Serangan Israel dan Ambisi AS di Timur Tengah

Serangan Israel dan Ambisi AS di Timur Tengah

Serangan Israel terhadap negeri-negeri muslim dan ambisi AS menguasai Timur Tengah adalah fakta miris yang menimpa kaum muslim karena ketiadaan Khilafah.

Oleh. Sartinah
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com & Penulis Rempaka Literasiku/Bianglala Aksara)

NarasiPost.Com-Tentara Israel kembali bersitegang dengan negara lain. Setelah membombardir dan meluluhlantakkan Palestina, Zionis Yahudi melakukan serangan terhadap milisi Houthi di Yaman. Penyerangan tersebut dilakukan pada Sabtu (20-7-2024) dengan menargetkan kota pelabuhan Hodeidah. Menariknya, saat melakukan penyerangan, Israel menggunakan wilayah udara Arab Saudi.

Israel menyatakan, Riyadh telah mengizinkan penggunaan wilayah udaranya untuk menyerang Hodeidah. Selain terhadap Saudi, Israel juga mengeklaim sudah memberitahu Amerika Serikat (AS) tentang rencana tersebut beberapa jam sebelum penyerangan dilakukan. Hal ini sebagaimana dilaporkan oleh Radio Angkatan Darat Israel dan surat kabar Ibrani Yedioth Ahronoth. (cnnindonesia.com, 23-7-2024)

Namun, klaim persetujuan tersebut dibantah oleh Arab Saudi dan AS. Saudi menyatakan, negaranya tidak terlibat dalam serangan Israelm, sebagaimana dikatakan oleh Juru Bicara Kementerian Pertahanan Saudi Brigadir Jenderal Turki al-Maliki. Turki al-Maliki menyebut, Saudi tidak memiliki hubungan atau partisipasi dalam menargetkan Hodeidah. Selain membantah klaim Israel, Saudi menyatakan tidak akan membiarkan wilayah udaranya disusupi oleh siapa pun. Pernyataan serupa juga dikemukakan oleh AS yang menyebut tidak ikut serta dalam serangan Israel tersebut.

Alasan Serangan Israel

Terlepas dari bantahan Saudi dan AS, sejatinya tidak akan mengubah fakta bahwa Israel telah menyerang Houthi melalui wilayah udara Riyadh. Di sisi lain, ketegangan yang berujung saling serang antara Houthi dan militer Israel tidak terjadi begitu saja. Ketegangan ini berawal saat Houthi menembakkan rudalnya hingga menembus Tel Aviv, ibu kota Israel pada Jumat (19-7-2024). Serangan milisi Houthi tersebut mengakibatkan ledakan di Shalom Aleichem yang berada dekat gedung Konsulat Amerika Serikat. Dalam insiden tersebut satu orang dinyatakan tewas dan 10 lainnya terluka. (cnnindonesia.com, 22-7-2024)

Serangan Houthi ke Tel Aviv pun direspons oleh Israel dengan melakukan serangan balik. Israel kemudian menargetkan serangan terhadap depot penyimpanan bahan bakar dan pembangkit listrik di Hodeidah, Yaman. Akibat serangan tersebut, kebakaran besar melanda Hodeidah hingga mengakibatkan pemadaman aliran listrik di wilayah itu.

Sejatinya, serangan milisi Houthi terhadap Israel bukan tanpa alasan. Serangan itu disebut sebagai bentuk dukungan terhadap Palestina sejak Hamas menyerang Israel. Secara kasatmata, Houthi diketahui memiliki sikap sangat bermusuhan dengan Israel. Hal ini karena Israel dianggap sebagai biang kerok utama atas ketidakstabilan dan ketidakadilan di Timur Tengah.

Houthi bahkan sering mengeluarkan slogan-slogan anti-Israel seperti "Kematian bagi Israel", "Kutuklah Yahudi", dan "Kemenangan bagi Islam". Tak hanya itu, Houthi juga mengecam normalisasi hubungan beberapa negara Arab dengan Israel, seperti Mesir, Yordania, UEA, dan Bahrain. Houthi menganggap normalisasi tersebut sebagai bentuk pengkhianatan. Namun, sebuah pertanyaan penting layak dilontarkan untuk Houthi. Benarkah milisi yang menguasai Yaman itu benar-benar memusuhi dan memerangi AS dan sekutunya?

Pembelaan Palsu Houthi

Pembelaan yang dilakukan Houthi terhadap Palestina dengan menyerang kapal-kapal kargo Eropa di Laut Merah sejatinya hanyalah kepalsuan belaka. Tindakan Houthi di Laut Merah sesungguhnya hanyalah mengimplementasikan strategi AS. Amerika bermaksud menguasai Laut Merah dan menyingkirkan Inggris dari sana. Tujuan akhirnya adalah menjadikan AS sebagai satu-satunya pusat kekuatan di kawasan.

Harus dipahami, meski AS dan Inggris adalah sekutu, keduanya sebenarnya bersaing memperebutkan pengaruh di Yaman dan Laut Merah sehingga keduanya memiliki pandangan yang berbeda terkait tindakan Houthi di Laut Merah. Inggris menolak keras penyerangan kapal-kapal oleh Houthi karena dianggap mengancam navigasi global. Inggris pun berupaya menyerang Houthi dengan serangan yang menyakitkan.

Namun, AS ikut campur dalam operasi gabungan di Laut Merah untuk menyerang Houthi. Hal ini membuyarkan impian dan tujuan Inggris untuk menguasai Yaman dan Laut Merah sendirian. Lantas, apa tujuan AS ikut menyerang Houthi, padahal di belakang layar AS mendukung Houthi? Tujuan AS adalah untuk mengagungkan Houthi di hadapan opini publik bahwa milisi itu adalah pahlawan. Dengan demikian, Houthi mendapat dukungan dari umat Islam dan dunia internasional, padahal sejatinya dia adalah pion AS di Timur Tengah.

https://narasipost.com/world-news/01/2024/dua-pelajaran-dari-insiden-laut-merah/

Konstelasi di Timur Tengah memang rumit. Namun, siapa pun yang mampu melihat dengan jeli akan mengetahui bahwa Houthi jelas memiliki ketergantungan terhadap AS. Contohnya, Houthi memerintah penduduk Yaman dengan hukum sekuler yang cacat, menyebarkan pemahaman AS, dan menjaga kemaslahatannya serta menyebarkan persepsi Barat yang rusak. Strategi jahat AS pun dijalankannya dalam rangka memecah belah kaum muslim dan menciptakan kebencian di antara mereka. Meski demikian, sebagian orang percaya bahwa Houthi benar-benar mendukung Gaza dan memerangi AS.

Kepentingan AS di Balik Konflik Israel-Houthi

AS seolah-olah gerah dengan dukungan Houthi terhadap Gaza hingga menggempur Israel. Bersama Inggris, AS mengirimkan serangan terhadap Houthi dengan menargetkan beberapa tempat strategis di Yaman. Di depan publik, campur tangan AS terhadap konflik Israel-Houthi seolah-olah mempunyai alasan kuat, yaitu lantaran Houthi melakukan penyerangan terhadap kapal-kapal sipil dan militer yang terafiliasi dengan Israel di Laut Merah. Demikianlah, AS punya alasan kuat untuk ikut campur dalam isu Timur Tengah dan Laut Merah sehingga menjadi jalan bagi AS untuk menancapkan pengaruhnya dan menyingkirkan Inggris.

Siapa pun tahu bahwa Laut Merah merupakan jalur penting bagi AS di Timur Tengah. Di sisi lain, AS memang memiliki kepentingan besar di Timur Tengah. Demi menjaga kepentingannya di kawasan tersebut, AS akan menyingkirkan siapa pun yang ingin menghalanginya, termasuk sekutunya sendiri, yaitu Inggris. Sejatinya ada beberapa alasan yang mengindikasikan bahwa AS benar-benar memiliki kepentingan besar di Timur Tengah.

Faktor utama yang menjadikan Timur Tengah sebagai target AS adalah cadangan minyak dan gas yang sangat besar di sana. Cadangan minyak dan gas tersebut terdapat di beberapa wilayah, seperti Iran, Irak, Uni Emirat Arab, Kuwait, dan Arab Saudi. Namun, lonjakan produksi minyak dan gas di dalam negeri selama 15 tahun terakhir membuat AS tidak terlalu bergantung pada impor energi. Kondisi tersebut justru berbeda dengan Cina yang masih sangat bergantung pada impor energi Timur Tengah.

