Mengapa di Tanahku Terjadi Bencana?

"Telah tampak kerusakan di daratan dan di laut akibat perbuatan tangan (kemaksiatan) manusia supaya Allah menimpakan kepada mereka sebagian akibat perbuatan (kemaksiatan) mereka itu agar mereka kembali (ke jalan-Nya)." (Qs. ar-Rum: 41)

Oleh: Eni Imami, S.Si (Pendidik dan Pegiat Literasi)

NarasiPost.Com-Sedih. Itulah kata yang bisa mewakili ragam duka, luka, dan nestapa yang melanda negeri ini. Hampir setahun pandemi Covid-19 belum kunjung reda. Mengawali tahun 2021 sudah terjadi bencana beruntun. Belum tuntas pencarian korban jatuhnya Sriwijaya Air SJ182, di hari yang sama (Sabtu, 19/1) longsor melanda salah satu desa di Sumedang. Tiga hari setelahnya (Rabu, 13/1), terjadi banjir di Kalimantan Selatan. Selang sehari (Kamis, 14/1), gempa bumi terjadi di Majene dan Mamuju, Sulawesi Barat. Gunung Semeru juga dikabarkan mengeluarkan awan panas pada Sabtu (16/1). Mengapa di tanahku terjadi bencana bertubi-tubi? Benarkah ini fenomena alam atau ada campur tangan manusia?

Sungguh, bencana atau musibah sering terjadi di negeri ini. Namun, musibah demi musibah yang melanda sekadar menimbulkan duka-lara seketika, setelah itu berlalu tanpa bekas apa-apa. Artinya, banyak orang yang sadar, insaf, dan memohon ampunan saat dilanda musibah. Tapi setelah itu banyak yang kembali berbuat dosa.

Muhasabah di Tengah Musibah

Mengapa di tanahku terjadi banyak bencana? Di sinilah patut dilakukan perenungan, yakni muhasabah diri mengapa banyak musibah yang terjadi. Sebagai Muslim, musibah harus disikapi dengan benar sesuai syariat Islam.

Secara umum musibah ada dua macam. Musibah karena faktor alam yang merupakan sunatullah dan musibah akibat ulah tangan manusia. Dengan memahami hakikat musibah ini, manusia dapat melakukan muhasabah dan perbaikan meminimalisasi terjadinya musibah.

Musibah karena faktor alam atau sunatullah merupakan qadha Allah Swt yang tak mungkin ditolak. Misalnya fenomena alam seperti gempa bumi, gunung meletus, tsunami dll. Hal ini harus disikapi dengan rida dan sabar. Terlebih bagi yang tertimpa musibah. Musibah apapun yang menimpa seorang Mukmin, besar atau kecil, bisa menjadi wasilah bagi penghapusan dosa-dosa. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw,

"Tidaklah seorang Muslim tertimpa musibah hingga tertusuk duri kecuali Allah pasti menghapus dosa-dosanya." (HR. al-Bukhari dam Muslim)

Musibah yang terjadi akibat ulah tangan manusia kerap terjadi. Seperti budaya buang sampah sembarangan yang menyebabkan pencemaran air dan lingkungan, keserakahan dalam eksploitasi hutan dan barang tambang yang menjadikan kerusakan ekosistem alam. Benarlah firman Allah Swt,

"Telah tampak kerusakan di daratan dan di laut akibat perbuatan tangan (kemaksiatan) manusia supaya Allah menimpakan kepada mereka sebagian akibat perbuatan (kemaksiatan) mereka itu agar mereka kembali (ke jalan-Nya)." (Qs. ar-Rum: 41)

Banjir yang terjadi di Kalimantan Selatan (Kalsel) dengan ketinggian air mencapai dua hingga tiga meter, selain tingginya curah hujan disinyalir terjadi karena darurat ruang dan darurat ekologi. Direktur Walhi, Kisworo Dwi Cahyono mengatakan sejak beberapa tahun terakhir Kalsel mengalami degradasi lingkungan. Dari catatan Walhi, di provinsi tersebut terdapat 814 lubang milik 157 perusahaan batu bara. Seluas 3,7 juta hektar lahan di Kalsel, hampir 50 persen dikuasai oleh perusahaan tambang dan kelapa sawit. Kerusakan ekosistem alami di daerah hulu yang berfungsi sebagai tangkapan air menyebabkan kelebihan air di daerah hilir yang menyebabkan banjir. (cnnindonesia.com, 17/01/2021)

Itulah ulah manusia yang tak bijak memanfaatkan alam. Perusahaan kelapa sawit atau tambang batu bara secara bebas melakukan eksploitasi. Kenapa hal ini bisa terjadi? Karena negara ini menerapkan sistem ekonomi kapitalis. Para korporat diberikan kemudahan mengeksploitasi sumber daya alam demi kepentingan bisnis. Padahal, sumber daya alam merupakan kepemilikan umum. Sebagaimana Islam menjelaskan bahwa air, hutan, dan barang tambang merupakan kepemilikan umum. Tak boleh dimanfaatkan secara individu, apalagi diserahkan pada korporasi.

Longsor di Sumedang juga diduga kuat akibat ulah manusia. Membangun hunian di lokasi yang tidak layak. Kemiringan rumah di sana sangat rawan bencana. Bisnis perumahan memang sedang gencar. Namun, jika hanya mengejar profit dan melalaikan keselamatan rakyat akibatnya sangat fatal. "Tadinya wilayah ini bekas tambang batu dan tanah urugan, lalu kemudian diratakan dan dijadikan perumahan," ujar Dicky Pakar Geologi Universitas Padjadjaran. (detik.com, 12/1/2021)

Musibah akibat ulah tangan manusia tersebut sebetulnya bisa dihentikan bahkan dicegah. Manusia butuh melakukan perenungan dan muhasabah diri. Sebagai Muslim apakah sudah taat kepada aturan Allah dan bijak dalam memanfaatkan sumber daya alam, seperti kesadaran menjaga lingkungan? Namun tidak cukup itu saja, sebagai entitas masyarakat butuh adanya aktivitas amar ma'ruf nahi mungkar. Menghidupkan budaya mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemaksiatan. Serta penerapan aturan tegas dalam perundangan negara. Islam sangat gamblang mengatur hal itu.

Mengharap Tanah Penuh Berkah

Firman Allah Swt,
"Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi. Akan tetapi, mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu sehingga Kami menyiksa mereka karena perbuatan yang mereka kerjakan."
(Qs. al-A'raf: 96)

Kunci keberkahan dari langit dan dari bumi adalah ketika penduduk suatu negeri beriman dan bertakwa kepada Allah Swt. Sebaliknya, jika musibah menimpa negeri secara bertubi-tubi bisa jadi disebabkan karena penduduknya tidak beriman kepada Allah, Rasul-Nya, kitab-Nya dan tidak bertakwa dengan melaksanakan ketaatan-ketaatan dan tidak meninggalkan keharaman-keharaman.

Negeri ini mayoritas penduduknya Muslim, tentu beriman kepada Allah, Rasul-Nya dan kitab-Nya. Namun sayangnya keimanan tersebut belum disertai pelaksanaan seluruh perintah Allah dan meninggalkan seluruh larangan-Nya. Lihat saja urusan ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, dan politik yang dijalankan bukan menggunakan sistem Islam. Tapi menggunakan sistem demokrasi kapitalis yang bersumber dari akal manusia.

Maka tak ada solusi lain jika mengharapkan tanah yang penuh berkah, terhindar dari musibah yang bertubi-tubi adalah segera lah bertaubat dengan beriman dan bertakwa kepada Allah Swt. Menjalankan kehidupan sesuai dengan ajaran Islam. Menerapkan syariah Islam secara kaffah, baik yang berkaitan dengan urusan keluarga, masyarakat, maupun negara.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Eni Imami, S.Si Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Anak Penjarakan Ibu, Buah Sistem Rusak
Next
Pesakitan Baru dari Amerika
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram