Lama mengenalmu, meski belum pernah bertemu, aku jadi tahu betapa berat lakumu, betapa sebenarnya dirimu juga sedang berusaha tegar mengampu rumah besar yang bernama NP.
Oleh. Isty Da’iyah
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Melihat perjuanganmu yang begitu besar sejak awal berdirinya NarasiPost.Com hingga saat ini, aku merasa kagum dengan keteguhan dirimu. Niatmu yang tulus dalam menebar kebaikan demi berjalannya dakwah Islam, terkadang membuat sisi batinku merasa iri padamu, tebersit kata andai aku di posisimu. Namun, dengan derasnya ujian yang menimpa dirimu, aku juga harus bertanya pada diriku, kuatkah aku?
Lama mengenalmu, meski belum pernah bertemu, aku jadi tahu betapa berat lakumu, betapa sebenarnya dirimu juga sedang berusaha tegar mengampu rumah besar yang bernama NP. Kadang aku bisa merasakan ketika kau juga tertatih, dan merasa letih mengampu hampir semua yang ada di rumah besar itu.
Terlebih setelah membaca untaian aksara yang ditulis oleh Mbak Deena Noor. lewat story-nya, yang menyuarakan gelisah hati sang Pemred, jujur hati ini berdesir. Ternyata lama sebagai anggota Konapost, tidak membuat diriku tahu banyak tentangmu, sampai akhirnya sebuah kisah gelisah hatimu tertulis dalam sebuah story yang indah.
Gundah Hatimu
NarasiPost.Com., di balik nama besarnya, media dakwah yang terkenal dengan standarnya yang tinggi dalam mem-publish sebuah naskah, media yang bertabur challenge dan hadiah yang fantastis, nyatanya ada sosok yang tengah berjuang dengan segala kegundahan hatinya.
Di balik sapaan hangatnya kepada para kontributor di grup Konapost. Di balik lecutan semangat yang ia berikan pada para penulis, baik berupa motivasi, dan materi yang tidak terhitung jumlahnya, nyatanya sang Pemred sedang merasa gundah hati, merasa sendiri.
Sang Pemred, sosok wanita tangguh itu kini sedang gundah, ia merasa lelah. Bukan karena sakit sebagaimana biasanya, bukan pula karena masalah dengan keluarganya, tetapi ia sedang kehabisan kata-kata ketika tugasnya sebagai sang nakhoda di kapal besar NP hanya bertumpu padanya. Ia merasa lelah, ketika harus menunggu dan menunggu sesuatu yang ia harapkan. Ia lelah menunggu ide-ide cemerlang dari orang-orang yang selama ini membantunya. Ia lelah karena ia harus sering mengeluarkan tenaga ekstra untuk mengharap pengertian-pengertian dari sahabat-sahabat salihah di medianya.
Mengapa aku tahu? Karena ia pernah bilang padaku ketika aku mengirim naskah challenge padanya. Namun, ternyata masih dengan tema yang kurang up to date.
Ia mengatakan, “Begini kalau aku tidak ikut cek TOR dulu,” ungkapnya.
Dari situ obrolan berlanjut, ia mengungkapkan betapa capeknya ia ketika semua harus menunggu instruksi dan ide darinya.
“Saya marah dan kecewa karena harus terus menegur dan mengingatkan. Sekadar mencari tema TOR mingguan saja harus menunggu instruksi dan saya yang mencari,” ungkapnya padaku di sela-sela aku mengirim naskahku.
“Saya merasa lelah karena harus berlari seperti mengajari bagaimana cara berlari,” ungkapnya suatu ketika padaku di sela-sela ia mengkritik naskahku yang menurut ia masih ada sesuatu yang harus di benarkan.
Dari kata-katanya aku merasakan, ada yang mengganjal dalam relung hatinya. Ada sesuatu yang membuat ia gundah, aku pun bisa merasakan apa yang ia rasakan saat itu. Seandainya aku dalam posisinya mungkin aku juga akan lebih gundah. Karena aku tahu NP bukan sekadar media dakwah biasa, NP media berani merekrut para penulis hebat dan berkarakter. Sependek pengetahuanku, hanya sang Pemred NP yang berani memberikan fee berdasarkan akad-akad tertentu pada para tim, dan penulis intinya. MasyaAllah, doa terbaik buat sang Pemred NP. Semoga rezekinya bertambah berkah.
Tidak sedikit biaya yang telah ia keluarkan untuk media dakwah ini. Karena ia juga pernah mengatakan hal ini padaku. Meski tanpa ia kasih tahu pun aku juga bisa mengindra banyaknya materi yang dikeluarkan demi NP tetap bisa bertahan dengan nama besarnya sampai saat ini.
Semua tahu, ketika NP merancang acara yang mendatangkan para pembicara yang tidak abal-abal yang semua diperuntukkan untuk menyuguhkan yang terbaik untuk umat, ketika NP mengadakan challenge, yang reward-nya juga luar biasa besar, sebagai bentuk apresiasi untuk melecutkan semangat para pejuang literasi.
Pengorbanan sang Pemred yang luar biasa dalam memberikan fasilitas bagi para kontributornya, para penulis intinya, para timnya untuk mendapatkan amunisi yang hebat, dengan tujuan agar bisa berkarya dengan hasil yang hebat, memang lumayan berat. Maka tidak salah jika sang Pemred butuh sebuah bukti kesungguhan dari pengorbanannya selama ini.
Aku tahu totalitas tanpa batasmu di NP. Pengorbananmu di NP bukan hanya tenaga, pikiran, dan materi yang hampir menyentuh angka Rp0,5 M, sejak berdirinya NP hingga sekarang. Namun, ternyata perasaanmu juga banyak kaukorbankan demi tetap eksisnya media ini. Kau pernah bilang padaku, “Lelah, kecewa dan marah. Padahal marah hanya bikin dosa saja, aku ingin tidak marah-marah,” ucapmu ketika itu. Dan aku hanya bisa berucap “Sabar ya, Mom.”
Aku merasakan apa yang kamu rasakan, karena andai aku ada di posisimu belum tentu aku sekuat dirimu. Pernah kecewa pada orang-orang terdekat, pernah merasa sendiri menjalankan kapal besar yang penuh risiko ini. Namun, bukankah ada Allah yang akan selalu membersamai orang-orang yang ikhlas mengorbankan harta dan tenaganya di jalan Allah Swt.? Karena janji Allah itu pasti, dan ini diabadikan dalam QS. At-Taubah ayat 111 yang artinya:
“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka.”
https://narasipost.com/story/07/2024/gelisah-hati-sang-pemred/
Berjalan Bersama
Aku mengerti keadaanmu, ketika lelahmu menyapa kau pun pernah mengutarakan keinginanmu yang ingin meninggalkan NP. Karena kau pernah berkata padaku, “Kemungkinan besar sang Pemred ini akan keluar dari NP dan fokus mengelola bisnis menikmati masa tua dengan hobiku.”
Tanggapanku, lakukan itu. Namun, setelah cita-cita perjuangan dakwah Islam kaffah terwujud. Setelah Islam kembali menjadi mercusuar di dunia. Kau boleh lakukan itu, tapi bukan sekarang.
Jika aku ada di posisimu, untuk menghibur diri, akan aku ingat selalu untaian hikmah dari sahabat Rasulullah saw., Umar bin Khattab, yang pernah berkata, “Jikalau kita letih karena kebaikan maka sesungguhnya keletihan itu akan hilang dan kebaikan akan kekal. Namun, jikalau kita bersenang-senang dengan dosa, maka sesungguhnya kesenangan itu akan hilang dan dosa itu akan kekal.”
Untaian hikmah yang penuh makna dari sahabat tercintanya Rasulullah saw. adalah sebuah penyemangat ketika kita lelah karena kebaikan. Karena lelah itu pun akan hilang dan kebaikan akan abadi.
Aku tahu sang Pemred, Tim Redaksi, dan semua admin di NP, pasti merasakan letihnya berdakwah di dunia media. Hari-hari yang dilewati dikejar deadline, baik itu menulis, mengedit, dan lain sebagainya termasuk publish naskah. Belum lagi masalah di luar NP, dan masalah pribadi yang harus ditangani. Namun, inilah perjuangan, tantangan dalam dakwah.
Bersama mari kita nikmati, resapi dan ingatlah balasan yang Allah janjikan. Dan inilah hidup, jika merasa lelah berhenti sejenak ambil napas dan bersama kita berjalan bersama. Bergandengan tangan saling menguatkan, NP masih sangat dibutuhkan umat. Doa terbaik untuk sang Pemred, semoga berkah dan selalu dalam penjagaan Allah Swt. Amin.
Wallahu’alam bishawab. []
Allah, sehat sehat selalu Bu Pemred.
Jazakillah Khoir storynya Mbak Isty.
Membaca kata demi kata dalam story ini membuat sesak. Bu Andrea manusia pilihan untuk membesarkan NP. Entah apa jadinya NP tanpa beliau
Allahu Akbar !!!
Sukses terus buat smua tim NP
Semoga selalu dalam lindungan Allah dan dikaruniai rahmat Nya
MasyaAllah....., Bersama berjalan, bersama saling menguatkan di jalan dakwah.
Afwan kabir
Masyaallah semoga kemurahan hati sang Pemred menular pada kita semua. Ya memang dibalik nama yang besar pasti tersimpan pengorbanan dan derita yang besar pula. Semoga selalu kuat ya Mba Andrea say