“Sungguh kalian akan benar-benar mengikuti kebiasaan kaum-kaum sebelum kalian sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta hingga mereka masuk lubang biawak sekalipun kalian akan mengikutinya. Kami bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah mereka Kaum Yahudi dan Nasrani?” Rasulullah Saw menjawab, “Siapa lagi kalau bukan mereka.” (HR. Muslim)
Oleh: Ummu Zaid
NarasiPost.com - Berada di negeri yang jauh dari sanak keluarga bila tujuannya hanya untuk dunia, semata mencari penghidupan demi kesenangan hidup sesaat, sangat rentan tersesat langkah. Mudah terbawa arus hingar bingar angkuhnya panggung dunia.
Mereka berusaha keras agar diri mereka diterima di lingkungan baru. Berintegrasi, berbaur, ikut budaya setempat merupakan hal yang lumrah dilakukan, bahkan merupakan kemestian hingga kebablasan.
Benarlah sabda Rasulullah Saw: “Sungguh kalian akan benar-benar mengikuti kebiasaan kaum-kaum sebelum kalian sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta hingga mereka masuk lubang biawak sekalipun kalian akan mengikutinya. Kami bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah mereka Kaum Yahudi dan Nasrani?” Rasulullah Saw menjawab, “Siapa lagi kalau bukan mereka.” (HR. Muslim)
Miris! Melihat Muslimah yang datang ke negeri asing melepas identitasnya. Di Tanah air berhijab. Namun ketika melangkahkan kakinya di tempat baru, mereka melepasnya. Alasannya? Takut dipandang aneh oleh penduduk setempat, takut tidak bisa mendapat pekerjaan, dan alasan-alasan lainnya.
Miris! Ketika melihat mereka begitu bersungguh-sungguh mengejar dunia. Halal dan haram yang seharusnya menjadi standar perbuatan telah menguap ditelan riuhnya hiruk pikuk dunia.
Miris! Ketika melihat mereka bergaul secara bebas, bahkan hidup satu atap antara laki-laki dan perempuan tanpa ikatan pernikahan.
Miris! Melihat mereka meninggalkan kewajiban terhadap Tuhannya. Waktunya habis untuk mengejar materi hingga tidak ada waktu bahkan sisa waktu sekalipun untuk Rabbnya.
Miris! Melihat mereka harus menyulap kaki jadi kepala dan kepala jadi kaki. Terpontang-panting hanya demi kesenangan yang semu. Tertatih-tatih hanya demi sebuah kebanggaan sesaat, sampai berani melanggar aturan syariat.
Miris! Melihat mereka meniru gaya hidup yang salah, menyalahi aturan, mengikuti naluri yang salah arah. Salah kaprah menyukai sesama jenis dianggap lumrah. Lupakah mereka jika praktik ini sangat dibenci dan dilaknat Allah? Tidak takutkah mereka akan hari penghisaban kelak?
Tidak kasihankah mereka dengan ibu, bapak, adik, abang yang menggantungkan hidupnya pada mereka? Mereka yang bangga akan kesuksesan yang telah diraih anak atau saudaranya yang merantau jauh ke negeri orang tanpa tahu apa yang dilakukan oleh sosok yang menjadi kebanggaan mereka.
Betapa kejam dunia ketika bukan hukum Allah yang mengatur. Terpaksa atau suka rela banyak yang menyimpang dari jalan yang lurus. Rela menukar petunjuk dengan kesesatan. Rela menukar cahaya Allah dengan gelapnya gemerlap dunia.
Kehidupan dunia bisa melenakan dan menipu siapa saja yang bersangatan mencintainya. Maka berhati-hatilah dengan segala perangkap di balik keindahannya.
“Ketahuilah oleh kalian bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sesuatu yang melalaikan, perhiasan, dan bermegah-megahan di antara kalian, serta berbangga-banggaan dengan banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang karenanya tumbuh ganam-tanaman yang membuat kagum para petani, kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya menjadi kuning, lantas menjadi hancur. Dan di akhirat kelak ada adzab yang keras dan ampunan dari Allah, serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (TQS. Al-Hadid (57):20)
Inilah bukti sayangnya Allah pada hamba-Nya. Allah kabarkan kehidupan dunia itu seperti apa. Alangkah ruginya bila masih ada yang terpedaya. Maka berhati-hatilah bagi siapapun yang hatinya condong pada dunia. Kembalilah segera pada pangkuan syariah-Nya. Letakkan posisi dunia itu pada tempatnya. Sebatas hanya di genggaman tangan saja, jangan simpan di hati.
Wallahua’lam bishawab
Picture Source by Google