Situasi yang membara di Timur Tengah akibat konflik Israel-Houthi tidak lepas dari kepentingan ekonomi dan politik negara AS serta Inggris.
Oleh. Arum Indah
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Israel melakukan serangan udara ke kelompok milisi Houthi di daerah Hodeidah, Yaman pada Sabtu, 20 Juli lalu. Serangan ini justru dilancarkan Israel lewat teritorial udara Arab Saudi. Israel mengaku telah melakukan koordinasi dengan Saudi dan Amerika untuk melakukan penyerangan sebagaimana yang diberitakan surat kabar Ibrani Yedioth Ahronot.
Israel melakukan koordinasi dengan Saudi berupa pengisian bahan bakar di udara dengan pesawat RAM dan terbang di ketinggian rendah guna menghindari radar. Sedangkan koordinasi dengan Amerika berupa pemberitahuan tentang serangan yang akan mereka lakukan. Akan tetapi, Saudi dan Amerika sama-sama mangkir dan mengaku tidak tahu-menahu atas serangan Israel ini.
Juru bicara Kementerian Pertahanan Saudi, Brigadir Jenderal Turki Al-Maliki membantah negaranya ikut terlibat dalam penyerangan itu. Menurutnya, Riyadh tidak akan membiarkan teritorial udaranya digunakan. “Arab Saudi tidak memiliki hubungan atau partisipasi dalam menargetkan Hodeidah dan kerajaan tidak akan membiarkan wilayah udaranya disusupi oleh pihak mana pun,” ujarnya. (cnnindonesia.com, 23-7-2024)
Senada dengan Arab Saudi, Amerika pun mengatakan tidak tahu mengenai serangan udara Israel ke milisi Houthi.
Serangan Balasan Israel
Serangan Israel yang menyasar depot penyimpanan bahan bakar dan pembangkit listrik telah menyebabkan kebakaran besar hingga seluruh wilayah Hodeidah mengalami mati listrik. Serangan ini pun menewaskan enam orang dan 83 lainnya mengalami luka.
Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant menyampaikan pesan kepada Houthi bahwa apa yang Israel lakukan adalah serangan balasan setelah sehari sebelumnya, Tel Aviv diserang Houthi dengan drone tak berawak yang menewaskan satu warga Israel dan belasan lainnya luka-luka.
Pihak Houthi mengaku bahwa serangan ke Israel menggunakan drone jenis “Jaffa” yang mampu melewati sistem pencegah dan tak terdeteksi radar. Houthi pun menegaskan tengah menyiapkan serangan besar-besaran sebagai aksi balasan.
Latar Belakang Konflik Israel-Houthi
Juru Bicara Houthi Mohammed Abdulsalam mengatakan bahwa salah satu tujuan serangan Israel adalah untuk menekan Yaman agar berhenti mendukung Gaza. Abdulsalam menekankan bahwa rakyat Yaman sama sekali tidak akan berhenti mendukung Gaza. Agresi brutal dari Israel hanya akan menambah tekad mereka untuk makin teguh dan melanjutkan dukungan ke Gaza.
Kondisi Houthi dan Israel yang kian memanas ini memicu berbagai respons dari negeri-negeri Timur Tengah. Saudi yang merupakan tetangga Yaman lekas mengonfirmasi bahwa mereka tak terlibat sedikit pun dengan serangan Israel. Saudi disebut-sebut enggan terkena getah dari masalah ini.
Selanjutnya, Mesir juga langsung mengeluarkan pernyataan bahwa mereka sangat khawatir dengan operasi militer Israel di Yaman. Sementara itu, Iran yang pernah terlibat saling serang dengan Israel mengecam keras tindakan ledakan di Pelabuhan Hodeidah itu dan mengungkap sifat asli Israel yang gemar membunuh anak-anak.
Kepentingan Amerika Serikat dan Inggris
Situasi yang membara di Timur Tengah akibat konflik Israel-Houthi tidak lepas dari kepentingan ekonomi dan politik negara AS serta Inggris. AS dan Inggris benar-benar menginginkan hegemoninya tak tergantikan di Timur Tengah. Mereka tidak akan membiarkan pihak mana pun untuk mengacau dominasinya, termasuk kelompok milisi Houthi. Houthi yang secara terang-terangan memberikan perlawanan pada Israel tentu menjadi ancaman bagi eksistensi Israel dan hegemoni AS. Oleh karena itu, Israel (tentunya juga dibantu AS, walau secara eksplisit AS menolak keterlibatan mereka, tetapi sesungguhnya AS berperan besar dalam tindak tanduk Israel) terus mengibarkan bendera perang terhadap Houthi dengan dalih pembalasan serangan.
