Ramadan adalah bulan di mana pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan setan-setan telah dibelenggu
Oleh. Mahganipatra
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Ramadan kembali menyapa. Tentu saja yang pertama kali harus kita lakukan adalah bersyukur. Bersyukur bahwa kita masih bisa dipertemukan dengan bulan Ramadan.
Bulan agung, bulan yang suci penuh dengan berbagai keistimewaan dan kemuliaan yang ada di dalamnya. Jadi, sangat wajar jika hampir di seluruh dunia, semua umat muslim akan merindukan dan menantikan bulan yang penuh keberkahan ini.
Karena Ramadan adalah bulan di mana pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan setan-setan telah dibelenggu. Bahkan di dalamnya terdapat satu malam yang jika dihitung nilai amalnya, saat kita berhasil memperoleh kebaikannya. Maka terhitung lebih baik dari amalan seribu bulan. Masyaallah, itulah malam yang disebut dengan malam lailatulkadar.
Oleh karena itu, bukan hal yang berlebihan jika tahun ini kita memiliki harapan dan resolusi agar mampu menjadikan momen Ramadan tahun ini bersungguh-sungguh mewujudkan hikmah hakiki dari diperintahkannya puasa Ramadan, yakni meraih derajat takwa.
Marilah kita mengazamkan diri kita untuk meraih kemuliaan, keagungan dan banyak keistimewaan di dalamnya, sesuai dengan janji Allah Swt.;
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُتِبَ عَلَيۡكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ
Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa," (QS. Al-Baqarah: 183)
Lalu, bagaimana supaya kita memperoleh derajat takwa, amalan apa saja yang harus kita lakukan agar kita termasuk ke dalam kategori orang-orang yang bertakwa?
Ramadan Refleksi Keimanan
Jika kita merujuk pada pengertian takwa, maka arti takwa adalah ketaatan yang sempurna terhadap seluruh perintah Allah Swt. dan menjauhi semua larangan-Nya. Tidak tebang pilih dalam melaksanakan seluruh syariat-syariat yang telah Allah Swt. turunkan berdasarkan wahyu yang telah lengkap dan sempurna yaitu risalah Islam.
Maka dalam melaksanakan hukum-hukum syariat, setiap muslim yang bertakwa tidak akan memilah dan memilih terhadap seluruh perintah dan larangan Allah Swt. berdasarkan pada perasaan suka semata.
Akan tetapi harus tunduk dan pasrah menerima seluruh perkara yang sudah ditetapkan oleh Allah Swt. sesuai dengan syariat yang telah diturunkan kepada Rasulullah saw. Demikian pula dengan perintah pelaksanaan puasa Ramadan.
Bagi setiap muslim yang ingin mewujudkan takwa, maka ketundukan terhadap perintah untuk melaksanakan puasa Ramadan harus pula sempurna. Karena pelaksanaan puasa Ramadan hakikatnya merupakan bagian dari refleksi keimanan seorang muslim. Menjadi pertanda kuat dan lemahnya keimanan seseorang, yang akan berdampak pada kualitas keimanannya.
Sebab inti dalam perintah tersebut merupakan salah satu upaya untuk membentuk manusia, agar setiap manusia yang telah mengikrarkan dirinya beriman. Harus mampu meraih status sebagai seorang hamba yang bertakwa. Sebagaimana firman Allah Swt. yang menyatakan bahwa ketakwaan manusia di sisi Allah Swt. merupakan derajat yang paling mulia;
إِنًّ أَكۡرَمَكُمۡ عِندَ ٱللَّهِ أَتۡقَىٰكُمۡۚ
Artinya: "Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa." (Q.S Al-Hujurat: 13)
Upaya-upaya Meraih Derajat Takwa di Bulan Ramadan
Sementara definisi takwa menurut Imam Ali bin Abi Thalib r.a., beliau menyatakan bahwa ketakwaan seseorang itu akan terlihat dari perilaku dan perbuatannya. Sebab ciri-ciri orang yang bertakwa adalah;
الخَوفُ مِنَ الجَلِيلِ، وَالعَمَلُ بِالتَّنْزِيلِ، وَالرِّضَا بِالقَلِيلِ، وَالاسْتِعْدَادُ لِيَومِ الرَّحِيلِ
Artinya: “Takut pada yang agung (Allah), beramal sesuai dengan apa yang diwahyukan, merasa puas (rida) dengan apa yang sedikit, dan bersiap untuk perjalanan panjang (akhirat).”
Jadi ketika merujuk pada definisi ini, bagi seseorang yang ingin meraih derajat takwa di bulan Ramadan, maka hal yang harus dilakukan adalah;
Pertama, ketakutan atau rasa takut kita hanya pada Yang Maha Agung yaitu Allah Swt. Rasa takut ini harus menjadi daya pendorong yang akan memberikan kekuatan. Kekuatan untuk memiliki kemampuan diri untuk melaksanakan seluruh aktivitas dalam kehidupan kita sehari-hari dengan standardisasi perbuatannya adalah halal dan haram.
Kedua, beramal sesuai dengan wahyu. Ini berarti selain harus menjadikan tolok ukur dalam perbuatan adalah halal dan haram. Maka kewajiban kita selanjutnya adalah seluruh amal kita harus terikat dengan syariat-syariat yang datang dari Allah Swt. yang bersumber dari Al-Qur'an, As-Sunnah, Ijma dan Qiyas.