Faktor berikutnya adalah kepentingan ekonomi dan maritim AS. Amerika menganggap Timur Tengah adalah pasar potensial bagi barang dan jasa mereka, utamanya untuk perangkat keras militer. Pada 2019 dan 2023, misalnya, Timur Tengah menjadi penerima ekspor senjata terbanyak dari AS, sebagaimana laporan Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm.

Selain penting bagi kepentingan ekonomi, Timur Tengah juga sangat penting bagi perdagangan maritim global, sebagaimana diungkapkan oleh pakar kawasan Timur Tengah Hugh Lovatt. Laut Merah merupakan jalur perdagangan penting karena lebih dari 17.000 kapal melintasi jalur tersebut tiap tahunnya. Oleh karenanya, tak heran jika AS memutuskan ikut campur dalam konflik Israel-Houthi dengan tujuan memprioritaskan kebebasan navigasi melalui rute maritim global.

Faktor selanjutnya adalah demi menjaga stabilitas geopolitik AS di Timur Tengah. Timur Tengah merupakan lokasi strategis yang menghubungkan Asia, Eropa, dan Afrika. Lokasi tersebut sangat penting bagi perdagangan dan operasi militer AS. Dengan alasan itu pula, Amerika telah membangun pangkalan militernya di Kuwait, Qatar, dan Bahrain. Tujuannya jelas, AS ingin mempertahankan kehadirannya yang kuat untuk mencegah dominasi kekuatan tunggal yang mengancam stabilitas politik dan ekonomi mereka di Timur Tengah.

Jika AS ingin menancapkan dominasinya di Timur Tengah, mengapa AS merancang skenario agar Houthi menyerang Israel dan membela Palestina? Hal ini karena AS sudah merancang bahwa pembelaan Houthi terhadap Palestina hanya sebatas garis yang ditetapkan AS, yaitu tidak untuk benar-benar membebaskan Palestina. Houthi dipastikan akan tunduk pada solusi dua negara yang diusung AS. Dengan demikian, eksistensi Israel akan tetap aman.

Israel dan Ambisi AS Menguasai Timur Tengah

Demikianlah, serangan AS, Inggris, dan sekutunya terhadap Houthi sesungguhnya memiliki satu tujuan abadi, yakni demi mengamankan kepentingan perdagangan global AS dan Eropa di Timur Tengah. Perlu diketahui, AS dan Eropa sangat bergantung pada minyak dari Timur Tengah. Selain itu, Eropa juga sangat bergantung pada produk-produk dari Cina. Jalur-jalur strategis dan tercepat yang bisa dilewati untuk mobilitas perdagangan tersebut adalah melalui Bab-el-Mandeb di Yaman, Laut Merah, dan Terusan Suez di Mesir.

Ketika jalur-jalur tersebut terganggu atau tidak bisa beroperasi, kapal-kapal pengangkut kargo harus memutar ribuan kilometer melalui Afrika Selatan. Jika hal ini terjadi, secara ekonomi akan sangat merugikan AS dan Eropa. Bagi AS, jalur perdagangan tersebut adalah "harga mati" yang tidak boleh diusik oleh siapa pun. AS dan sekutu internasionalnya berambisi menjadikan Timur Tengah berada di bawah kendali kepentingan mereka.

Untuk mengamankan dominasinya di Timur Tengah, AS kemudian menggunakan Israel sebagai alat penjajahan di kawasan tersebut. Melalui Israel, negara-negara Arab bahkan sudah setuju untuk menormalisasi hubungan dengan Zionis Yahudi. Hal ini jelas makin mengukuhkan cengkeraman AS di Timur Tengah. Selain Israel, AS juga menempatkan agen-agen di negeri muslim, seperti Arab Saudi, sebagai perpanjangan tangan mereka di Timur Tengah. Inilah pengkhianatan Arab Saudi terhadap kaum muslim. Di permukaan seolah tak terkait dengan Israel dan AS, tetapi di balik layar terus membantu Israel berdasarkan arahan AS. Demikianlah, kepentingan AS di Timur Tengah akan tetap dijaga meski harus menghilangkan rasa kemanusiaan dalam prosesnya.

