Motif kunjungan itu bisa jadi dalam rangka memuluskan agenda Yahudi, sebab hubungan NU dengan Israel terekam lama dalam situs ajc.org milik American Jewish Committee.
Oleh. Novianti
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Sejak Oktober 2023, warga Palestina yang tewas sudah mencapai 38.713 orang akibat serangan Israel. Meski sudah diseret ke Mahkamah Internasional pada 11 Januari 2024 di Den Haag, Belanda, gempuran terhadap warga Palestina tidak berhenti, bahkan kian brutal. Rumah sakit dan tempat pengungsian tidak luput dari serangan. Banyak yang terkubur di bawah reruntuhan, sebagian besar adalah anak-anak dan perempuan.
Karena itu, sangat menyakitkan bagi umat Islam ketika ada lima warga NU malah menemui Presiden Israel. Diwartakan oleh tempo.co (18-07-2024), kelima orang itu adalah Zainul Maarif, Munawir Aziz, Sukron Makmun, Nurul Bahrul Ulum, dan Izza Anafisa Dania. Mereka bukan orang awam yang pastinya mengetahui apa yang terjadi di Palestina. Zainul Maarif adalah pengurus PWNU DKI Jakarta. Munawar Aziz adalah Sekretaris Pengurus Cabang Istimewa NU Inggris Raya. Sukron Makmun merupakan Wakil Ketua Tanfidziyah PWNU Banten. Nurul Bahrul Ulum, pengurus PP Fatayat NU, organisasi perempuan muda NU. Izza Annafisah Dania adalah aktivis NU.
Mengelak ala NU
Umat Islam layak kecewa dan geram karena apa yang dilakukan lima warga NU ini sangat kontras, bahkan janggal di tengah gegap gempitanya dukungan dunia terhadap kemerdekaan Palestina. Tidak hanya di negara-negara muslim, tetapi juga di negara-negara Barat seperti Inggris, Amerika Serikat, dan Belanda.
Ketua Umum Pengurus Besar NU, K.H. Yahya Cholil, menyampaikan permohonan maaf atas kejadian tersebut. Ditegaskan bahwa NU tidak akan melakukan hubungan dengan pihak mana pun kecuali untuk membantu rakyat Palestina. Mereka yang bertemu dengan Presiden Israel, bukan menjadi tanggung jawab secara kelembagaan karena hanya mewakili pribadi.
Namun, pernyataan ini tidak masuk akal. Bagaimana mungkin sekelas individu bisa bertemu dengan Presiden Israel kecuali di belakang mereka ada sebuah kekuatan. Pun alasan membawa pesan perdamaian. Seruan PBB saja tidak dihiraukan Israel, apalagi seruan lima orang dengan kekuatan sangat tidak sebanding.
Motif Kunjungan
Buku Kebangkitan Freemason di Indonesia tulisan Herry Nurdi membantu untuk memahami motif di balik kunjungan tersebut. Kita harus menarik sampai mengakar ke masa ratusan tahun lalu yaitu tatkala munculnya gerakan Freemason yang berdiri di Inggris secara resmi pada 1717 oleh Yahudi. Tujuannya ingin mendirikan Haikal Sulaiman atau Solomon yang diyakini berada di tanah tempat berdirinya Masjidil Aqsha sekarang. Ada pula yang mengartikan Haikal Sulaiman sebagai tanah yang terbentang sampai wilayah Khaibar, tempat kaum Yahudi saat diusir Rasulullah dari Madinah. Karena itu, Yahudi meyakini harus menguasai seluruh dunia hingga tanah Khaibar pun direbut kembali.
Rintangan berat dalam mewujudkan cita-cita Freemason adalah agama terutama agama samawi seperti Kristen dan Islam. Oleh karena itu, salah satu keberhasilan terbesar Freemason ketika menghancurkan Khilafah Utsmani pada 1924. Melalui Gerakan Turki Muda, kelompok anak-anak muda Turki yang belajar di Prancis, melakukan revolusi mengubah Turki menjadi Republik dipimpin oleh Kemal Ataturk seorang kaki tangan Yahudi.
Freemason selalu mengembangkan berbagai pemikiran untuk memuluskan rencananya di antaranya dengan melahirkan gerakan Theosofi yang mengeklaim sebagai basis semua agama yang mengajarkan apa yang disebut Hikmah Abadi. Keragaman dan perbedaan dalam agama, bukanlah inti dari ajaran agama. Agama-agama harus saling berbagi kebenaran, karenanya agama-agama saling melengkapi dan harus disatukan.
