Tingginya jumlah pilot yang mengalami microsleep (tertidur) ini menunjukkan bahwa para pilot bertugas dalam kondisi tubuh yang tidak prima.
Oleh. Mariyah Zawawi
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com dan Penulis Riak Literasi)
NarasiPost.Com-Beberapa waktu yang lalu, pilot dan kopilot pesawat terbang Batik Air tertidur selama 28 menit saat sedang bertugas. Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menyampaikan bahwa mereka tertidur saat melakukan penerbangan dari Kendari menuju Jakarta. Meskipun pesawat dapat mendarat dengan selamat, kedua kru pesawat itu tetap mendapat sanksi. (cnnindonesia.com, 09/03/2024)
Kronologi Kejadian Pilot Tertidur
Pada tanggal 25 Januari 2024, pesawat Batik Air ID6723 melakukan penerbangan dengan rute Jakarta-Kendari dan Kendari-Jakarta. Pesawat tersebut dioperasikan oleh pilot berusia 32 tahun dan kopilot berusia 28 tahun. Penerbangan dengan rute Jakarta-Kendari dilakukan pada pukul 02.55.
Dalam penerbangan pada dini hari tersebut, kopilot menyampaikan ke pilot bahwa ia kurang istirahat karena baru memiliki bayi kembar berusia satu bulan. Pilot pun menyilakan kopilot untuk beristirahat. Kopilot itu kemudian tidur selama 30 menit sebelum pesawat mendarat.
Namun, menara Air Traffic Controller (ATC) menyampaikan bahwa cuaca di bawah standar dan bandara belum buka. Oleh karena itu, pesawat tidak bisa langsung mendarat dan bertahan di udara selama 30 menit. Pesawat akhirnya mendarat pada pukul 07.48 WITA
Pada pukul 08.05 WITA, pesawat melakukan penerbangan ke Jakarta dengan 153 penumpang. Sesuai jadwal dari Batik Air, waktu yang dibutuhkan untuk melakukan penerbangan tersebut adalah 2 jam 35 menit. Ketika pesawat telah berada pada ketinggian jelajah, kedua awak pesawat melepaskan headset mereka.
Karena lelah, pilot meminta izin kepada kopilot untuk beristirahat. Ia pun tidur. Pilot sempat bangun dan menawarkan kepada kopilot untuk menggantikan tugasnya. Karena kopilot menolak, pilot pun kembali tidur.
Karena cuaca buruk, kopilot menghubungi Area Control Center (ACC) Makassar untuk terbang menuju 250⁰. ACC Makassar memintanya untuk menghubungi ATC atau ACC Jakarta. Celakanya, setelah membaca pesan, ia tertidur.
Petugas ACC Jakarta kemudian menanyakan berapa lama pesawat akan terbang di jalur tersebut. Karena tidak ada jawaban, petugas ACC berupaya untuk menghubungi dengan berbagai cara, termasuk meminta bantuan pilot pesawat lain. Pilot pun terbangun 28 menit kemudian dan menyadari bahwa pesawat sedang tidak berada di jalur yang seharusnya.
Ia kemudian membangunkan kopilot dan menjawab panggilan dari pilot pesawat lain serta petugas ACC Jakarta. Pilot tersebut menyatakan bahwa ada kendala pada komunikasi. Namun, kendala tersebut telah berhasil diatasi. Pesawat kemudian berhasil mendarat dengan selamat.
Bukan yang Pertama
Insiden pilot tidur saat sedang bertugas ternyata tidak hanya terjadi kali ini. Sebelumnya, dua pilot dari maskapai penerbangan Ethiopian Airlines pun melakukan hal yang sama. Saat itu, mereka sedang melakukan penerbangan dari Sudan menuju Etiopia.
Bahkan, survei dari European Cockpit Association (ECA) menunjukkan hasil yang mengejutkan. Hasil survei bertajuk A Fatigue Survey of European Pilots itu menyatakan bahwa 75,9 persen pernah tertidur saat sedang bertugas. Survei yang dilakukan pada Agustus 2023 itu menyatakan bahwa para pilot itu mengalami microsleep atau tidur singkat.
Tingginya jumlah pilot yang mengalami microsleep (tertidur) ini menunjukkan bahwa para pilot bertugas dalam kondisi tubuh yang tidak prima. Mereka mengalami kelelahan, baik karena pekerjaan atau faktor lain, seperti kurang tidur. Mereka tidak memiliki cukup waktu untuk beristirahat yang membuat kondisi mereka bisa pulih kembali.
Badan Keamanan Penerbangan Uni Eropa (EASA) pun mengkhawatirkan hal ini. Lembaga ini memberikan beberapa rekomendasi untuk mengatasi kelelahan para pilot. Salah satu rekomendasinya adalah meninjau dan menyesuaikan secara berkala jadwal kru. Hal ini dilakukan dengan mempertimbangkan ketersediaan kru yang memenuhi syarat.
Di samping itu, maskapai juga harus memastikan bahwa para awak pesawat harus benar-benar terbebas dari kelelahan. Dengan demikian, mereka dapat mengoperasikan pesawat dengan baik sehingga menjamin keselamatan penumpang.
Pilot Tertidur, Karena Beratnya Tugas
Mengemudikan pesawat bukanlah pekerjaan yang ringan. Seorang pilot membutuhkan waktu lebih banyak dari waktu penerbangan yang dilakukannya. Misalnya, saat menerbangkan pesawat dari Jakarta ke Tokyo dibutuhkan waktu sekitar 8,5 jam. Namun, jika ditambah dengan berbagai persiapan, waktu yang dibutuhkan mencapai 14 jam.
Namun, pilot dapat melakukan istirahat saat sedang bertugas. Saat ini, pesawat terbang telah dilengkapi dengan sistem auto mission atau pengendali otomatis. Dengan menggunakan sistem ini, pilot hanya membutuhkan waktu sekitar lima menit untuk mengendalikan pesawat.
Pilot cukup menggunakan komputer yang telah diprogram untuk melakukan penerbangan di rute tersebut. Setelah itu, ia dapat beristirahat dengan cara menurunkan sandaran. Ia juga dapat tidur di bunker atas atau bawah.
Meskipun demikian, pilot harus tetap memantau monitor. Jika terjadi ketidaksesuaian dengan rencananya, ia dapat segera melakukan penanganan. Misalnya, saat terjadi kondisi darurat, ia dapat melakukan pendaratan dengan aman. (kompas.com, 11/09/2018)
Namun, pilot yang bertugas dalam penerbangan domestik sulit untuk beristirahat. Akibatnya, banyak yang mengalami kelelahan atau pilot fatigue. Penyebabnya adalah pola kerja yang kurang teratur karena mereka harus bekerja lebih lama dari jadwal.
Kelelahan ini akan bertambah jika mereka bertugas pada dini hari karena mereka mendapatkan tantangan yang disebut red eye flight. Red eye flight maksudnya adalah mata merah karena masih mengantuk akibat bekerja pada tengah malam atau dini hari. Pola tidur yang terganggu ini akan menyebabkan terganggunya metabolisme tubuh.
Penerbangan jarak pendek juga membuat mereka harus sering lepas landas dan melakukan pendaratan. Hal ini membuat mereka harus bekerja sehari penuh. Di samping itu, jumlah pilot yang bertugas dalam penerbangan jarak pendek hanya dua orang sehingga mereka tidak bisa tidur.(bbc.com, 09/03/2024)
Agar Tidak Terulang
Insiden pilot tertidur ini menjadi pelajaran berharga bagi maskapai penerbangan dan para pilot. Mereka harus memperhatikan kuantitas dan kualitas istirahat para pilot. Tidak hanya waktu istirahat yang cukup, tetapi juga harus berkualitas.
Seperti yang terjadi pada kru Batik Air. Menurut pihak maskapai, kedua kru telah mendapatkan waktu istirahat yang cukup sesuai standar, yaitu 10 jam. Sebelum penerbangan, mereka juga telah menjalani pemeriksaan medis.
Hasil pemeriksaan itu menunjukkan bahwa tekanan darah serta denyut jantung mereka normal. Hasil tes alkohol mereka juga negatif. Oleh karena itu, mereka dianggap layak menjalankan tugas.
https://narasipost.com/opini/01/2021/regulasi-transportasi-dalam-dekapan-investasi/
Sayangnya, kualitas istirahat mereka kurang bagus. Padahal, untuk mengemudikan pesawat dibutuhkan kondisi tubuh yang prima serta kesadaran penuh. Hal itu karena pekerjaan ini membutuhkan kemampuan, keterampilan, serta koordinasi yang bagus.
Agar insiden pilot tertidur ini tidak terulang, pengamat penerbangan, Alvin Lie menyarankan agar tes kesehatan tidak hanya memperhatikan kesehatan jasmani, tetapi juga mental. Dengan kondisi fisik yang prima, pilot dan kopilot dapat melakukan tugas mereka dengan baik. Dengan demikian, dapat mencegah terjadinya hal-hal yang membahayakan keselamatan penumpang. (kompas.id, 09/03/2024)
Solusi Islam untuk Mencegah Insiden Pilot Tertidur
Kelelahan yang dialami oleh para pilot tersebut menunjukkan adanya eksploitasi terhadap mereka. Sistem kapitalisme yang menjadi standar para pemilik maskapai penerbangan membuat mereka hanya memikirkan keuntungan yang besar tanpa mempertimbangkan kondisi para pilot. Hal ini sesuai dengan prinsip ekonomi mereka yang berusaha dengan modal sekecil-kecilnya untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya.
Prinsip ini berbeda dengan yang ada dalam Islam. Islam mengajarkan untuk memperlakukan para pekerja secara manusiawi. Mereka yang kelelahan akan diberi waktu istirahat yang cukup karena mereka bukan robot yang dapat bekerja terus-menerus.
Untuk menegakkan aturan ini, negara harus memberikan sanksi kepada pengusaha yang menzalimi pekerja. Karena tidak ada nas khusus mengenai hal ini, khalifah akan menetapkan hukuman berupa takzir.
Penjagaan Islam terhadap Nyawa Manusia
Islam merupakan sistem hidup yang khas. Agama ini dilengkapi dengan berbagai peraturan yang lengkap untuk menyelesaikan berbagai persoalan manusia. Penerapan aturan secara keseluruhan ini akan mendatangkan kemaslahatan bagi umat. Inilah tujuan dari syariat atau maqasid syariah.
Salah satu maqasid syariah adalah hifdz an-nafs (penjagaan atas jiwa). Penjagaan jiwa dimulai dengan mencegah berbuat dlarar atau bahaya terhadap orang lain. Hal ini telah dinyatakan oleh Rasulullah saw. dalam hadis riwayat Ahmad, Malik, dan Ibnu Majah.
لَا ضَرَرَ وَلَا ضِرَارَ
Artinya: “Tidak boleh menimpakan bahaya kepada diri sendiri dan orang lain.”
Penjagaan jiwa ini ditegakkan dengan diterapkannya berbagai peraturan pendukung. Misalnya, hukuman diat bagi pelaku penganiayaan, kisas bagi pembunuh, dan sebagainya.
Negara juga harus memperhatikan terwujudnya penjagaan jiwa ini dalam pemberian layanan transportasi. Oleh karena itu, negara harus menyediakan sarana dan prasarana transportasi yang aman bagi masyarakat. Demikian pula dalam penyediaan transportasi udara.
Negara harus memperhatikan berbagai hal yang dapat mewujudkan keamanan dan kenyamanan masyarakat saat menggunakan transportasi udara. Misalnya, menetapkan standar kelayakan pesawat, standar kesehatan para kru yang bertugas, dan sebagainya. Hal ini dilakukan agar tidak ada bahaya yang menimpa siapa pun.
Wallahua’lam bishawab. []
Ya Allah, ngerinya. Untungnya bisa selamat.
Astaghfirullah kok bisa pilot tertidur saat bertugas? Dimana keselamatan penumpang?
Kelelahan, Bu.
Itulah pentingnya memperhatikan kondisi fisik pilot sebelum mereka bertugas.