Bencana Alam Dahsyat, Akibat Lingkungan Tidak Terawat

Sebagai agama yang sempurna, Islam tidak hanya mengatur masalah individu dalam hal ibadah saja. Tapi Islam juga mempunyai pandangan bagaimana manusia harus menjaga tempat hidupnya agar tetap lestari sampai ke generasi masa depan.

Oleh: Indriyatul Munawaroh

NarasiPost.com - Awal tahun yang harusnya menjadi harapan baru justru menjadi pilu bagi sebagian masyarakat. Bagaimana tidak, banyak bencana alam susul menyusul hingga tampak kepedihan yang dialami rakyat saat ini, terlebih lagi dimasa pendemi yang semakin mencekam.

Menurut data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah terjadi 185 bencana alam pada 1-21 Januari (iNews.id, 21/01/2021). Sebagaimana yang terjadi di sejumlah daerah di Kalimantan Selatan (Kalsel) yang terendam banjir pada beberapa hari terakhir. Setidaknya 1.500 rumah warga di Kecamatan Pengaron, Kabupaten Banjar, Kalsel terendam banjir. Bahkan ketinggian airnya mencapai 2-3 meter (Kompas.com, 15/01/2021). Menurut Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) yang dikutip dari suara.com (15/01/2021), banjir besar di Kalimantan Selatan yang terjadi dalam beberapa hari terakhir bukan sekadar hujan lebat, melainkan akibat rusaknya ekologi di Kalimantan. Direktur Eksekutif Walhi Kalsel, Kisworo Dwi Cahyono, mengatakan bahwa banjir tahun ini merupakan yang terparah dalam sejarah.

Penyebab Datangnya Bencana

Bencana alam memang ketetapan dari Allah Swt. Kita sebagai kaum Muslim harus menyikapinya dengan tabah dan sabar. Akan tetapi kita sebagai manusia harus mampu menganalisa keadaan. Apa maksud Allah menurunkan berbagai bencana beruntun pada manusia?

Allah Swt berfirman dalam surah Ar-Ruum ayat 41, “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”

Dari ayat tersebut menunjukkan bahwa Allah Swt menurunkan bencana bukan tanpa alasan. Justru manusia sendirilah yang menyebabkan kerusakan di muka bumi ini dan sekaligus memperingatkan manusia agar kembali ke jalan yang benar.

Seperti yang dikatakan Walhi bahwa kerusakan yang terjadi adalah akibat rusaknya ekologi. Dan pelaku utama perusakan ini adalah para korporat. Berdasarkan laporan tahun 2020 saja sudah terdapat 814 lubang tambang milik 157 perusahaan batu bara yang masih aktif bahkan ditinggal tanpa melakukan reklamasi. Ditambah lagi perkebunan kelapa sawit yang mengurangi daya serap tanah.

Direktur Eksekutif Walhi Kalsel, Kisworo Dwi Cahyono mengungkapkan bahwa daya tampung dan daya dukung lingkungan di Kalsel dalam kondisi darurat ruang dan darurat bencana ekologis. Bahkan dari total luas wilayah 3,7 juta hektar yang sudah dibebani izin pertambangan dan perkebunan kelapa sawit hampir mencapai 50 persen (Suara.com, 15/01/2021).

Staf Advokasi dan Kampanye Lingkungan Hidup (Walhi) Kalsel, M. Jefri Raharja menjelaskan, dari tahun ke tahun luas perkebunan semakin meningkat dan mengubah kondisi sekitar. Antara 2009 sampai 2011 saja telah terjadi peningkatan luas perkebunan sebesar 14 persen. Dan terus meningkat sebesar 72 persen di tahun berikutnya dalam kurun waktu 5 tahun.

Dari data di atas maka tampaklah bagaimana korporasi menjadi penyumbang terbesar kerusakan lingkungan yang ada di tanah Borneo ini. Bukan hanya perusahan sawit, tetapi perusahaan tambang yang juga tak sedikit jumlahnya. Mereka yang hanya berorientasi materi tak peduli dengan dampak yang akan dialami oleh masyarakat karena lingkungan yang rusak. Lingkungan yang tak terawat inilah yang menimbulkan kerusakan ekologis dan menciptakan bencana alam yang dahsyat.

Pembangunan yang kapitalistik ini telah mengakibatkan deforestasi dan alih fungsi lahan. Padahal dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pun kita sudah diajari bagaimana pembangunan itu harus diiringi keseimbangan alam dan lingkungan. Sehingga tidak akan mengakibatkan bencana seperti tanah longsor dan banjir.

Pandangan Islam Mengelola Lingkungan

Sebagai agama yang sempurna, Islam tidak hanya mengatur masalah individu dalam hal ibadah saja. Tapi Islam juga mempunyai pandangan bagaimana manusia harus menjaga tempat hidupnya agar tetap lestari sampai ke generasi masa depan.

Tentunya pertama kita harus menyadari bahwasannya kerusakan yang dialami saat ini akibat keserakahan manusia yang dinaungi oleh sistem kapitalisme sekuler. Karena akibat penerapan sistem ini, Penguasa memberikan izin untuk mengelola berbagai Sumber Daya Alam (SDA) negara ini kepada para pengusaha. Sedangkan dalam Islam, SDA yang jumlahnya besar adalah milik rakyat seluruhnya. Tidak boleh diprivatisasi oleh perorangan atau swasta. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw, “Kaum Muslim berserikat dalam tiga perkara yaitu padang rumput, air, dan api” (HR Abu Dawud dan Ahmad).

Maka hutan dan tambang tidak boleh dimanfaatkan dengan serampangan tanpa mempertimbangkan kondisi lingkungan. Dan tentunya dilarang untuk individu atau kelompok menguasainya dan mengambil manfaat darinya.

Yang berhak mengelola adalah negara atas nama rakyat, yang kemudian hasil pengelolaannya untuk dikembalikan pada rakyat. Bisa diberikan berupa bantuan langsung kepada rakyat, untuk membangun sarana dan prasarana, atau memberikan jaminan pendidikan dan kesehatan gratis bagi rakyatnya.

Maka menjadi tanggung jawab negara untuk menyerasikan pembangunan dengan karakter alam, yaitu membuat rencana pembangunan yang tidak mengorbankan keindahan alam. Karena dengan pembangunan yang terencana dan terukurlah negara dapat melindungi rakyat dari bencana.

Picture Source by Google

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Indriyatul Munawaroh Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Menangis Negeriku
Next
Seberapa Rindu Kita Pada Kematian?
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram