Hidup di dunia hanya sekali, berikanlah kehidupan yang berarti, agar tidak menjadi orang yang merugi, untuk meraih kehidupan yang hakiki.
Oleh : Novida Sari (Ketua Forum Muslimah Peduli Generasi Mandailing Natal)
NarasiPost.com - Para sahabat adalah generasi terbaik di dalam sejarah peradaban Islam. Keberadaan mereka bagaikan penyuluh yang menyebarluaskan kebaikan yang telah ditanamkan oleh Rasulullah Saw. Bahkan keberadaan Islam pada hari ini adalah jasa-jasa mereka berkat binaan nubuah oleh Rasulullah Saw.
Generasi pertama dalam Islam ini sungguh luar biasa, mereka tidak pernah mencukupkan diri melakukan satu atau bahkan sedikit amal kebaikan. Tidak seperti pengertian melakukan “amal yang biasa” pada generasi hari ini yang biasa sedikit sedekah, shalat semampunya, menutup aurat seperlunya, menjaga diri dari hal yang mubah dan haram sebisanya.
Sahabat justru biasa melakukan shalat di awal waktu, sedekah dan infaq sebesar-besarnya, segera memenuhi panggilan jihad, ibadah wajib diwajibkan dan yang sunnah diutamakan. Dan tentu saja menegakkan Islam secara menyeluruh di setiap nafas kehidupan.
Umar bin Al Khattab adalah salah satu sahabat yang terkenal akan kepemimpinan, ketegasan, kecerdasan, kezuhudan, bertafakur kepada Allah Swt pada malam hari bagaikan sufi, menjadi singa di medan juang saat berjihad, lembut bagi orang Mukmin dan keras bagi orang kafir. Ketika menjelang kematiannya, beliau ditanyakan amalan apa yang menjadi amalan utamanya? Maka Umar bin Al Khattab menjawab Persahabatan membersamai Rasulullah yang menjadi amalan utamaku.
Rata-rata sahabat akan menjawab hal yang sama. Bersahabat dan membersamai Rasulullah Saw dalam Islam selama 23 tahun adalah amalan mereka yang utama. Bahkan ketika Rasulullah Saw wafat, mereka tetap melaksanakan amalan yang biasa mereka lakukan sewaktu bersama baginda Nabi.
Sudahkah Kita merindukan Kematian?
Sebagai seorang Mukmin, seharusnya kita harus senantiasa menyadari bahwa dunia ini hanyalah permulaan dari kehidupan yang sebenarnya. Dunia hanyalah tempat persinggahan untuk mencari bekal perjalanan menuju kampung halaman yang sesungguhnya. Allah Swt telah menurunkan peta petunjuk agar tidak tersesat. Namun banyak manusia yang lalai dan terpedaya akan fatamorgana dunia. Kehidupan yang singkat seolah-olah akan selamanya. Meskipun mungkin kematian telah nampak di sekitar mata.
Banyak juga yang mengabaikan peta petunjuk yang telah diberikan, terpedaya dengan dunia hingga mencampakkan petunjuk tersebut dengan kesesatan. Mereka takut akan kematian dan mengingkarinya padahal bisa saja kematian itu datang kapanpun. Keadaan mereka yang seperti ini sama halnya dengan orang Yahudi. Allah Swt berfirman,
وَلَتَجِدَنَّهُمْ اَحْرَصَ النَّاسِ عَلٰى حَيٰوةٍ ۛوَمِنَ الَّذِيْنَ اَشْرَكُوْا ۛيَوَدُّ اَحَدُهُمْ لَوْ يُعَمَّرُ اَلْفَ سَنَةٍۚ وَمَا هُوَ بِمُزَحْزِحِهٖ مِنَ الْعَذَابِ اَنْ يُّعَمَّرَۗ وَاللّٰهُ بَصِيْرٌۢ بِمَا يَعْمَلُوْنَ
Artinya : “Dan sungguh, engkau (Muhammad) akan mendapati mereka, manusia yang paling tamak akan kehidupan (dunia), bahkan (lebih tamak) dari orang musyrik. Masing-masing dari mereka, ingin diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu tidak akan menjauhkan mereka dari azab” (TQS Al Baqarah : 96).
Huruf ل dan ن pada kata لَتَجِدَنَّهُمْ menunjukkan Jawaban sumpah Allah Swt bahwa keadaan orang-orang yang tamak akan kehidupan dunia itu takut akan kematian. Mereka takut akan kematian dan azab Allah Swt tapi tidak melakukan kebaikan yang akan menambah bekal menuju kehidupan akhirat yang abadi.
Mereka tidak menginginkan azab dan kematian itu. Namun umur yang panjang lebih diinginkan, bahkan Allah Swt menyebutkan bahwa mereka menginginkan umur seribu tahun. Ini merupakan isyarat dari Allah Swt bahwa seseorang yang melakukan kejahatan tentu menginginkan umur yang panjang. Agar dengan umur yang panjang itu ia dapat berbuat kejahatan. Penguasa juga demikian, ingin memiliki umur panjang dan kekuasaan yang panjang.
Padahal Allah Swt mengatakan, وَمَا هُوَ بِمُزَحْزِحِهٖ مِنَ الْعَذَابِ اَنْ يُّعَمَّر . umur yang panjang itu tidak akan menjauhkan mereka dari azab Allah Swt. Bahkan tidak ada yang menjamin kapan kematian dan azab Allah Swt datang menghampiri.
Allah Swt berfirman,
أَفَأَمِنَ أَهْلُ الْقُرَىٰ أَنْ يَأْتِيَهُمْ بَأْسُنَا بَيَاتًا وَهُمْ نَائِمُونَ
Artinya : “Maka apakah penduduk negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di malam hari di waktu mereka sedang tidur?” (TQS Al A’raf : 97)
أَوَأَمِنَ أَهْلُ الْقُرَىٰ أَنْ يَأْتِيَهُمْ بَأْسُنَا ضُحًى وَهُمْ يَلْعَبُونَ
Artinya : “Atau apakah penduduk negeri itu merasa aman dari siksaan Kami yang datang pada pagi hari ketika mereka sedang bermain?” (TQS Al A’raf : 98).
Dan pada ayat,
أَفَأَمِنُوا مَكْرَ اللَّهِ ۚ فَلَا يَأْمَنُ مَكْرَ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْخَاسِرُونَ
Artinya : “Atau apakah mereka merasa aman dari siksaan Allah (yang tidak terduga-duga)? Tidak ada yang merasa aman dari siksaan Allah selain orang-orang yang rugi” (TQS Al A’raf: 99).
Sehingga hal yang wajar kita dapati ketika para Sahabat senantiasa memperbanyak amal kebaikan mereka hari demi hari di tiap kehidupan mereka. Karena mereka memahami dengan betul kematian dan azab bisa datang kapan saja. Tatkala kematian itu datang menjemput mereka telah siap karena mereka yakin akan dipertemukan dengan kekasih, sahabat dan guru mereka yakni nabi Muhammad Saw yang mereka rindukan.
Hidup di dunia hanya sekali, berikanlah kehidupan yang berarti, agar tidak menjadi orang yang merugi, untuk meraih kehidupan yang hakiki. Wallahu a’lam bishshawab
Picture Source by Google