Kepak sayap itu menunjukkan kesalahanku tanpa menghakimi. Dia membimbingku tanpa segan dan tak menjatuhkan. Dalam bimbingannya, aku merasa tak takut salah ketika mencoba.
Oleh. Netty al Kayyisa
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Saat pertama mengenal fauna, aku sudah terpesona dengannya, burung cenderawasih. Namanya sangat indah, panjang tak mudah tertebak seperti ayam, sapi, bebek, nuri, dan sebangsanya. Penampilannya sangat cantik dengan bulu putih, ekor panjang, memberi kesan cantik dan tangguh dalam waktu bersamaan. Ketika aku bergabung dalam NP, kutemukan sosok cendrawasih itu dalam dirinya, cantik dan tangguh dalam satu waktu, dialah si Cenderawasih NP, Miladiah al-Qibthiyah.
Si Cenderawasih NP dengan Kepak Sayapnya
Awalnya aku tak tahu mengapa Mbak Mila mendapat julukan si Cenderawasih dari pemred. Katanya karena dia berasal dari Papua. Cenderawasih memang salah satu ikon Papua yang melegenda. Setelah mengenal kiprahnya di NarasiPost.Com, baru aku bisa memahami filosofi cenderawasih yang melekat dalam dirinya. Kesimpulan awalku tentangnya tak meleset bahwa dia adalah si Cenderawasih yang dalam pandanganku serba bisa, cantik tutur katanya, sekaligus tangguh dalam dunia editing naskah terutama opini, motivasi, dan teenager.
Terbukti setiap agenda NP, Mbak Mila sering didaulat menjadi moderator. Begitu juga dengan rekannya Mbak Nurjamilah. Mbak Mila dan Mbak Nurjamilah memang sudah langganan menjadi moderator ketika NP mengadakan event-event bergengsi. Meski aku sempat kecewa karena tak bisa menatap cantik wajahnya. Sempat penasaran mengapa setiap acara NP Mbak Mila selalu mengenakan cadar. Akan tetapi seluruh kecewa dan penasaran itu lenyap dengan tata bahasanya yang teratur, kemampuannya mengolah kata baik dalam lisan dan tulisan. Insyaallah banyak hati-hati terbuka dan tercerahkan lewat lisan dan tulisannya. Semoga menjadi jariahnya sepanjang masa.
Dalam dunia editing, Mbak Mila mendapat julukan si Killer. Namun, sejak awal berinteraksi dengannya aku tak menemukan kesan itu. Beliau tetap ramah meski ketegasan tercetak dalam bait-bait surat cintanya. Ketelitiannya mengoreksi setiap kata dan kalimat tak hanya tentang EYD, KBBI, tipo saja, tetapi hingga kalimat efektif, kalimat tak lengkap, dan sebagainya. Hingga akhirnya aku menyangka sedang belajar Bahasa Indonesia yang baik dan benar lagi kepadanya.
Mbak Mila juga salah satu editor buku-buku terbitan NP. Di lain sisi, yang menjadikannya semakin melejit, ketika dia mulai berhasil mengikuti jejak Mom Andrea membuat image dan mem-publish di web NP. Kemudian disusul Mbak Rere yang tak kalah cantik desain image-nya.
Aku dan si Cenderawasih
Berada di NP aku banyak belajar, mulai dari KBBI, EYD, dan kalimat efektif yang diajarkan Mbak Mila. Aku juga belajar tentang SEO agar tulisan kita semakin banyak tersebar, dan lead yang nendang dari Mom Andrea dan Tim Redaksi lainnya.
Beruntung di NP aku mengenal Mbak Mila dan memanfaatkan kesempatan belajar darinya. Suatu saat beliau berbagi di grup sharing kepenulisan yang ternyata sudah berlangsung lama. Sayangnya begitu aku benar-benar bergabung di NP, program sharing itu tak ada lagi. Saat Mbak Mila sharing aku tak sempat menyimaknya. Aktivitas di dunia nyata begitu menguras perhatian.
Begitu ada kesempatan menyimak sharing di grup, aku merasa terkesima dengan pemaparannya. Naskahku dari awal hingga akhir tak ada benarnya. Hahaha. Dengan hati ringan meski malu tak ketulungan aku menghubungi Mbak Mila lewat japri. Ternyata di balik ketegasannya dalam mengedit naskah, ada rasa hangat yang mendera ketika berinteraksi dengannya. Seperti ada aliran darah yang sama. Ya, dia seperti seorang kakak yang menunjukkan kesalahan pada adiknya tanpa menghakimi. Kepak sayapnya membimbing tanpa segan dan tak menjatuhkan. Dalam bimbingan Mbak Mila aku merasa tak takut salah ketika mencoba. Karena merasa Mbak Mila pasti akan menunjukkan dengan sabar, meski barangkali memendam kejengkelan atas diri yang tak cepat belajar.
Mbak Mila juga memberikan banyak masukan bagaimana aku harus berbicara dan menghadapi Mom Andrea yang kadang tak bisa tertebak apa maunya.
Karena Mbak Mila-lah yang lebih lama mengenal Mom Andrea, tentunya beliau yang lebih paham karakternya. Kadang Mbak Mila sampai mencontohkan per kalimat apa yang harus aku sampaikan, hehe. Berasa seperti seorang kakak yang sedang mengajari adiknya sopan santun.
Sebuah Harapan
Ketika Mom Andrea mengumumkan rotasi amanah di Tim Redaksi, aku salah satu yang menyambut dengan antusias, karena Mbak Mila akan menjadi admin di Konapost. Jika selama ini beliau tidak banyak muncul di Konapost, karena memang amanahnya mendampingi Tim Penulis Inti NP. Jadi ya jangan julid dengan mengatakan, “Ih kok gak pernah muncul di Konapost, sombong amat, ya?” hehehe.
Semoga dengan Mbak Mila yang menjadi admin di Konapost, sharing kepenulisan akan berjalan lagi dan bisa menyerap ilmu dari Mbak Mila. Aku dan seluruh warga Konapost yang lain semakin memiliki banyak kesempatan untuk mengasah keterampilan menulis. Semoga Mbak Mila berkenan. Semoga dengan semakin intens berinteraksi dengan Mbak Mila aku bisa memberikan nilai memuaskan yang hari ini tersemat dengan penuh penghargaan. Aku tahu penilaian dari kami tak akan berpengaruh dalam kinerjamu. Karena aku yakin kepak sayap cenderawasih senantiasa terbang meski banyak yang menghalangi.
Semoga Mbak Mila selalu dalam lindungan Allah sehingga kepak sayap-sayap itu tetap mengayomi kami yang membutuhkan banyak asupan ilmu kepenulisan. Semoga apa yang telah Mbak Mila torehkan menjadi amal saleh yang akan terus mengalir meski nyawa sudah terpisah dari raganya. Sebagaimana sabda Rasulullah saw.:
“Ketika seseorang telah meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara, yaitu sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat, dan doa anak salih.” (HR. Muslim)
Wallahu a'lam bi shawab.[]