Dalam surah Ar-Rahman ayat 33, Allah Swt. menyatakan bahwa manusia tidak akan mampu menembus langit atau menjelajah angkasa, kecuali atas izin-Nya.
Oleh. Mariyah Zawawi
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com- Allah Swt. berfirman dalam QS. Ar-Rahman: 33,
يٰمَعْشَرَ الْجِنِّ وَالْإنْسِ إنِ اسْتَطَعْتُمْ أنْ تَنْفُذُوْا مِنْ أقْطَارِ السَّمٰوَاتِ وَالْأرْضِ فَانْفُذُوْا لَا تَنْفُذُوْنَ إلَّا بِسُلْطَانٍ
Artinya: “Wahai golongan jin dan manusia! Jika kalian mampu menembus penjuru langit dan bumi, tembuslah! Kalian tidak akan mampu menembusnya kecuali dengan kekuatan (dari Allah).”
Dalam surah Ar-Rahman ayat 33 ini, Allah Swt. menantang jin dan manusia untuk menembus langit atau menjelajah angkasa. Dalam ayat tersebut, Allah Swt. juga menyatakan bahwa manusia tidak akan mampu melakukannya, kecuali atas izin-Nya.
Para mufasir berbeda pendapat dalam menafsirkan surah Ar-Rahman ayat ke-33 ini. Ibnu Katsir menafsirkan ayat ini dengan pendapatnya bahwa jin dan manusia tidak akan mampu menghindar dari takdir dan aturan Allah Swt. Sementara itu, Al-Qurthubi menyampaikan pendapat Adh-Dhahak bahwa mereka tidak akan mampu lari dari kematian, meskipun menembus langit. Selain itu, beliau juga menyampaikan pendapat Ibnu Abbas bahwa manusia tidak akan mampu memiliki semua ilmu yang ada di langit dan bumi, kecuali dengan sulthan atau bayyinah (ilmu) dari Allah Swt.
Sementara itu, Ath-Thabari menyatakan bahwa manusia tidak akan mampu menembus penjuru langit, yakni lapisan langit yang di atasnya. Artinya, manusia dapat terbang ke angkasa menembus atmosfer bumi, tetapi tidak akan mampu menembus lapisan langit. Namun, Allah Swt. mengecualikan Nabi Muhammad saw. yang mampu menembus langit ketujuh hingga ke Sidratulmuntaha saat melakukan Isra Mikraj. Peristiwa tersebut menunjukkan bahwa hal itu hanya terjadi atas kekuasaan Allah Swt.
Meskipun ada perbedaan di kalangan para mufasir tentang tafsir ayat ini, para ilmuwan muslim merasa tertantang dengannya. Mereka pun melakukan penelitian dan mempelajari benda-benda langit, hingga berupaya menciptakan alat untuk menembusnya. Hal ini dapat mereka lakukan karena mereka memiliki potensi yang luar biasa.
Potensi Manusia
Manusia diciptakan oleh Allah Swt. bersama dengan potensi kehidupannya, yaitu berupa kebutuhan fisik dan naluri. Semua ini butuh dipenuhi. Untuk itu, Allah Swt. telah membekali manusia dengan akal sehingga ia mampu berpikir. Dengan berpikir itulah manusia dapat menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapinya dalam memenuhi kebutuhan.
Dalam perkembangannya, manusia kemudian mampu membuat pakaian yang dapat melindunginya dari terik matahari dan menghangatkan tubuhnya saat udara dingin. Pakaian itu juga dapat digunakannya untuk memperindah penampilannya. Pakaian membuat laki-laki tampak gagah dan berwibawa serta membuat perempuan makin cantik memesona.
Selain itu, manusia juga membangun rumah untuk melindungi dirinya dari panas dan hujan. Rumah itu juga menjadi tempatnya berlindung dari serangan binatang buas. Rumah itu juga menjadi tempatnya beristirahat untuk melepaskan segala penat setelah bekerja seharian.
Ia juga membuat berbagai peralatan yang dapat memudahkan aktivitasnya. Berbagai peralatan itu terus berkembang dari waktu ke waktu. Kemampuan berpikir serta daya imajinasi yang dimilikinya membuat manusia mampu membuat penemuan-penemuan baru dan menyempurnakan penemuan-penemuan sebelumnya.
Bermanfaat bagi Manusia Lain
Berbagai penemuan yang berhasil dilakukan oleh manusia ini menunjukkan bahwa manusia memiliki potensi yang luar biasa. Potensi yang luar biasa ini tidak semestinya digunakan untuk kepentingan diri sendiri. Sebaliknya, potensi ini juga harus bermanfaat untuk orang lain.
Agama Islam juga telah mendorong pemeluknya untuk menjadi manusia yang bermanfaat. Dalam HR. Ahmad, Ad-Daruqutni, dan Ath-Thabrani disebutkan,
خَيْرُ النَّاسِ أنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ
Artinya: “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.”
Hadis ini memberikan gambaran sosok manusia terbaik, yaitu manusia yang paling banyak memberi manfaat kepada orang lain. Manfaat yang diberikan dapat berupa harta, tenaga, pikiran, ilmu pengetahuan, maupun hasil karya berupa penemuan-penemuan. Melalui hal-hal tersebut, orang lain pun terbantu dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Misalnya, sedekah orang kaya akan bermanfaat bagi orang miskin yang membutuhkan. Demikian pula penemuan obat bius dan lensa optik sangat bermanfaat bagi manusia.
Inilah yang disebut dengan motivasi ruhiyah, yakni kesadaran atas hubungan dirinya dengan Allah Swt. Mereka memahami bahwa segala yang dilakukannya harus selalu berdasarkan perintah dan larangan-Nya. Itulah sebabnya, para ilmuwan muslim kemudian berupaya untuk melakukan berbagai penemuan dalam rangka meraih rida-Nya.
Dukungan Negara Islam terhadap para Ilmuwan
Berbagai penemuan yang dilakukan oleh para ilmuwan muslim juga muncul karena motivasi ideologis, yakni menjadikan peradaban Islam berjaya dan digdaya di dunia. Tentu saja hal ini tidak dapat dilepaskan dari dukungan Negara Islam saat itu. Para khalifah yang menjadi pemimpin negara memberikan perhatian yang besar dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Para khalifah memberikan dukungan berupa perpustakaan, dana, dan fasilitas lainnya. Misalnya, pada masa Khalifah Harun ar-Rasyid, disediakan perpustakaan lengkap yang terkenal dengan nama Baitul Hikmah. Khalifah juga memerintahkan penerjemahan buku-buku hasil penemuan para ilmuwan nonmuslim ke dalam bahasa Arab, seperti buku-buku matematika dan astronomi yang memperkaya khazanah pengetahuan para ilmuwan muslim. Selain itu, Khalifah Harun ar-Rasyid juga memberikan imbalan kepada para penulis buku berupa emas yang beratnya sama dengan berat buku.
Karena dukungan dari negara inilah, muncul ilmuwan-ilmuwan yang berkualitas. Mereka bukan ilmuwan yang menelan mentah-mentah teori para ilmuwan sebelumnya. Namun, mereka mempelajari dan memperbaiki teorinya. Seperti yang dilakukan oleh Al-Batani yang memperbaiki teori Ptolomeus tentang kemiringan sumbu orbit.
https://narasipost.com/syiar/12/2020/mengamalkan-alquran-dengan-taat-syariat/
Selain itu juga muncul para penemu di bidang teknologi. Salah satunya adalah Abbas ibnu Firnas atau yang lebih dikenal dengan Ibnu Firnas. Ia adalah orang pertama yang berusaha terbang menggunakan alat sejenis ornithopter, yaitu alat terbang yang menyerupai sayap burung. Karena upaya yang pertama ini gagal, ia kemudian menciptakan alat yang menjadi cikal bakal gantole. Dengan alat ini, ia berhasil terbang beberapa saat, meskipun kemudian gagal mendarat dengan mulus.
Apa yang dilakukan oleh Ibnu Firnas merupakan jawaban atas tantangan yang diberikan oleh Allah Swt. dalam surah Ar-Rahman ayat ke-33 tersebut. Meskipun saat itu upayanya belum berhasil, hal itu menginspirasi ilmuwan-ilmuwan setelahnya untuk menciptakan alat agar dapat menembus langit. Saat ini, kita dapat menyaksikan bahwa manusia telah berhasil menembus langit. Pada 1961, kosmonaut Uni Soviet Yuri Gagarin telah berhasil mengelilingi orbit bumi. Setelah itu, berbagai misi penerbangan luar angkasa pun dilakukan.
Sayangnya, umat Islam masih jauh tertinggal. Umat Islam saat ini hanya menjadi penonton dari berbagai kemajuan di bidang teknologi pesawat luar angkasa ini. Semoga umat Islam segera bangkit mengejar ketertinggalan dan membangun kembali peradaban Islam yang agung.
Wallahua’lam bishawab. []
Masih banyak hal yang belum mampu diungkap oleh manusia. Andai berada di bawah naungan Islam, pasti kaum muslim menjadi umat terdepan, utamanya dalam hal sains dan teknologi.
Jujur, sampai sekarang saya masih bertanya-tanya, apakah benar ada yang sudah pernah menembus langit hingga ke luar angkasa,, bahkan mendarat ke bulan?? Soalnya pernah baca itu hanyalah bagian dari teori konspirasi..
Karena sekarang gambar dan video sudah busa di edit2 sedemikian rupa...
Aamiin. Sejak keruntuhan Islam, kaum muslim memang kian tertinggal jauh. Padahal potensi kaum muslim begitu besar.