Urgensi Institusi Pelindung

Konflik di Timur Tengah menjadi bukti kecacatan demokrasi yang diagung-agungkan Barat. AS dengan dalih menstabilkan politik dan ekonomi akhirnya melegalkan kekerasan hingga pembunuhan terhadap kaum muslim. Atas nama stabilitas pula, AS justru sering mengobarkan ketidakstabilan dan ketidakamanan di Timur Tengah.

Tanpa adanya penjaga dan pelindung umat, AS merasa memiliki hak untuk mengendalikan wilayah mana pun yang dikehendakinya, termasuk Timur Tengah. Dengan sewenang-wenang pula, negara penjajah itu merampas kekayaan negara lain yang dikendalikannya, menangkap, menyiksa, membunuh, dan memenjarakan orang-orang tak bersalah tanpa pengadilan.

Di sisi lain, tanpa adanya Khilafah yang menaungi negeri-negeri muslim, para penguasa muslim justru menjadi pelayan dan antek Barat yang membukakan akses jalan, udara, dan perairan bagi mereka. Para penguasa muslim akhirnya kehilangan harga diri, kehormatan, martabat, dan loyalitas mereka terhadap umat. Hal inilah yang akhirnya mengakibatkan umat Islam dikuasai orang-orang kafir. Negara dan kekayaannya dikendalikan asing hingga menghalangi mereka dari kebangkitan yang sesungguhnya.

Dominasi AS dan sekutunya di Timur Tengah hanya akan berakhir dengan tegaknya satu kepemimpinan umat Islam di seluruh dunia. Kepemimpinan yang berlandaskan akidah Islam tersebut adalah Khilafah Islamiah. Khilafah merupakan satu-satunya sistem pemerintahan Islam yang mampu menyatukan negeri-negeri muslim dalam naungannya. Khilafah juga akan menghapus hegemoni Barat atas negeri-negeri muslim dengan kekuatan yang dimilikinya.

Banyaknya konflik yang terjadi di negeri-negeri muslim karena ulah Barat seharusnya sudah cukup menyadarkan kaum muslim akan pentingnya penegakan Khilafah. Penegakan Khilafah akan mencegah penguasaan orang-orang kafir atas kaum muslim. Allah Swt. pun sudah menegaskan dalam ayat-ayat-Nya yang mulia bahwa orang-orang kafir tidak boleh diberi kesempatan untuk menguasai dan menyakiti kaum muslim. Allah Swt. berfirman dalam surah An-Nisa ayat 141:

وَلَنۡ يَّجۡعَلَ اللّٰهُ لِلۡكٰفِرِيۡنَ عَلَى الۡمُؤۡمِنِيۡنَ سَبِيۡلًا

Artinya: " ... Allah tidak akan memberi jalan kepada orang kafir untuk mengalahkan orang-orang beriman."

Khatimah

Serangan Israel terhadap negeri-negeri muslim dan ambisi AS menguasai Timur Tengah adalah fakta miris yang menimpa kaum muslim karena ketiadaan Khilafah. Tugas yang harus diemban kaum muslim saat ini adalah menegakkan kembali sang junnah. Dengan upaya yang sungguh-sungguh disertai keyakinan akan janji Allah, Khilafah Islam pasti akan tegak kembali. Khilafah akan menjadi negara adidaya yang membebaskan negeri-negeri muslim dari cengkeraman orang-orang kafir.

Wallahualam bissawab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Penulis Rempaka literasiku
Sartinah Seorang penulis yang bergabung di Tim Penulis Inti NarasiPost.Com dan sering memenangkan berbagai challenge bergengi yang diselenggarakan oleh NarasiPost.Com. Penulis buku solo Rempaka Literasiku dan beberapa buku Antologi dari NarasiPost Media Publisher
Previous
Joki Tugas Mewabah, Kualitas Pendidikan Dipertanyakan
Next
Hari Anak Nasional, Sudahkah Negara Berperan Maksimal?
5 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

3 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Arum indah
Arum indah
3 months ago

MasyaAllah. Barakallah mbak sartinah, bagus amat tulisannya....

Sartinah
Sartinah
Reply to  Arum indah
3 months ago

Aamiin, wa fiik barakallah Mbak Arum

Sartinah
Sartinah
3 months ago

Jazakunnallah khairan katsiran tim NP

bubblemenu-circle

You cannot copy content of this page

linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram