"Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, Wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil."(QS. Al-Isra' 17: Ayat 24).
Oleh: Pitra Delvina, S. Pd. (Pemerhati Kebijakan Publik)
NarasiPost.Com-Miris! Perseteruan anak dan orang tua kembali viral dan menyita perhatian publik. Jika sebelumnya sempat viral kasus anak yang memenjarakan ibunya. Sekarang kasus serupa juga terjadi di Bandung, Jawa Barat. Kali ini kasus yang menyita perhatian publik dan viral adalah gugatan seorang anak kepada ayahnya Rp 3 miliar karena sang anak tak terima disuruh tutup warung oleh sang ayah. Deden yang merupakan anak kedua dari Koswara (85 tahun) sekaligus penggugat dalam kasus ini ternyata juga melibatkan saudaranya yang lain, yaitu Masitoh sebagai pengacara untuk melawan ayahnya.
Diketahui, alasan kakak beradik ini menggugat ayahnya adalah karena sang ayah dan saudaranya ingin menjual tanah warisan orang tuanya yang sudah disewa oleh sang anak sejak tahun 2012 untuk berjualan. Sang anak tidak mau menutup warungnya. Akhirnya sang ayah melaporkan Deden ke polisi atas kasus pencurian listrik PLN. Tidak terima atas laporan ayahnya tersebut, sang anak malah menggugat sang ayah balik ke pengadilan. (Dikutip dari artikel Kompas.tv. 23/01/2021).
Kasus ini viral di media massa dan menyita beragam perhatian publik. Publik mengecam tindakan kakak beradik ini sebagai tindakan anak durhaka yang tidak tahu balas budi kepada orang tua.Bagaimana tidak, kakek renta itu harus menerima penghinaan langsung dari anaknya di usianya yang sudah lanjut. Kasus yang seharusnya bisa diselesaikan secara damai dengan cara kekeluargaan, malah berujung di pengadilan. Padahal sang ayah ingin menjual tanah warisan turun temurun keluarga tersebut atas kesepakatan saudaranya yang juga punya hak atas tanah warisan tersebut. Namun sang anak tak terima dan malah menuntut balik sang ayah dengan jumlah yang tak sedikit. Hanya karena rupiah yang tak seberapa rasa hormat pun hilang kepada orang tua.
Inilah kenyataan pahit yang harus diterima oleh kakek Koswara di usia senjanya. Hubungan ayah dan anak yang harusnya terjalin dengan penuh kasih sayang dan hormat. Malah ditakar oleh sang anak dengan rupiah. Pertalian darah seolah tak berarti ketika kepentingan terusik. Tidak peduli siapa orangnya, bahkan ayah yang selama ini sudah sangat berjasa kepada mereka pun tidak termasuk dalam pengecualian.
Ketika Air Susu Dibalas dengan Air Tuba
Inilah mungkin ungkapan yang cocok untuk kasus yang menimpa kakek Koswara. Anak yang sudah dibesarkannya malah berniat untuk memenjarakannya dan menuntutnya di pengadilan. Lebih menyakitkan lagi, sang anak juga bersekongkol dengan saudaranya dalam menuntut ayahnya. Ke mana perginya bakti kepada orang tua? Harusnya di usianya yang senja, ayah sejatinya berhak mendapatkan perlakuan baik dari anaknya. Bukan malah sebaliknya, justru pengorbanannya selama ini menghidupi dan membesarkan anaknya dibalas oleh sang anak dengan air tuba.
Lagi dan lagi! Sudah berapa banyak kasus serupa yang kita temui di masyarakat. Mungkin ini hanya secuil kisah dari sekian banyak kasus yang terekspos ke media. Inilah potret rusaknya kehidupan keluarga di era kapitalis sekuler hari ini. Banyak keluarga di luar sana yang menjadi korban keganasan sistem pendidikan kapitalisme saat ini. Tentu ini tidak hanya menyangkut kesalahan personal pihak tertentu. Kita tidak perlu menilai siapa yang patut disalahkan dalam kasus ini. Apakah ini salah sang ayah karena tidak bisa mendidik anaknya? Atau apakah justru yang salah adalah sang anak karena tidak berbakti kepada orang tua? Terlepas dari semua pertanyaan itu. Bicara soal adab dan akhlak maka erat kaitannya dengan ilmu dan pendidikan. Lantas, bagaimana pandangan Islam terkait hal ini?
Sistem Pendidikan Khilafah Lahirkan Generasi Salih dan Salihah
Mendapatkan anak yang salih dan salihah adalah dambaan setiap orangtua. Namun, anak yang salih atau salihah hanya akan lahir jika ayah atau ibunya salih dan salihah. Ibarat kata, "Buah tak akan jatuh jauh dari pohonnya". Namun tidak cukup dengan adanya orang tua yang salih dan salihah saja. Masyarakat juga berperan penting dalam proses pendidikan anak. Jika di rumah anak sudah mendapatkan pendidikan yang baik, namun ternyata itu belum cukup untuk menjamin sang anak akan sepenuhnya baik. Sebab sang anak lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah ketimbang di rumah bersama orang tuanya. Sedangkan kita ketahui, justru salah satu faktor yang banyak membuat anak terkontaminasi kesalihannya hari ini justru adalah lingkungan masyarakat.
Masyarakat kapitalis sekuler rusak hari ini terbukti telah menjauhkan anak-anak dari nilai-nilai Islam. Apalagi di rumah ia tidak mendapatkan pendidikan Islam, otomatis akan semakin kering iman di dada. Belum lagi peran masyarakat sekuler yang turut merusak mereka.
Di samping itu peran negara juga sangat besar andilnya dalam proses pendidikan anak. Negara dengan kurikulum yang sahih pasti akan melahirkan sistem pendidikan yang akan mencetak generasi yang salih dan salihah. Namun, hari ini kita hidup dalam sistem kehidupan sekuler kapitalis demokrasi. Sistem kehidupan yang hanya berorientasi pada kapital. Bahkan pendidikan pun dinilai oleh kapital hari ini. Jika ingin mendapatkan pendidikan yang berkualitas, maka orang tua harus mengeluarkan biaya yang mahal untuk itu. Itupun belum menjamin pendidikan yang akan didapatkan anak berkualitas. Terlebih kurikulum pendidikan kapitalis sekuler hari ini lebih mengarah kepada vokasi. Dimana generasi yang dicetak adalah generasi yang siap bersaing di dunia kerja. Generasi yang hanya cerdas secara akademik namun miskin dalam hal keimanan dan ketakwaannya.
Hal ini tentu berbanding terbalik jika dibandingkan dengan output sistem pendidikan khilafah Islam. Islam menempatkan pendidikan sebagai hak dasar seluruh rakyat yang wajib dipenuhi kebutuhannya oleh negara. Meski tanggung jawab pengasuhan terletak pada orang tua, namun negara juga punya kewajiban dalam hal memenuhi sarana penunjang pendidikan yang berkualitas dan gratis bagi setiap rakyatnya tanpa pandang bulu antara si miskin dan si kaya.
Di samping itu, negara dengan kurikulum pendidikannya yang berbasis akidah Islam juga akan melahirkan generasi yang salih dan salihah yang tidak hanya cerdas secara akademik, namun juga bertakwa kepada Sang Pencipta. Sehingga tidak akan dijumpai anak-anak yang miskin nurani atau berbuat amoral seperti yang banyak dijumpai dalam sistem kehidupan sekuler hari ini.
Selain itu, Islam juga telah mengajarkan kepada setiap anak untuk berbakti kepada kedua orangtua. Bahkan perintahnya adalah untuk ditaati, selama tidak dalam rangka khianat kepada Allah. Bahkan Islam telah menempatkan rida Allah bergantung kepada rida orangtua. Jangankan berlaku kasar kepadanya, berkata "ah" saja tidak boleh.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
وَقَضٰى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوٓا إِلَّآ إِيَّاهُ وَبِالْوٰلِدَيْنِ إِحْسٰنًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَآ أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُل لَّهُمَآ أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا
"Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan ah dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik."(QS. Al-Isra' 17: Ayat 23)
Di samping itu, Allah juga menganjurkan kepada setiap anak untuk berlaku lemah lembut, penuh kasih dan sayang kepada kedua orangtua mereka. Serta senantiasa mendoakan keduanya sebagai bakti atas jasa mereka karena telah mendidiknya dari kecil hingga dewasa.
Sebagaimana firman Allah Swt. dalam lanjutan ayat di atas,
وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُل رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِى صَغِيرًا
"Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, Wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil."(QS. Al-Isra' 17: Ayat 24).
Inilah output pendidikan khilafah Islam. Sistem pendidikan yang kurikulumnya berasal dari aturan Sang Pencipta alam semesta. Sejarah telah mencatat kegemilangannya di masa silam. Bagaimana berhasilnya Khilafah dalam bidang pendidikan. Bahkan sistem pendidikan khilafah menjadi kiblat bagi pendidikan Barat hingga hari ini. Ilmuwan Islam yang dilahirkan pun sekelas ulama. Hanya Islam yang akan mampu melahirkan generasi yang berakhlak mulia. [Allahu a'lam bish showab].[]
Photo : pinterest
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]