Islamofobia di Eropa yang kian tampak sejatinya bisa diatasi oleh penegakan Khilafah Islamiah. Ketika Khilafah tegak, islamofobia bisa hengkang dari dunia ini.
Oleh. Siti Komariah
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Kerusuhan di Inggris kian memanas. Pasalnya, gelombang demonstrasi antimuslim kian menggila di beberapa kota di Inggris, seperti Liverpool. Mereka melakukan demonstrasi dan penyerangan yang ditujukan kepada imigran muslim, seperti di tempat pencarian suaka. Dengan kian menggilanya gelombang demonstrasi ini, aksi tandingan dari kelompok antirasisme pun muncul. Mereka berkumpul, bergandeng tangan, dan membentuk perisai manusia untuk melindungi pusat pencari suaka.
Kerusuhan yang kian memanas ini dipicu oleh serangan pisau di Southport, Merseyside pada akhir Juli lalu. Dalam serangan tersebut tiga anak tewas dan sepuluh orang luka-luka. Tindakan itu membuat warga marah dan dimanfaatkan oleh kelompok sayap kanan ekstrem dengan menyebarkan berita palsu di media sosial bahwa pelaku penikaman adalah warga dari imigran muslim. Berita itu cepat tersebar dan menyulut kemarahan warga. Kemarahan ini pun dimobilisasi oleh kalangan ekstremis untuk melakukan penyerangan dan aksi demonstrasi antimuslim serta meningkatkan islamofobia (CNBCIndonesia.Com, 08/09/2024).
Ketua Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Inggris Dyah Mustikaning Pitha Prawesti mengungkapkan bahwa kerusuhan di Inggris akibat dari ulah para aktivis islamofobia yang memanfaatkan momen penyerangan di Southport, Merseyside untuk meningkatkan islamofobia di Inggris.
Islamofobia di Inggris Kian Akut
Tidak dimungkiri bahwa kerusuhan antimuslim yang dipicu serangan pisau kian mengindikasikan akutnya islamofobia di negeri tersebut. Bagaimana tidak, kaum muslim menjadi sasaran kemarahan dari warga hanya karena berita palsu yang disebarkan oleh aktivis ekstremis islamofobia.
Kondisi ini wajar terjadi sebab sejak penyerangan yang dilakukan oleh Palestina ke Yahudi Israel pada Oktober lalu, media barat terus berupaya memberitakan bahwa Palestina adalah pelaku kekerasan. Hal ini memunculkan stigma negatif terhadap kaum muslim yang dianggap sering melakukan kekerasan. Oleh karena itu, ketika ada berita kekerasan yang dilakukan oleh kaum muslim, mereka langsung melakukan penyerangan atau pembalasan.
Sebelumnya, aksi penyerangan akibat islamofobia di Inggris juga telah meningkat tajam. Menurut pantauan Organisasi Tell MAMA (Measuring Anti-Muslim Attacks), kejahatan karena islamofobia di Inggris telah mengalami peningkatan tiga kali lipat dibandingkan periode sebelumnya setelah serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober lalu. Tell MAMA mencatat ada 2.010 kasus pelanggaran akibat islamofobia, baik online maupun aksi nyata pada periode 7 Oktober 2023 sampai 7 Februari 2024.
Ketua Komisi Hubungan Luar Negeri dan Kerjasama Internasional MUI Buya Bunyam Saptomo juga mengatakan, kerusuhan di Inggris menunjukkan islamofobia kian meningkat tajam. Ia juga mengatakan bahwa dunia sedang mengalami polarisasi akibat perang antara Palestina dan Israel. Islamofobia bukan hanya terjadi di Inggris, tetapi juga di kawasan Eropa dan Amerika Serikat.
Ketakutan Kelompok Ekstremis Inggris
Kelompok ekstremis pengidap islamofobia merasa ketakutan dengan adanya peningkatan jumlah kaum muslim di Inggris. Menurut data kantor Statistik Nasional (ONS) Inggris, pemeluk Islam meningkat 44% dalam satu dekade, yaitu 2,7 juta muslim pada 2011 menjadi 3,9 juta muslim pada 2021 (republika.co.id, 06-05-2024).
Ketakutan tersebut kian menjadi-jadi disebabkan banyaknya kaum muslim yang menduduki kursi pemerintahan. Sebanyak 25 warga muslim telah terpilih menjadi anggota Dewan Rakyat yang merupakan Majelis Rendah di Parlemen Inggris. Ini merupakan peningkatan yang signifikan dibandingkan tahun lalu sebanyak sembilan belas orang (antaranews.com, 10-07-2024).
Peningkatan jumlah muslim di Inggris, termasuk yang menduduki kursi pemerintahan, menandakan bahwa keberadaan kaum muslim telah mampu menyaingi kelompok sayap kanan. Bahkan kaum muslim dianggap akan menjadi ancaman nyata di kemudian hari karena mampu mendominasi Inggris. Kaum ekstremis beranggapan bahwa kaum muslim akan bisa mengubah dan menggeser nilai-nilai budaya yang ada di tengah masyarakat. Bahkan lebih dari itu, mereka beranggapan bahwa mereka juga bisa mendapatkan perlakuan buruk, seperti yang dilakukan Hamas kepada Israel sebagaimana yang dicitrakan oleh kelompok antimuslim.
Islamofobia, Agenda Barat
Tidak hanya di Inggris, peningkatan jumlah muslim di negara-negara Barat lainnya juga dianggap sebagai ancaman sebab Islam dianggap menghalangi kepentingan mereka. Ya, Islam dan Barat memiliki perbedaan fundamental yang nantinya akan menimbulkan benturan pandangan hidup di tengah masyarakat. Pandangan hidup Islam dan Barat sangat berbeda jauh, yaitu Islam menyandarkan perbuatan di atas hukum syarak, sedangkan Barat menyandarkan perbuatan pada kebebasan.
Pandangan hidup Islam kaffah menyangkut seluruh aspek kehidupan, termasuk politik dan ekonomi yang nantinya membuat Barat kehilangan taringnya di dunia ini. Musuh-musuh Islam sadar bahwa ketika Islam diterapkan di dunia, hegemoni mereka, terkhusus di negeri muslim, akan hilang sebab asas kebebasan kepemilikan tidak ada di dalam Islam. Semua pengaturan kepemilikan disandarkan pada syariat Islam sehingga kepemilikan umum yang berupa tambang nikel, batu bara, emas, dan lainnya tidak boleh dikuasai oleh swasta, apalagi asing.
Oleh sebab itu, Barat membuat berbagai rekayasa politik yang didesain dengan apik agar dunia terus membenci Islam. Stigma negatif terus diaruskan di tengah masyarakat, baik muslim maupun nonmuslim. Radikalisme dan terorisme disematkan pada ajaran Islam dan kaum muslim yang memunculkan islamofobia. Kaum muslim dianggap sebagai pelaku kekerasan dan kehancuran bagi perdamaian dunia.
Musuh Islam tidak hanya menyebarkan islamofobia pada nonmuslim, tetapi juga menghasut kaum muslim agar tidak beragama secara kaffah. Hal itu terlihat dari upaya mereka untuk memodernisasi ajaran Islam agar sesuai dengan kepentingan mereka.
https://narasipost.com/world-news/07/2024/politisi-muslim-di-mimbar-parlemen-inggris/
Mereka juga berupaya mencekoki masyarakat dengan menyatakan bahwa apa pun yang berasal dari Islam harus dicurigai sebab bisa memicu konflik. Misalnya, mereka mengopinikan bahwa penegakan Islam akan memunculkan permusuhan di mana-mana dan banyak jiwa akan melayang karena jihad. Selanjutnya, hukum Islam mereka anggap tidak manusiawi, dan berbagai dalih lainnya.
Semua yang Barat lakukan tersebut menunjukkan ketakutannya terhadap kebangkitan Islam di dunia ini. Mereka sadar bahwa sistem yang mereka emban saat ini berada di ujung tanduk. Tanda-tanda kehancurannya pun kian terlihat di berbagai aspek, seperti ketidakmampuan PBB menciptakan perdamaian dunia, kocar-kacirnya perekonomian dunia, dan lainnya. Barat pun sadar bahwa yang mampu menggantikan kerusakan tersebut adalah Islam yang telah nyata kebangkitannya. Apalagi ketika melihat jumlah muslim kian meningkat pesat, kekhawatiran makin menyelimuti pikiran mereka. Wajar jika mereka berupaya memasifkan segala cara untuk mencegah kebangkitan Islam.
Butuh Persatuan Kaum Muslim
Jumlah kaum muslim yang kian meningkat serta banyaknya muslim yang menduduki kursi pemerintahan tidak berdampak apa pun bagi kebangkitan Islam sebab kaum muslim masih tercerai-berai. Yang ada justru kaum muslim tetap berada dalam kendali dan kungkungan Barat, bahkan siap menjadi antek-antek Barat untuk mencekal kebangkitan Islam tersebut. Hal ini terlihat dari fakta para penguasa muslim yang tidak berkutik ketika melihat saudara muslimnya dizalimi bahkan dibunuh secara kejam, padahal kaum muslim merupakan saudara.
Allah berfirman, “Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat.” (QS. Al-Hujurat: 10).
Rasulullah juga bersabda, “Salah seorang di antara kalian tidaklah beriman (dengan iman sempurna) sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Peningkatan jumlah kaum muslim saat ini membutuhkan sebuah institusi yang mampu mempersatukan mereka dalam satu kesatuan dan mampu menjadikan kaum muslim diperhitungkan kekuatannya oleh dunia. Institusi tersebut adalah Khilafah Islamiah, sebuah negara yang menerapkan Islam kaffah pada seluruh sendi kehidupan manusia. Khilafah akan mampu menjaga dan melindungi darah, harta, dan jiwa kaum muslim. Khilafah tidak akan bergantung apalagi membebek pada negeri-negeri musuh. Khilafah justru siap memerangi mereka jika mengganggu umat Islam.
Beberapa cara yang dilakukan Khilafah untuk menjadikan kaum muslim sebagai negara yang kuat, yaitu sebagai berikut.
Pertama, menerapkan sistem politik Islam. Sistem politik ini akan me-riayah rakyatnya dengan baik dan menjamin terpenuhinya kebutuhan rakyat. Khilafah akan menjadi negara adidaya karena mampu mengontrol dan menjalankan kepemimpinan sesuai syariat Islam. Dengan penerapan sistem politik Islam, kaum muslim akan menjadi rujukan di dunia.
Kedua, menerapkan sistem ekonomi Islam. Khilafah berdaulat secara ekonomi, tidak bergantung pada negara lain, dan mampu menyejahterakan rakyatnya. Sistem ekonomi Islam memiliki pengaturan yang khas dan komprehensif, pendapatan dan belanja negara didasarkan pada syariat Islam sehingga negeri-negeri muslim akan menjadi negeri yang sejahtera.
Ketiga, menciptakan kemandirian industri, termasuk industri militer, sehingga Khilafah memiliki kekuatan yang luar biasa. Industri ini didukung oleh sumber daya manusia yang cerdas dan siap berjihad.
Khatimah
Islamofobia di Eropa yang kian tampak sejatinya bisa diatasi oleh penegakan Khilafah Islamiah. Ketika Khilafah tegak, islamofobia bisa hengkang dari dunia ini. Namun, patut dipahami bahwa Khilafah membutuhkan perjuangan yang tidak mudah. Mari kita berjuang agar fajar kebangkitan Islam segara tampak. Wallahua’lam bishawab.[]
Syukron jazakillah Mom dan Tim NP