Sekokoh Karang yang Tak Tergapai

Dengan tiga ikhtiar ini semoga aku bisa menggapai karang kokoh dalam wujud Mom Andrea.

Oleh. Netty al Kayyisa
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Perilaku seseorang dipengaruhi pemahamannya. Ketika ada informasi yang diberikan, maka akan membentuk persepsi atas sesuatu, termasuk persepsi pada seseorang. Apakah menjadi seseorang yang dibenci, dicintai atau sekadar B saja. Demikianlah yang terjadi ketika aku mengenal Mom Andrea, Pemred NarasiPost.Com.

Saat mengikuti Challenge Dawai Literasi di rubrik Story, maka kami para peserta dikumpulkan dalam satu grup WA. Di situlah aku mengenal mom. Dari chat yang bertebaran di grup, memberikan satu informasi Mom Andrea killer, galak, dan yang sejenisnya. Karena itulah aku maju mundur ketika hendak mengirimkan naskah ke NP. Bahkan, ketika memutuskan ikut Challenge Dawai Literasi butuh waktu lama hanya untuk menyusun dua naskah. Selengkapnya ada di kisah story-ku.

Aku dan Mom Andrea

Challenge Dawai Literasi adalah kesempatan pertama kenal Mom Andrea. Ada sedikit insiden yang terjadi saat itu terkait dengan pengiriman naskahku. Mom kelihatan marah-marah. Tapi akhir-akhir ini berpikir, apakah ini prank dari mom ya?

Subuh itu aku ditelepon Mom Andrea. Aku mengangkat telepon dari mom dengan gemetar. Aku berbicara dengan Mom Andrea selama tiga puluh menitan lebih, di situ baru terlihat seperti apa Mom Andrea sebenarnya. Salah satu yang disampaikan tim editor jika Mom Andrea selalu marah jika bicara tidak direspons, alhamdulillah tidak terjadi. Karena entah mengapa ketika mom bicara, aku selalu merespons dengan kata-kata “nggih mom”, sampai beliau berkomentar, “Kamu orang Jawa tulen ya. Dari tadi nggih nggih nggih” He he... aku tertawa dalam hati. Seandainya mommy tahu betapa amburadulnya bahasa Jawaku. Dengan pembicaraan ini seketika sirna asumsiku di awal, meski masih ada beberapa persepsi yang susah aku hilangkan.

Mom Andrea di Mataku

Mendeskripsikan Pemred NP tak akan susah bagi orang yang telah bergaul dengannya. Meski aku baru mengenal beliau dalam hitungan bulan, setidaknya persepsi awal yang muncul telah berhasil aku patahkan.

Di antara persepsiku terhadap mom:

  1. Mom dan Kegalakan

Ini persepsi umum yang terbentuk. Tetapi setelah berinteraksi dengan beliau bahkan sempat bertelepon ria, persepsi ini runtuh. Mom gak galak, gak killer, hanya tegas dan tidak suka basa-basi. Beda ‘kan ya dengan galak?

2. Mom dan Keangkuhan

Awal berinteraksi dan membaca chat beliau di grup, kesan ini muncul dalam diriku. Mom itu angkuh, jauh tak terjangkau oleh newbie seperti aku yang masih merangkak ini. Tetapi aku adalah orang yang realistis. Ketika ada orang-orang yang seperti ini, tidak akan langsung menjustifikasi dengan keburukan. Justru berpikir, mungkin dia punya sesuatu yang memang lebih dari orang lain, maka wajar dong dia angkuh. Kadang kala sikap angkuh itu juga diperlukan.

Dan terbukti ketika makin lama mengenal mom, maka aku menjadi salah satu pendukung keangkuhan beliau ha ha... Karena beliau pantas bersikap seperti itu. Beliau memiliki segalanya seperti dedikasinya pada media dakwah, pada penulis, royal dalam pendanaan, cukup seksi mengemas cerpen menjadi berbobot di tengah cerpen atau novel yang membahas drama rumah tangga, bahkan kemampuan desainnya luar biasa. Ini baru dari sisi kemampuan belum karakter beliau.

Karakter beliau yang dominan dan kepemimpinan yang kuat sungguh terasa ketika berinteraksi dengannya. Beliau juga memiliki manajemen waktu yang luar biasa, pengorbanan waktu, tenaga, dan dana cukup membuat tercengang. Tak bisa disamai oleh anak bawang seperti aku ini.

