty Da'iyah
Isty Da'iyah
4 days ago

MasyaAllah, semoga benar-benar menjadi mutiara umat.

Neni Nurlaelasari
Neni Nurlaelasari
Reply to  Isty Da'iyah
3 days ago

Aamiin. Jazakillah mba.

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram