Dalam perkembangan penelitian terbaru, ditemukan bahwa lebih dari 3.600 bahan kimia yang berasal dari bungkus makanan telah teridentifikasi berada di dalam tubuh manusia.
Oleh. Vega Rahmatika Fahra, SH
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Kemasan makanan telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari konsumsi pangan modern. Fungsi utama dari kemasan adalah melindungi makanan dari kontaminasi, memperpanjang umur simpan, dan memudahkan distribusi. Namun, di balik manfaat tersebut, terdapat risiko yang tidak dapat diabaikan, yaitu adanya migrasi bahan kimia dari bungkus ke dalam makanan.
Dalam perkembangan penelitian terbaru, ditemukan bahwa lebih dari 3.600 bahan kimia yang berasal dari bungkus makanan telah teridentifikasi berada di dalam tubuh manusia. Fakta ini memicu perhatian yang sangat serius dari para ahli dan masyarakat luas karena dampak potensial terhadap kesehatan yang mungkin ditimbulkan oleh zat-zat tersebut.
Menurut laporan yang dimuat oleh Science Alert, sekitar 100 jenis bahan kimia dari angka total tersebut dikategorikan sebagai sangat mengkhawatirkan bagi kesehatan manusia. Penelitian ini dipaparkan oleh Birgit Geueke, penulis utama dari Food Packaging Forum Foundation, sebuah LSM yang berbasis di Zurich. Lebih jauh lagi, ditemukan bahwa banyak zat lainnya dalam bungkus makanan kemasan yang belum banyak diketahui efek samping jangka panjangnya.
(cnbcindonesia.com, 20–09–2024)
Fenomena ini menyoroti ancaman potensial dari bahan kimia yang digunakan dalam bungkus makanan, dan pentingnya perhatian yang lebih mendalam terhadap keamanan pangan. Berbagai upaya teknis harus segera dilakukan guna mencegah zat kimia berbahaya dalam bungkus makanan agar tidak masuk ke dalam makanan dan tertelan oleh konsumen. Selain itu, peran negara menjadi sangat krusial dalam menjamin keamanan produk pangan, termasuk bungkus yang digunakan.
Bungkus Makanan Kemasan, Ancaman Nyata bagi Kesehatan
Bahan-bahan kimia ini termasuk zat yang digunakan sebagai pelarut, pewarna, pengawet, dan agen antilengket dalam proses pembuatan bungkus makanan. Beberapa di antaranya, seperti bisphenol A (BPA) dan ftalat, sudah diketahui memiliki potensi dampak negatif terhadap kesehatan, termasuk gangguan hormon, risiko kanker, dan masalah reproduksi. Mirisnya, masih banyak bahan lain yang belum diteliti secara mendalam terkait efek jangka panjangnya pada tubuh manusia.
Lebih mengkhawatirkan lagi, sebagian besar bahan kimia ini belum diatur secara ketat di banyak negara, sehingga konsumen sering kali tidak menyadari risiko yang mereka hadapi. Fakta ini memicu urgensi untuk segera mengembangkan regulasi yang lebih ketat dan transparan terkait penggunaan bahan kimia dalam kemasan makanan. Konsumen berhak mengetahui apa yang masuk ke dalam tubuh mereka melalui makanan, termasuk bahan kimia yang berasal dari kemasan.
Keamanan pangan tidak hanya bergantung pada makanan itu sendiri, tetapi juga kemasan yang digunakan untuk menyimpannya. Salah satu risiko yang harus diwaspadai adalah migrasi zat kimia berbahaya dari kemasan ke dalam makanan, yang dapat mengancam kesehatan.
Untuk mencegah hal ini, beberapa upaya teknis dapat diterapkan:
Pertama, pemilihan bahan kemasan yang aman sangat penting. Produsen harus menggunakan bahan yang tidak bereaksi dengan makanan, seperti plastik food grade, kaca, atau aluminium. Bahan-bahan tersebut harus melalui uji laboratorium untuk memastikan tidak melepaskan zat berbahaya. Selain itu, lapisan pelindung khusus harus digunakan di bagian dalam kemasan untuk mencegah migrasi zat kimia dari kemasan ke makanan, sehingga risiko kontaminasi dapat diminimalisasi.
Kedua, uji migrasi bahan kimia juga merupakan langkah yang diperlukan. Uji ini mengukur seberapa besar potensi zat kimia dari kemasan berpindah ke makanan dalam kondisi tertentu. Standardisasi dan sertifikasi oleh lembaga terkait, seperti BPOM di Indonesia atau ISO, juga sangat penting untuk memastikan produk kemasan yang aman.
Produsen juga mulai beralih menggunakan bahan pengganti yang lebih aman, seperti plastik tanpa BPA (Bisphenol-A) yang dikenal aman untuk makanan. Selain itu, desain dan pengujian kemasan dalam kondisi nyata juga perlu dilakukan untuk memastikan kemasan tetap aman selama distribusi dan penyimpanan dalam berbagai kondisi.
Pentingnya Peran Negara dalam Menjamin Keamanan Produk
Negara memiliki peran penting dalam menjamin keamanan produk makanan, termasuk kemasannya. Regulasi dan kebijakan yang ketat harus diterapkan untuk mengontrol standar produksi kemasan makanan yang aman bagi konsumen. Negara harus membuat peraturan yang menjamin bahwa kemasan yang digunakan tidak mengandung zat berbahaya yang dapat berpindah ke makanan.
Selain regulasi, pengawasan, dan penegakan hukum oleh pemerintah juga sangat penting. Inspeksi terhadap produsen kemasan dan makanan harus dilakukan secara berkala. Jika ditemukan pelanggaran terhadap standar keamanan, penegakan hukum dengan sanksi tegas harus dilakukan untuk melindungi konsumen.
Edukasi kepada masyarakat dan produsen juga sangat diperlukan. Konsumen harus mengetahui pentingnya memilih produk yang aman, sementara produsen perlu diberi panduan mengenai praktik terbaik dalam pembuatan kemasan yang aman. Di samping itu, sertifikasi dan izin dari pemerintah juga merupakan langkah penting dalam memastikan produk yang beredar di pasaran telah memenuhi standar keamanan.
Dalam perdagangan global, kerja sama internasional juga sangat penting. Banyak produk impor menggunakan kemasan dari negara lain, sehingga harmonisasi standar keamanan pangan di tingkat internasional diperlukan untuk melindungi konsumen di pasar global.
Baca: Urgensitas Label Halal bagi Keluarga Muslim
Mekanisme Sistem Islam untuk Menjamin Keamanan Pangan
Dalam Islam, keamanan pangan merupakan bagian dari ajaran yang sangat diperhatikan. Islam tidak hanya mengatur bahwa makanan harus halal, yaitu sesuai dengan hukum syariah, tetapi juga tayib, yang berarti baik dan aman bagi kesehatan. Prinsip ini menuntut makanan, termasuk kemasan yang digunakan, harus terjamin keamanannya.
Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman:
"Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan; karena sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu."
(QS. Al-Baqarah: 168)
Ayat ini menekankan pentingnya tidak hanya mengonsumsi makanan halal, tetapi juga makanan yang baik dan tidak berbahaya bagi kesehatan. Makanan yang disimpan dalam kemasan yang mengandung zat berbahaya tentu tidak bisa dikategorikan sebagai tayib.
Negara dalam sistem Islam (Khilafah) memiliki tanggung jawab penuh untuk memastikan keamanan pangan. Pemerintah wajib mengawasi seluruh proses produksi hingga distribusi makanan, termasuk aspek kemasan. Negara melalui lembaga yang ditunjuk akan memastikan bahwa setiap produk yang beredar memenuhi syarat halal dan tayib. Hal ini sesuai dengan prinsip tanggung jawab pemimpin, sebagaimana disabdakan oleh Nabi Muhammad saw. :
”Setiap dari kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya." (HR. Bukhari dan Muslim)
Selain pengawasan, sistem Islam melarang penipuan dan kecurangan dalam perdagangan. Dalam hal ini, produsen harus jujur dalam menyatakan bahan-bahan yang digunakan, baik untuk produk makanan maupun kemasannya. Hal ini berdasarkan hadis Rasulullah saw.:
"Barang siapa yang menipu kami, maka dia bukan dari golongan kami."
(HR. Muslim)
Sistem Islam juga menerapkan sanksi tegas bagi pelanggar aturan keamanan pangan. Jika ada produsen yang melakukan kecurangan atau melanggar aturan, mereka akan dikenakan sanksi sesuai tingkat kesalahan dan dampaknya terhadap masyarakat. Ini bertujuan untuk memberikan perlindungan maksimal bagi konsumen.
Dengan penerapan prinsip halal dan tayib, pengawasan yang ketat oleh negara, serta sanksi tegas bagi pelanggar, sistem Islam memberikan mekanisme komprehensif untuk menjamin keamanan pangan. Islam menjadikan keamanan dan kesehatan konsumen sebagai prioritas yang sejalan dengan syariat, untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh. Wallahu ‘alam bishowab. []
Rindu pengaturan Islam yang super detil dalam semua lini kehidupan. Termasuk dalam bungkus makanan. Betul, ngeri liat saat ini. Bungkus plastik ada dimana-mana. Semoga Allah selalu karuniakan afiyah pada kita semua dan Islam semoga segera menjelma sebagai sistem hidup yang paripurna.
Mengerikan sekali ya Mba Vega kemasan makanan yang berbahaya bagi tumbuh. Semoga Islam segera tegak sehingga tubuh terjaga dari bungkus makanan yang berbahaya. Indahnya Islam melindungi problematik umat
Barakallah, semoga mencerahkan.