Gagasan ini terus mengalir hingga ke Indonesia sampai sekarang dengan berganti-ganti kendaraan. Dari Islam Nusantara, lalu pluralisme, berubah lagi menjadi moderasi beragama. Konsep ini menawarkan gagasan bahwa konflik antarumat beragama akan terjadi jika masing-masing meyakini hanya agamanya yang benar. Samuel Huntington menyebut dengan istilah class of civilization, yang nantinya bisa memicu Perang Dunia III.
Ide Theosofi sudah dibawa ke Indonesia sejak 1901 dan berhasil menyelenggarakan Kongres Theosofi pertama di Bandung pada 1909. Pertemuan ini merumuskan tiga tujuan besarnya.
Pertama, membentuk inti persaudaraan universal kemanusiaan tanpa membeda bedakan ras dan golongan, agama dan kepercayaan, kasta dan warna kulit.
Kedua, mengajak untuk mempelajari perbandingan agama-agama, filsafat, dan ilmu pengetahuan.
Ketiga, menyelidiki hukum-hukum alam yang belum dapat diterangkan dan menyelidiki tenaga-tenaga yang masih tersembunyi dalam diri manusia itu sendiri.
Tiga tujuan itu berujung pada supremasi manusia yang akan mengalahkan dan membunuh pengagungan pada Allah khususnya Islam dan syariatnya.
Pemikiran ini bersentuhan dengan beberapa tokoh Islam, sehingga tampillah wajah baru muslim plus yaitu muslim liberal dan muslim moderat. Tokohnya berganti-ganti dalam setiap zaman. Anis Malik memprediksi akan lahir lagi paham turunan dari pluralisme agama. Ada yang diberi nama Tren Humanisme Global, Tren Teologi Global, Sinkretisme, dan Hikmah Abadi. Termasuk yang digencarkan hari ini yaitu moderasi beragama. Artinya, makin banyak pemikiran yang dibangun di sekeliling kita, disiapkan untuk membuat kaum muslim merasa bersalah jika tidak beragama secara terbuka. Keyakinan bahwa Islam satu-satunya agama yang benar harus dimatikan.
https://narasipost.com/opini/07/2024/kunjungan-cendekiawan-muslim-berilmu-tapi-munafik/
Sukron Makmun saat diwawancara salah satu stasiun TV menjelaskan bahwa tujuan keberangkatannya adalah membawa misi perdamaian dan dialog lintas iman. Jelaslah, pernyataan ini senapas dengan moderasi beragama yang mengakar pada rencana Freemason. Lalu, mengapa mengundang NU?
Hubungan NU dengan Israel sudah terbangun lama. Jejak rekamnya dapat dilihat di link https://www.ajc.org/ milik American Jewish Committee (AJC). Sebuah kelompok advokasi Yahudi yang didirikan pada 11 November 1906 dan bergerak ke negara-negara muslim. Mereka menjalin hubungan dengan organisasi atau tokoh-tokoh Islam terutama ketika negaranya belum menjalin hubungan diplomatik dengan Israel. Tentunya dalam rangka memuluskan agenda Yahudi
Perspektif Islam
Umat Islam harus tegas menolak semua gagasan berlandaskan pada prinsip pluralisme termasuk moderasi beragama. Bukan berarti umat Islam tidak menghargai nilai-nilai humanisme. Sebaliknya, Islam dengan segala ajarannya justru meninggikan nilai-nilai kemanusiaan. Ajaran tauhid menjamin betapa pedulinya Islam pada nilai dan sistem kehidupan. Terwujudlah kehidupan yang tertib, teratur dan menjamin seluruh manusia terpenuhi hak asasinya sebagai manusia.
Terbukti, saat orang-orang Yahudi diusir dari Eropa, Khilafah Utsmani menerima mereka dengan status sebagai kafir Zimi. Kebebasan melaksanakan agamanya dijamin, bahkan diharamkan darah mereka tertumpah tanpa alasan. Diangkat pejabat publik untuk mengatur urusan di kalangan mereka sendiri.
Adapun penyelesaian konflik dengan Yahudi yang menyerang dan membangkang harus menjejak pada apa yang Rasulullah saw. contohkan. Bukan dengan dialog perdamaian, tetapi dengan jihad. Sebagaimana pengusiran Bani Qainuqa dan Bani Nadir dari Madinah karena pelanggaran yang mereka lakukan. Begitu juga pembunuhan Bani Quraizhah akibat pembelotan sikap mereka mendukung pasukan Ahzab. Hingga kekuasaan Yahudi di Jazirah Arab berakhir dengan penaklukan Bani Khaibar.
Akan tetapi, jihad untuk mengalahkan Yahudi hanya akan optimal saat ada seorang pemimpin yang memobilisasi semua kekuatan umat. Cita-cita Yahudi pasti terkubur di bawah keagungan kepemimpinan Islam.
Wallahu a'lam bishawab.[]