Maraknya bisnis joki tugas saat ini menunjukkan bahwa dunia pendidikan sedang mengalami badai moral yang besar.
Oleh. Puput Ariantika, S.T.
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Joki tugas mewabah di kalangan mahasiswa dan kini viral di media sosial. Mereka berhasil mendirikan perusahaan dengan menawarkan jasa untuk mengerjakan tugas-tugas mahasiswa, mulai dari tugas harian hingga skripsi bahkan tesis. Bisnis jasa ini mendapat sorotan dari berbagai pihak, baik dari kalangan warganet maupun pihak universitas. Bisnis ini dinilai bertentangan dengan napas dan tujuan pendidikan karena penuh dengan kebohongan. Menurut Rektor Universitas Airlangga (Unair) Prof. Dr. Mohammad Nasih, S.E., M.T. Ak., joki tugas bisa dikategorikan pembohongan lantaran tidak sesuai dengan nilai-nilai dan etika akademis. (Kompas.com, 27 Juli 2024)
Joki tugas adalah ladang bisnis yang banyak diminati, seiring dengan banyaknya permintaan (demand) dan disambut dengan merebaknya penawaran (supply). Walaupun menuai komentar negatif dari masyarakat, sebagian orang menggunakan jasa tersebut untuk menyelesaikan berbagai tugas. Harga joki tugas dipatok bervariasi sesuai dengan tingkat kesulitannya dan waktu pengerjaannya. Harga jasa yang ditawarkan mulai dari puluhan ribu hingga ratusan ribu rupiah. Bahkan penghasilan seorang joki tugas bisa mencapai Rp650 ribu per hari atau Rp19,5 juta per bulan. (Republika.co.id, 26 Juli 2024)
Keberadaan joki tugas sangat berbahaya dalam dunia pendidikan karena berkaitan dengan etika dan moral pendidikan. Pasalnya tugas-tugas yang diberikan kepada mahasiswa atau siapa pun yang berada di dunia pendidikan itu ditujukan untuk mengasah kemampuan dan mempertajam analisis berpikirnya. Jika tugas diberikan kepada joki, apa artinya kita sekolah? Ditambah lagi, jika itu berkaitan dengan tugas akhir seperti karya ilmiah, skripsi, tesis dll., hasilnya adalah karya plagiat atau karya bohongan karena bukan karya tulis yang dibuat dari olah pikirnya sendiri, melainkan karya milik si joki.
Perjokian ini bukanlah hal baru, mereka sudah ada sejak lama. Namun, geraknya terbatas karena masih punya rasa malu dan takut jika ketahuan, tetapi sekarang seiring dengan kemajuan teknologi mereka publikasikan secara besar-besaran bahkan dipromosikan oleh influencer di media sosial. Media sosial telah mempertemukan antara joki dan pengguna jasa. Rusaknya lagi, joki tugas bukan hanya menyediakan jasa untuk mengerjakan tugas, tetapi juga membuka lowongan pekerjaan sebagai joki dengan kriteria baik secara akademis.
Akar Masalah Joki Tugas
Maraknya bisnis joki tugas saat ini menunjukkan bahwa dunia pendidikan sedang mengalami badai moral yang besar. İjazah tidak lagi menunjukkan apakah seseorang punya kemampuan di bidangnya atau tidak. İjazah hanyalah selembar kertas tak berarti. Ditambah lagi kasus plagiarisme oleh seorang guru besar sebelumnya makin menunjukkan keburukan di dunia pendidikan.
Akar masalah dari bisnis joki tugas yang tumbuh subur di negeri ini adalah karena hilangnya tujuan pendidikan yang sebenarnya. Pandangan hidup kapitalistik membuat dunia pendidikan memiliki tujuan kapitalistik, hanya sekadar materi. Kapitalisme telah menjadikan seseorang berpikir serba instan. Sekolah hanya untuk meraih gelar, bukan ilmu. Gelar hanya dijadikan untuk meraih pekerjaan yang bagus dengan gaji besar. Jadi semua yang dilakukan bermuara pada materi. Jelas sudah materi jadi fokus tujuan utama.
Abainya Negara
Dengan viralnya masalah ini, harusnya pemerintah mengambil perannya untuk memberikan solusi. Pemerintah punya kemampuan untuk meluruskan tujuan pendidikan yang sebenarnya dan memberikan sanksi yang tegas kepada para pelaku, baik joki atau pengguna jasa. Mudah bagi pemerintah untuk menemukan para pelaku. Jejak digital terpampang di dunia maya. Polisi siber sejatinya mudah menemukan mereka karena transaksi bisa dilacak. Terlebih lagi, mereka melakukannya secara online.
https://narasipost.com/opini/11/2022/fenomena-joki-skripsi-cikal-bakal-tikus-berdasi/
Sayang seribu sayang, pemerintah tidak hadir dalam menyelesaikan permasalahan ini. Pemerintah mengabaikannya sehingga bisnis joki tugas akan makin besar dan berkembang. Bisa jadi ke depannya bisnis ini dibebani pajak. Pemerintah juga turul andil dalam menyuburkan bisni joki tugas ini melalui kurikulum. Kurikulum disusun sesuai kebutuhan pasar. Peserta didik disiapkan untuk menjadi pekerja, bukan sebagai calon pemimpin masa depan. Jadilah para siswa dan mahasiswa dididik dengan konsep kapitalistik, semua berorientasi materi.
Tujuan Pendidikan Islam
Tujuan pokok pendidikan adalah membangun kepribadian Islam. Pendidikan dimulai dengan menanamkan tsaqafah Islam berupa akidah, pemikiran, dan perilaku Islam ke dalam akal dan jiwa anak didik. Pendidikan Islam akan mempersiapkan anak-anak kaum muslim untuk menjadi pakar di setiap aspek kehidupan, baik pada aspek ilmu Islam maupun ilmu terapan seperti teknik, kimia, fisika, kedokteran, dan lain-lain.
Para ulama yang unggul akan membawa Negara Islam dan umat untuk menempati posisi puncak di antara negara dan bangsa lain, bukan sebagai pengekor. Pendidikan Islam akan menjadikan generasi Islam memiliki ketakwaan yang tinggi. Mereka akan berbuat dengan standar halal dan haram. Mereka tidak menghalalkan segala cara demi meraih tujuan. Generasi ini menjadi generasi kebanggaan umat.
Selain itu, pendidikan Islam menjadikan apa yang dipelajari bermanfaat (ilmu lil amal). Dengan konsep inilah para peserta didik akan belajar serius dan bersungguh-sungguh karena mereka mempunyai tujuan demi kemaslahatan umat. Mereka juga menyadari bahwa setiap perbuatan akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah Swt.
فَوَرَبِّكَ لَـنَسۡــَٔلَـنَّهُمۡ ااَجۡمَعِيۡنَۙ٩٢عَمَّا كَانُوۡا يَعۡمَلُوۡنَ ٩٣
"Maka demi Rabbmu, Kami pasti akan menanyai mereka semua tentang apa yang telah mereka kerjakan dahulu." (TQS. Al-Hijr : 92-93)
Jelas sudah pendidikan Islam mempunyai visi mulia dalam membangun peradaban. Hal ini juga sudah pernah dilakukan oleh para pendahulu ketika Islam diterapkan dalam konsep kenegaraan. Sejarah Islam telah membuktikan kehebatan sistem pendidikan Islam, yaitu dengan lahirnya para ilmuwan yang hebat, di antaranya İbnu Sina sebagai Bapak Kedokteran Dunia, Al-Khawarizmi Bapak Matematika, Jabir bin Hayyan Bapak Kimia, dan lain-lain. İni jelas membuktikan bahwa sistem pendidikan Islam memang luar biasa. Wallahu'alam. []