Tentunya hal selanjutnya yang harus kita lakukan adalah mencari tahu tentang cakupan syariat-syariat Islam. Kemudian berusaha memahami seluruh ajaran Islam. Sehingga melalui pemahaman tersebut, kita akan dapat dengan mudah meraih kesuksesan dalam mewujudkan harapan dan resolusi untuk menggapai ketakwaan. Karena ketika kita paham bahwa ajaran dan risalah Islam itu sudah lengkap dan sempurna. Mencakup seluruh aspek kehidupan, baik hal-hal yang berkaitan dengan akidah, syariah, maupun dakwah.
https://narasipost.com/motivasi/04/2022/agar-ramadan-tak-sia-sia/
Maka kita akan sadar bahwa risalah Islam adalah sebuah ideologi yang memiliki kemampuan untuk menyelesaikan seluruh problematika kehidupan manusia. Sebab dalam ajaran Islam terdapat aturan-aturan mengenai masalah akidah, ibadah mahda, akhlak, makanan dan minuman, pakaian, jual beli, pernikahan, sistem pemerintahan, sistem sosial, sistem ekonomi, sistem hukum, sistem pendidikan, budaya dan lain-lain.
Ketiga, rida (merasa puas) dengan yang sedikit. Dalam kehidupan, terutama ketika kita telah mengazamkan diri kita akan berusaha menggapai derajat takwa. Maka tentu saja, merupakan hal yang wajar dalam kehidupan ini, kita menghadapi berbagai rintangan, ujian, cobaan, godaan, dan hambatan. Sunatullah, bahwa dalam kehidupan manusia, Allah akan senantiasa memberikan ujian dalam berbagai jenis ujian.
Oleh sebab itu, saat ujian itu hadir, apa pun bentuknya wajib bagi kita untuk selalu bersyukur dan rida atas ketetapan yang telah Allah Swt. takdirkan pada kita. Yakinkan diri kita bahwa seluruh hal, apa pun bentuknya. Baik berupa ketetapan yang baik atau ketika ujian itu berwujud musibah, maka kuatkan keyakinan kita bahwa semuanya adalah keputusan dan ketetapan yang berasal dari Allah Swt.
Kewajiban kita adalah tawakal, pasrah menerima dengan penuh kesabaran dan keikhlasan. Kita wajib kanaah terhadap seluruh keputusan yang telah ditakdirkan Allah Swt. atas kita. Ingatlah firman Allah Swt.;
ٱلَّذِينَ إِذَآ أَصَٰبَتۡهُم مُّصِيبَةٞ قَالُوٓاْ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّآ إِلَيۡهِ رَٰجِعُونَ
Artinya: "(Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata, "Innā lillāhi wa innā ilaihi rāji'ūn" (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali)."
( QS. Al-Baqarah: 156)
Kemudian yang terakhir adalah bersiap-siap untuk mempersiapkan bekal menempuh perjalanan panjang ke negeri akhirat. Sudah seyogianya bagi seorang hamba yang bertakwa, harus memiliki kesadaran bahwa bekal utama saat berjumpa dengan Allah Swt., yang dibawa adalah amal-amal saleh.
Maka sudah selayaknya, pada bulan Ramadan ini kita memperbanyak amal kebajikan. Mumpung setiap amal akan dibalas dengan pahala yang berlipat ganda. Di mana setiap satu amal kebaikan akan dibalas dengan nilai sepuluh, bahkan hingga tujuh ratus pahala kebaikan. Karena bulan Ramadan juga bulan maghfirah, bulan penuh ampunan. Banyak-banyaklah memanjatkan doa dan meminta pengampunan dengan melakukan tobat nasuhah.
Mohonlah ampunan kepada Allah Swt. seraya bermunajat agar diberikan kemudahan dan keistikamahan saat beribadah untuk melaksanakan berbagai ketaatan dan menghindari kemaksiatan. Semoga Allah jadikan Ramadan kita tahun ini menjadi Ramadan yang penuh berkah dan ampunan. Menjadikan Ramadan tahun ini Ramadan terakhir tanpa Khilafah Islamiah, aamiin Allahumma aamiin.
Wallahu a'lam bishawab. []
Aamiin. Semoga kita mampu meraih tujuan berpuasa yakni menjadi hamba yang bertakwa. Dan semoga menjadi Ramadan terakhir tanpa junnah.
Aamiin Allahumma aamiin
Benar Mbak, Ramadan momen meraih takwa. Namun, takwa bukan hanya ranah individu, melainkan juga ranah keseluruhan
Benar sekali mbak, salah satu wujud amal dalam mengikuti tuntunan wahyu dengan amal dakwah yang menyerukan penerapan Islam kaffah
Benar sekali. Bulan Ramadan seharusnya tidak hanya dijadikan momentum memperbanyak amal kebaikan, namun juga melakukan taubat nasuha dan kembali kepada syariat-Nya
Maayaallah naskah keren yang tampil di bulan Ramadan. Penggugah semangat untuk mendapatkan pahala yang banyak dan barakah
Jazakillah khoiron katsiron bunda
Aamiin yaa Rabb ya mujibassailiin.. Sudah 100tahun berlalu, semoga Ini ramadhan terakahir tanpa naungan khilafah..
Aamiin Allahumma aamiin