Jika Houthi terus dibiarkan, akan ada negara lain (Jerman atau Prancis) yang mengambil kesempatan ini dan menyetir Houthi untuk menentukan sikap lebih keras. AS tidak akan membiarkan ini terjadi sebab pengaruh AS di Timur Tengah bisa-bisa bergeser dan hilang. AS tidak akan pernah mau untuk tidak ikut campur dalam setiap permasalahan politik di dunia. Dengan cara itu, AS akan tetap eksis untuk merumuskan kebijakan dan menanamkan pengaruh ideologinya di negara-negara yang berkonflik.
Di sisi lain, Houthi merupakan kelompok penguasa di Pelabuhan Hodeida yang berbatasan langsung dengan Laut Merah yang merupakan jalur perdagangan paling penting bagi Eropa dan Amerika. Eropa dan Amerika yang masih bergantung kepada pasokan minyak dari Timur Tengah dan produk-produk dari Cina tentunya harus melewati Laut Merah di Yaman untuk memangkas biaya operasional. Jika jalur ini ditutup, tentu kapal-kapal Eropa dan Amerika harus memutar jauh jalur perdagangan dan hal ini sangat tidak efisien secara ekonomi. Atas kepentingan ini, AS dan Inggris akan terus menekan Houthi lewat berbagai propaganda untuk makin mempertahankan posisinya sebagai penguasa di Timur Tengah.
Sikap Khianat para Pemimpin Arab
Konflik Israel-Houthi tak lepas dari sikap khianat para penguasa arab, seperti Arab Saudi. Arab Saudi tak perlu pura-pura tak terlibat serangan Israel sebab tak mungkin mereka tak mengetahui siapa saja yang masuk ke teritorial udara mereka. Terlebih lagi, Arab Saudi dan Israel adalah dua sekutu penting AS di Timur Tengah. Tim Joe Biden telah mengonfirmasi hal ini. Meskipun beberapa waktu lalu Arab Saudi menegaskan tak akan menjalin hubungan dengan Israel tanpa pengakuan Zionis Yahudi terhadap Palestina, pada faktanya hubungan kedua negara ini tetap “mesra” di bawah rangkulan AS.
AS juga berkomitmen akan terus menjalin perjanjian pertahanan bersama dengan Arab Saudi. Jadi, di balik layar konstelasi politik Timur Tengah, Arab Saudi selalu mendukung Israel di bawah arahan AS.
Khilafah Mengusir Israel
Apa yang terjadi di Timur Tengah hanya bisa diselesaikan dengan penerapan Islam sebagai satu-satunya ideologi yang dimiliki umat Islam. Penerapan Islam kaffah dalam naungan Khilafah Islamiah akan menyatukan seluruh negeri-negeri muslim di bawah komando yang satu, yakni Khilafah.
Khilafah akan menghapus ketundukan penguasa muslim pada kafir Barat menjadi ketundukan terhadap hukum syariat Islam. Khilafah akan mengakhiri dominasi asing di Timur Tengah, menghapus pengaruh mereka, bahkan mengusir Zionis Yahudi dari wilayah Islam. Bukan hanya Israel yang akan terusir dari negeri-negeri muslim, melainkan juga tuannya, yakni Inggris dan AS.
https://narasipost.com/world-news/01/2024/houthi-korban-sakit-hati-zionis-yahudi/
Khilafah akan menghimpun kekuatan dari seluruh negeri kaum muslim dan mengerahkan seluruh kekuatan untuk menutup jalan bagi kaum kafir agar tak menguasai kaum muslim sebagai upaya untuk merealisasikan firman Allah dalam surah An-Nisa ayat 141:
وَلَنْ يَّجْعَلَ اللّٰهُ لِلْكٰفِرِيْنَ عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ سَبِيْلًا
Artinya: “Dan Allah tidak akan memberi jalan bagi kaum kafir untuk mengalahkan orang-orang beriman.”
Khatimah
Sudah saatnya kaum muslim fokus pada satu tujuan, yakni berjuang untuk mewujudkan Khilafah yang akan mengantarkan kaum muslim kepada kejayaan dan sebagai negara super power yang mampu mengalahkan dominasi kafir penjajah, menyelesaikan persoalan di Timur Tengah dan negeri-negeri muslim lain dengan solusi tuntas, lalu kembali menjadi negara yang disegani dan dihormati oleh negara-negara lain.
Wallahu’alam bishawab. []
Serangan Houthi ke Israel dan serangan balasan Israel ke Houthi sesungguhnya masih berada dalam kendali AS. AS masih bisa mengendalikan situasi di wilayah tersebut dalam rangka mendukung zi0n1s Israel. Karena itulah, Israel tak takut sama sekali dengan balasan dari negeri muslim mana pun dan makin menjadi.
Situasi ini tak akan berubah selama persatuan hakiki umat Islam belum terwujud dalam komando khalifah. Hanya Khilafah yg mampu mengusir penjajah Israel dari Palestina sekaligus menghentikan dominasi AS yg zalim.
Pengkhianatan negara-negara timteng semakin terlihat nyata, sudah saatnya untuk diakhiri. Wahai ummat bangkitlah!
Jazakillah khoir tim NP..