Aya Ummu Najwa
NarasiPost.Com-Dalam dasawarsa terakhir ini, berbagai riset terkait perkembangan dunia ekonomi pada tahun 2045, telah banyak disebutkan oleh para pakar terkait beralih posisinya kebutuhan dunia dari ketergantungan terhadap minyak dan gas bumi bergeser kepada kebutuhan yang lebih besar terhadap potensi tanah jarang atau sering disebut Rare Earth Element (REE). Yang artinya, di masa depan kendaraan konvensional berbahan bakar minyak akan segera hilang dan diganti dengan tekhnologi mobil listrik.
Rare earth atau logam tanah jarang, adalah bahan baku pembuatan baterai, alat-alat komputer dan ponsel. Sehingga keadaan inilah yang akan menjadi komposisi pembuatan baterai menjadi sangat vital dan penting, sehingga negara-negara maju akan berlomba menguasai cadangan unsur-unsur kimia tersebut.
Beralihnya kebutuhan dunia dari migas ke potensi tanah jarang ini telah dimulai oleh negara-negara kapitalis besar, seperti Amerika, Uni Eropa, Cina, Korea, dan Jepang. Yang mulai melebarkan sayapnya dan menancapkan cengkramannya ke negara-negara yang mempunyai potensi tanah jarang yang besar namun minim skill dan modal, seperti Indonesia.
Bahkan, baru-baru ini merk mobil futuristik Amerika mulai melirik Indonesia dan berniat berinvestasi dan membangun pabrik powerbank raksasa di Indonesia. Bahkan Perusahaan aki kendaraan listrik dan perusahaan-perusahaan lain asal China, GEM Co Ltd telah berdiri dan beroperasi di Morowali, Sulawesi Tengah.
Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kemenko Marves Septian Hario Seto mengungkapkan Tesla akan menggelar diskusi bersama dengan sejumlah perusahaan pelat merah untuk membahas rencana investasinya tersebut pekan depan. Minggu depan kita akan diskusi langsung dengan mereka libatkan Antam, Inalum,” katanya dalam konferensi pers virtual, Bisnis.com- Jumat (5/2/2021).
Tentu investasi ini adalah bentuk penjajahan yang halus bagi Indonesia. Ketika negara-negara maju sudah mulai mempersiapkan kehidupan untuk masa depan, dengan menakar peluang-peluang yang ada, akan tetapi Indonesia masih juga hanya lagi dan lagi sebagai korban tanpa sadar. Yang hanya menjadi penyedia bahan baku dengan harga murah, serta penyedia pasar besar yang sangat menguntungkan bagi para kapitalis penjajah.
Sangat ironis sekali, padahal Indonesia adalah negeri yang sangat kaya, baik SDM maupun SDA, namun pengelolaan yang amburadul telah menjadikan Indonesia terpuruk ke kedalam jeratan hutang tak berujung. Kekayaan SDA yang ada hanya diberikan kepada swasta kapitalis dengan harga yang sangat murah dan sangat merugikan.
Kebijakan pemerintah yang seakan malah menggelar karpet merah seluas-luasnya bagi para kapitalis telah semakin membuat Indonesia terpuruk. Lihatlah UU minerba dan omnibus law yang sangat menguntungkan investor alih-alih melindungi kepentingan rakyat dan sangat longgar dalam penjagaan terhadap lingkungan Indonesia. Juga jeratan hutang yang kian menggunung, tak juga membuat pemerintah jera dan mengevaluasi kebijakan perekonomian Indonesia.
Kekayaan alam Indonesia dikeruk dengan brutal tanpa nurani, hanya dengan nama investasi padahal sejatinya adalah penjarahan dan penjajahan. Jika ini terus berlanjut, bisa jadi dalam waktu dekat Indonesia hanya tinggal cangkang kosong. Bagaimana dengan nasib generasi yang akan datang, apa yang akan kita wariskan kepada mereka, sedang merekalah yang akan mengalami dan menjalani kehidupan di masa yang akan datang itu. Tentu kita tidak ingin mewariskan kegagalan dan kehancuran negeri ini kepada mereka bukan?
Sedangkan, pada tahun 2030-2040 Indonesia diprediksi akan mengalami masa bonus demografi, artinya jumlah penduduk usia produktif /(usia 15-64 tahun) akan lebih besar dibandingkan penduduk usia tidak produktif, yaitu anak-anak dan lansia yang berusia di bawah 15 tahun dan di atas 64 tahun. Tentu ini adalah tantangan bagi kita untuk menjadikan bonus demografi tersebut sebagai hal yang positif dan bukan sebagai hal yang sebaliknya menjadi bencana demografi.
Bonus demografi akan menjadikan Indonesia pasar perekonomian yang besar, maka ini adalah keuntungan tersendiri bagi Indonesia. Dengan SDM yang besar Indonesia bisa membangkitkan ekonomi dengan memperbaiki kualitas pendidikan yang melahirkan SDM yang cakap dan pakar dalam bidangnya, menciptakan lebih banyak lapangan kerja baru termasuk membatasi dan melarang laju tenaga kerja asing datang ke Indonesia, menciptakan pelatihan dan pengembangan wirausaha usaha berbasis rumah tangga, memberantas pungli dan korupsi, juga berhenti menjual aset negara. Namun ini lagi-lagi tak akan berhasil jika kebijakan pemerintah masih lebih berpihak pada kapitalis asing daripada rakyat sendiri.
Maka, jika Indonesia ingin menjadi negara maju dan terbebas dari penjajahan, maka Indonesia butuh kepada sistem yang lebih baik, yang akan membawa Indonesia maju dan jaya, yang akan memanfaatkan kekayaan Indonesia untuk kesejahteraan bagi segenap rakyat Indonesia, yang akan melahirkan generasi unggul nan taqwa, yang bahkan akan menjadikan Indonesia layak menempati peringkat atas perekonomian dunia.
Sungguh, jika Indonesia digadang-gadang akan menempati urutan lima besar ekonomi dunia pada 2045, maka hanya satu solusinya, yaitu beralih kepada sistem kehidupan yang lebih baik. Sistem ini bukan sistem kapitalis yang rusak dan merusak, akan tetapi sistem hebat itu adalah sistem Islam dengan aturannya yang sempurna, yang diterapkan secara menyeluruh dalam naungan negara khilafah.
Wallahu a'lam[]
Photo : Google