Jadi dengan semua yang mom miliki, wajar jika beliau angkuh. Setidaknya itu menurutku. Meski akhirnya setelah berinteraksi, bukan kata angkuh yang tepat untuknya, tetapi perbedaan yang terjadi di antara kami menjadikan mommy laksana karang yang kokoh tak tergapai tangan ini. Ketika melihat mommy bagai pungguk merindukan bulan diri ini. Anugerah Allah kepada mom berupa banyaknya kemampuan di bidang literasi, harta berkah yang selalu disedekahkan, membuat aku yang tak ada apa-apanya ini merasa jauh tertinggal, kerdil, dan tak akan bisa menyamai atau bahkan berdiri di sebelah Mom Andrea. Mom bagai karang kokoh yang tak tergapai.

Mom Andrea dan NarasiPost.Com

Beliau pendiri sekaligus pemred di NarasiPost.Com. Dalam benakku seorang pemred itu adalah orang yang pandai menulis berbagai genre, menjadi narasumber di berbagai pelatihan menulis, dan segudang prestasi yang tertoreh lewat aksara.

Melihat mom sempat mengernyit, “Siapa dia sebenarnya?”. Mom begitu misterius bagiku. Atau memang jalan-jalanku yang kurang jauh sehingga tak tahu kiprah mom di dunia kepenulisan? Ketika beliau mengomentari tulisan-tulisan termasuk me-review tulisan story-ku, sontak terpikir, “Apa benar mom bisa menulis atau kritiknya saja yang tajam?” Dan aku merasa tertikam ketika membaca tulisan beliau yang kutemukan sejak aku bergabung di NP. Tulisannya sebagus ini? Hu hu hu... pantas saja kritiknya dalam banget. Aku pun mulai berselancar di NP, mencari tulisan pemred. Maka kutemukan berbagai tulisan beliau, aduh keseblak aku dibuatnya. Mom mengakui jika tulisan opininya tak sebagus Tim Penulis Inti khususnya Mbak Sartinah. Tapi tulisan mom memiliki karakter kuat yang menjadikan kita gak mau berhenti membaca, detail mengulik satu kejadian misalnya tentang cerpen medisnya, benar-benar menambah wawasan. Pokoknya gak terbayang dan gak bisa mendeskripsikan tulisan mom.

Jadi wajar ‘kan jika mom suka mengkritik tulisan kita dengan “galak” karena tahu betul tulisan yang berkualitas seperti apa. Pemikiranku bahwa pemred harus sering-sering tampil, sering-sering memberi pelatihan menulis dan sebagainya, musnah sudah. Mom meski tidak banyak tampil di publik sebagai pemred, nyatanya beliau bisa menggawangi NarasiPost.Com dengan baik bahkan melejit dibanding media dakwah online lainnya.

Mom dan Desain

Melihat desain di NarasiPost.Com itu sesuatu banget menunjukkan kesan hidup, kuat, berenergi, istilah Gen Z sekarang menyalakan semangat begitu terasa. Begitu aku tahu ada Mbak Nay Beiskara dalam jajaran Tim Redaksi, aku berpikir, “Wajar sih, lha Mbak Nay ini master dalam hal desain mendesain.” Aku berpikir semua gambar di NP hasil karya Mbak Nay, termasuk image di tulisan-tulisan kami. Ketika aku masuk di Konapost, jederr tersambar petir entah untuk ke berapa kalinya. Aku baru tahu ternyata yang membuat image dan mem-publish tulisan kami satu-satunya adalah Mom Andrea. Meski akhir-akhir ini muncul nama Mbak Mila yang juga bisa melakukannya, tapi sepanjang NP ada maka yang melakukan itu Mom Andrea seorang. Wah benar-benar takjub dengan kemampuan mom. Hal ini makin mengokohkan mommy seperti karang di tengah lautan yang tak mungkin kugapai.

Baru enam bulan aku di NP, selalu teringat pesan mommy saat meneleponku di Subuh itu, “Kamu kalo mau belajar bisa seperti Mbak Sartinah. Tulisan dia belum ada yang bisa mengalahkan, terbaik dan selalu zero kesalahan.” Mom juga menceritakan tentang beberapa Tim Penulis Inti NP seperti Mbak Firda Umayah, Mbak Deena Noor, dan yang lain yang membuat aku ingin menjadi bagian darinya. Tapi ketika mom menyampaikan Tim Penulis Inti itu harus perfect dan nol kesalahan! Haduh perutku langsung mules. Apa aku bisa? Kapan ya aku mampunya? Tulisanku masih belepotan di mana-mana meski sudah mencoba membuka mata, meneliti setiap kata, kadang masih ada yang terlewat juga. Mom juga menyampaikan, “Kalo kamu menang, butuh waktu satu tahun untuk bisa membuat buku solo. Karena paling tidak kamu harus punya empat puluh naskah yang tayang di NP untuk bisa membuat buku solo.

Dan saat itu aku bergumam dalam hati, “Enggak, gak akan butuh waktu setahun mom. Aku akan berupaya memenuhi empat puluh naskah gak sampai setahun.” Meski dalam perjalanannya memang luar biasa untuk mewujudkan mimpi itu. Makin mengenal Mom Andrea, Tim Redaksi, Tim Penulis Inti juga para Konapost, makin merasa kerdil diri ini.

Selalu kuingat apa yang kutuliskan dalam story di Challenge Dawai Literasi, bahwa seluruh keberhasilan dalam berbagai hal tergantung pada komitmen dan aksi nyata, sementara motivasi hanya sepuluh persennya saja. Maka aku mulai meluruskan niat lagi. Menulis tanpa menoleh lagi. Mom Andrea yang semakin terlihat jauh dan kokoh di mataku, makin jauh rasanya untuk bisa menggapainya, maka aku pun hanya bisa berupaya, dengan berbagai cara di antaranya:

  1. Basa-basi.
    Tak bisa dimungkiri aku adalah orang Jawa yang memegang adat ketimuran dengan kental. Basa-basi adalah bagian dari pergaulan dan kebiasaan dengan alasan sebagai bentuk penghormatan dan memanusiakan. Nyatanya basi beneran. Ha ha.. Aku dekati Mom Andrea dengan basa-basi. Setiap kali tulisan tayang, dapat reward, dapat sertifikat, hingga menutup challenge selalu mengucapkan terima kasih dengan harapan direspons sama mom, meski hanya jempol saja. Ya Allah ternyata zonk saudara-saudara! Mom gak suka basa-basi. Mom gak respons sama sekali. Akhirnya aku putuskan menyampaikan saja rasa terima kasihnya tanpa harus punya keinginan apa-apa.

  2. Menetapkan target pribadi.
    Mommy selalu penuh kejutan dan royal kepada kami. Setiap challenge hadiahnya lumayan menggiurkan. Hal ini untuk memantik penulis agar memberikan karya terbaiknya, ber-fastabiqul khoirot dan tak berleha-leha karena musuh sudah sedemikian nyata. Tapi apalah dayaku, mau menarik perhatian mommy dengan menang challenge pun sepertinya sia-sia. Karena dalam naskah terbaik selalu ada Mbak Sartinah yang belum bisa digeser karena tulisannya memang bagus dan zero kesalahan. Dari sisi banyak tulisan ada Mbak Isty, Mbak Arum, Mbak Mimi, Pak Maman dan banyak lagi.

Jadi apa yang bisa kuandalkan untuk menarik perhatian mommy agar melirik tulisanku? Kuputuskan membuat target pribadi saja. Jika mommy berkenan memuat alhamdulillah, jika ada revisi aku senang sekali karena bisa belajar dari kesalahan diri sendiri, jika tak dimuat pun ya sudah belum rezeki. Aku menduga bisa jadi tertumpuk atau memang naskahku tidak layak tayang. Aku akan tetap komitmen menulis. Aku yakin suatu saat mommy akan melirik tulisanku entah tulisan yang ke berapa. Barangkali yang ke seribu kali, maka aku tak boleh berhenti di angka sembilan ratus sembilan puluh sembilan.

  1. Doa sepertiga malam.
    Dengan dua jurus sepertinya tak mampu kugapai Mom Andrea, maka aku sleading di sepertiga malam-Nya. Dalam doa-doa panjang selalu terselip nama Mom Andrea, semoga selalu sehat, diberi umur dan rezeki yang berkah, dan terbuka hatinya untuk tengok aku dan tulisanku. Semoga mom memberi kesempatan kepadaku belajar lagi dan lagi bersama Konapost, Tim Penulis Inti dan Tim Redaksi. Semoga mom mengizinkanku suatu saat nanti bergabung di Tim Penulis Inti bahkan di Tim Redaksi jika memang layak diri ini.

Dengan tiga ikhtiar ini semoga aku bisa menggapai karang kokoh dalam wujud Mom Andrea. Bersama dalam NP bukan sekadar eksistensi diri tetapi karena jariah yang menanti lewat aksara, sebagai bukti penjaga Islam yang terpercaya.

Wallahu a'lam bishawab. []

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com
Netty al Kayyisa Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Sistem Politik Demokrasi Utopis, Sistem Islam Ideal
Next
Prof. BUS dan Liberalisasi Kesehatan
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

2 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Novianti
Novianti
3 months ago

Semoga Allahlapangkan niat baiknya, mba. Terus berkembang untuk memberi yang terbaik buat umat.

Arum indah
Arum indah
3 months ago

Barakallah Mbak Netty, semangat selalu mbakku...

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram