Realitas Pahit Keluarga Hari Ini

Realita Pahit Keluarga hari ini

Keluarga yang seharusnya memberikan afeksi dan proteksi justru kehilangan kontrolnya dan malah menjadi sumber masalah bagi anak di sistem kapitalisme.

Oleh. Harumi
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Banyak orang yang speak up betapa gap generation itu menjadi bagian dari masalah hidup mereka. Terlebih lagi kebingungan ketika mereka menghadapi tingkah generasi muda. Mulai dari generasi muda yang tidak paham sopan santun, seperti seorang mahasiswa dengan sengaja memblokir dosen yang bertanya mengenai skripsinya atau bahkan ada juga yang menjadi pelaku kriminal dengan motif kejahatan tidak masuk akal, misalnya Klithih.

Disfungsi keluarga mungkin frasa yang sering muncul untuk menjelaskan kenapa anak muda hari ini sulit dipahami, dan sangat berbeda jauh karakternya dengan orang tua mereka sewaktu muda dulu. Memang munculnya fenomena disfungsi keluarga ini membuat beberapa pihak sibuk menafsirkan ulang bagaimana peran ideal keluarga sebenarnya.

Akan tetapi, yang pasti adalah tingkah anak muda tersebut ada potensi berimbas kepada khalayak ramai. Daripada tingkah buruknya bisa memengaruhi anak muda yang lain, maka dari itu masyarakat harus mengambil tanggung jawab untuk mengarahkan mereka menjadi lebih baik.

Dari sisi keluarga, hampir semuanya ingin mengambil peran yang sesuai dan adil agar bisa mewujudkan keluarga bahagia. Apalagi di era digitalisasi hari ini yang sebenarnya ilmu tentang banyak hal bisa diakses dengan mudah untuk dipelajari, misalnya apa saja hak dan kewajiban suami, anak, dan istri, dll. Hal itu nyatanya tidak cukup berperan dalam merealisasikan tujuan mulia berkeluarga. Yang terjadi adalah banyak keluarga yang bereksperimen menjadi keluarga modern, yang menyalahi fitrahnya sebagai makhluk yang harus tunduk kepada Allah Swt.

Realita Pahit Keluarga

Keluarga yang seharusnya memberikan afeksi dan proteksi justru kehilangan kontrolnya dan malah menjadi sumber masalah bagi anak. Hal ini membuat banyak ahli berbondong-bondong menyorot ribuan kasus kekerasan orang tua yang dilakukan kepada anak baik berupa fisik, seksual, maupun verbal. Misalnya data yang dirilis Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) memaparkan bahwa ada sekitar 16.854 anak yang menjadi korban kekerasan selama 2023. (DataIndonesia.com, 23/02/2024)

Tidak berhenti di situ, kekerasan yang dilakukan anak terhadap orang tuanya sendiri juga semakin hari makin bertambah. Cukup disayangkan penelitian mengenai perilaku menyimpang anak ini tidak banyak dilakukan, padahal kasus ini sering bermunculan sehingga perlu adanya data resmi dari pemerintah.

Misalnya video viral di media sosial yang menceritakan seorang ibu dianiaya anak kandungnya hingga berdarah-darah karena capek mengurus ibunya. Peristiwa dugaan penganiayaan tersebut terjadi di Kabupaten Langkat, Sumatera Utara (Sumut). (Detik.com, 06/07/20024)

Sebelumnya juga ada seorang pedagang asal Jakarta Timur yang dibunuh oleh putri kandungnya sendiri. Pelaku sakit hati lantaran dimarahi orang tuanya, kedua putrinya itu masing-masing berusia 17 dan 16 tahun. Adapun penyebab ayahnya marah karena mereka ketahuan mencuri uang ayahnya. (Liputan6.com, 23/07/2024)

Keluarga Bahagia Tidak Materialistis

Persoalan yang sering kali muncul adalah standar kebahagiaan hari ini masih dimaknai sebagai hal yang bersifat materialistis. Mereka dibuatnya sibuk mengejar kesuksesan duniawi untuk memuaskan hawa nafsu yang tiada habisnya atau sekadar jadi ajang pamer kepada keluarga lain. Akhirnya menjauhkan mereka dari hal-hal penting lainnya. Contohnya definisi kebahagiaan menurut Allah Swt.

Seperti di Amerika misalnya, ada istilah American Dream. Akibatnya semua orang saling sikut demi mencapai hierarki tertinggi yakni menjadi orang kaya. Adapun tumbal di balik ini semua adalah orang tua yang abai terhadap tanggung jawabnya menanamkan nilai-nilai agama dan moral. Karena dalam sistem kapitalisme hari ini, hal-hal yang bersifat nonmateri otomatis dianggap tidak penting.

Disfungsi keluarga menyeret masyarakat untuk melempar kritik tajam terhadap aturan yang diberlakukan hari ini agar bisa membantu keluarga agar keluarga mampu mencetak generasi yang berkualitas. Karena jika tanggung jawab ini hanya dilempar kepada keluarga dan masyarakat semata, niscaya akan kewalahan.

Percayakan pada Islam

Mendidik generasi muda juga mewajibkan adanya totalitas peran dari penguasa. Karena pembangunan negara mustahil terwujud tanpa melibatkan SDM yang berkualitas. Generasi seperti apa yang diinginkan oleh bangsa ini, harusnya sudah masuk dalam rencana jangka panjang pembangunan. Mungkinkah generasi berkualitas lahir dari sistem sekuler? Padahal justru sekulerlah yang membuat generasi muda menjadi "sakit".

https://narasipost.com/challenge-np/08/2023/membangun-keluarga-muslim-yang-produktif/

Oleh karena itu, menaruh harapan perbaikan kualitas generasi muda pada sistem sekuler adalah hal yang sia-sia. Justru generasi berkualitas hanya akan muncul dari sistem Islam, yang akan diterapkan oleh Khilafah.

Dengan pendidikan yang berlandaskan akidah Islam tentu ini akan melahirkan generasi yang ber-syakhsiyah Islam, sehingga mereka menyadari bahwa setiap aktivitas manusia akan dipertanggungjawabkan. Kesadaran inilah yang akan membuat siapa pun mampu mengolah emosinya karena ketakutannya kepada azab Allah Swt.

Selain itu, sistem sanksi yang akan diterapkan oleh khalifah akan membuat para pelakunya menjadi jera sehingga pelaku tidak akan mengulanginya lagi. Pada akhirnya hal inilah yang akan meminimalisasi segala bentuk kriminalitas. Wallahu a'lam bishwab. []

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Harumi Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Politisi Muslim di Mimbar Parlemen Inggris
Next
Sengkarut Problem Anak di Peringatan Hari Anak Nasional
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

1 Comment
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Novianti
Novianti
4 months ago

Keluarga kuat, negara pun kuat. Hanya saja keluarga kuat perlu support sistem yang mendukung oleh negara.

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram