People pleaser adalah sebutan bagi seseorang yang selalu berusaha untuk menyenangkan orang-orang di sekitarnya.
Oleh. Desi Wulan Sari
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Berbicara tentang manusia, maka tidak akan jauh dari manusia dengan kedudukannya sebagai makhluk sosial. Aristoteles mengatakan bahwa manusia adalah zoom politicon, yaitu selain sebagai makhluk individu, manusia juga sebagai makhluk sosial yang harus berinteraksi dengan manusia lain.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) makhluk sosial itu sendiri berkenaan dengan masyarakat atau sifat-sifat kemasyarakatan yang memperhatikan kepentingan satu sama lain.
Kebutuhan manusia akan bersosialisasi membuat manusia akan bergantung pada orang lain agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Sehingga ada sebuah pernyataan bahwa “Manusia baru bisa dikatakan sebagai manusia jika berada dalam masyarakat, karena manusia melakukan komunikasi, sosialisasi dan interaksi dengan masyarakat lainnya”. Hal ini menandakan bahwa sifat manusia untuk selalu memiliki teman dan sahabat dalam hidupnya.
Salah satu ciri menjadi individu yang bersosialisasi adalah dengan memilih teman, atau idealnya kelompok teman yang walau berbeda karakter tetapi memiliki satu tujuan dan pemahaman. Bagi sebagian orang memiliki tempat nyaman untuk bercerita baik secara pribadi atau pun sekedar mengobrol saja, apakah itu cerita masalah, keseruan, kebahagiaan, ataupun kekecewaan.
Dengan menumpahkan segala unek-unek kepada teman lain, bisa dikatakan sebagai keberuntungan saat kita memiliki ruang untuk mengekspresikannya. Hal inilah yang menandakan bahwa manusia membutuhkan manusia lain dalam memenuhi kebutuhannya, termasuk seorang teman yang dapat diandalkan.
Tipe Pertemanan
Namun, bukan berarti sembarang teman yang bisa dijadikan untuk tempat curhat dan berbagi cerita, dengan mengetahui tipe-tipe teman, akan lebih mudah bagi seseorang untuk melihat teman manakah yang cocok dan terbaik baginya.
Inilah beberapa tipe teman yang dimaksud:
- Teman saja. Siapa pun bisa menjadi teman di saat tertentu, kita bertemu dan berkumpul, tidak ada kedekatan emiosional di dalamnya.
- Teman seaktivitas. Teman yang memang ada dalam satu aktivitas bersama dalam menjalankan agenda kegiatan yang ada.
- Teman lama. Teman yang dulu pernah dekat dan berbagi cerita. Namun, dalam kondisi tertentu harus terpisah jarak dan waktu.
- Teman yang dipercaya. Teman yang dapat dipercaya di saat kita ingin mencurahkan segala unek-unek yang ada, tanpa menghakimi, dan senantiasa memberikan pandangan positif. Dia seseorang yang tidak harus hadir setiap saat, tetapi dialah orang yang kepadanya kita mampu mencurahkan isi hati kita dengan perasaan tenang tanpa ragu.
- Sahabat dekat. Teman yang setiap saat hadir saat dibutuhkan, kapan pun, di mana pun tanpa melihat kondisi, teman yang terikat secara emosional dalam bahagia maupun duka.
Stop Become People Pleaser
Dengan kebutuhan seorang individu untuk mendapatkan teman, jangan sampai membuat kebutuhan berteman ini mengubah dirinya menjadi seorang yang dinamakan people pleaser.
Melihat kehidupan yang erat dengan sistem kapitalisme kini, maka tak heran jika sistem ini memengaruhi pembentukan pribadi seseorang, dan membuat sudut pandang orang tersebut tentang arti teman akan berbeda.
Banyaknya pengaruh lingkungan di sekitar seperti media sosial, strata sosial, ketenaran, dan aktivitas sosial membuat seorang teman sekali pun akan terpengaruh pada sikap dan pribadinya.
Beberapa akan berpikir bahwa teman yang lebih menguntungkan akan makin didekati, sedangkan teman yang dianggap tidak bermanfaat bagi orang yang menjadi temannya, maka dia akan bersikap masa bodoh, atau biasa saja. Pertemanan yang toxic dan mengerikan seperti ini nyatanya memang ada dalam kehidupan kita saat ini.
Sehingga akan muncullah dalam sebuah lingkaran pertemanan berbagai karakter individu yang berbeda-beda, yaitu ada orang yang memang butuh teman, orang yang butuh perhatian, atau orang yang diharapkan saling mengandalkan satu sama lain.
Akibatnya akan tercipta suasana perasaan dan hati yang berbeda di dalamnya, salah satunya dia merasa terasing dari pertemanannya tersebut. Tetapi ada kalanya, dirinya tidak menyadari bahwa dia telah terjebak menjadi seorang people pleaser dalam lingkaran pertemanan tersebut.
Dampak Menjadi People Pleaser
Siapakah orang yang disebut dengan people pleaser? Mereka adalah sebutan bagi seseorang yang selalu berusaha untuk menyenangkan orang-orang di sekitarnya. Cara-cara yang digunakan selalu memberi prioritas tinggi terhadap keinginan dan kebutuhan orang lain daripada keinginan dan kebutuhannya sendiri.
Jika sebuah pertemanan didasari dengan cara tersebut, tentu akan merugikan orang yang diperlakukan sebagai people pleaser. Adakalanya bukan dia tidak merasa perlakuan yang berbeda dari temannya, tetapi peran selalu menyenangkan orang lain tersebut kerap kali harus dijalani dengan perasaan sedih dan kecewa.
Rasa itu sebenarnya sedang ia pupuk dan terus berkembang dalam dirinya, jika ia tidak keluar dari situasi ini. Hal tersebut merupakan dampak dari sikap yang melekat pada dirinya sebagai people pleaser.
Akhirnya perasaan negatif yang semakin menumpuk akan membuat dirinya menjadi seseorang yang “lemah” dan membentuk sikap seperti tidak percaya diri, tidak menjadi diri sendiri, dan bisa jadi timbul rasa benci akibat rasa kecewa yang dipendamnya sekian lama.
Inilah karakter seorang people pleaser yang perlu kita ketahui, antara lain:
- Sering meminta maaf walaupun itu bukan kesalahan yang dilakukannya.
- Selalu setuju dengan pendapat teman lain, tanpa alasan yang tepat.
- Menghindari pembelaan diri sendiri, dan akan mengatakan “aku baik-baik saja”.
- Mengubah kepribadian demi menyenangkan teman lain.
- Mengikuti hal yang tidak disukainya untuk menghindari gesekan dengan teman lain.
- Merasa sulit untuk mengatakan “tidak” kepada teman lain.
Seseorang dengan tipe seperti ini, biasanya akan memiliki perasaan yang kerap muncul di antaranya;
- Cemas-tak mampu dalam membela diri sendiri, merasa ada tekanan saat bersikap-ramah, baik, atau ceria di hadapan orang lain
- Frustrasi-karena seakan tidak memiliki waktu untuk diri sendiri, kebutuhan dan keinginannya dianggap tidak penting dibanding kebutuhan orang lain, sehingga memiliki perasaan bahwa kebaikannya dimanfaatkan, tetapi dia tidak bisa melakukan apa pun terhadapnya.
Harmonis Bersama Islam
Allah Swt. berfirman dalam QS. Adz-Dzariyat ayat 56:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Artinya:
“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku”.
Seperti itulah hakikat manusia diciptakan oleh Allah, untuk hanya beribadah dan senantiasa bertakwa dalam setiap proses kehidupannya. Maka, dalam sebuah pergaulan antara sesama manusia, termasuk di dalamnya hubungan pertemanan, semestinya memiliki hubungan yang disebut “mutual understanding” saling bermanfaat, saling memahami satu sama lain dalam bermuamalah.
Dan interaksi yang dilakukan dengan sesama manusia tersebut harus sesuai dengan koridor syariat Allah, beriringan dengan dirinya yang senantiasa menjaga idraksilabillah (hubungan manusia dengan Allah) Sang Maha Pencipta.
Jika kekuatan iman senantiasa terjaga, maka menjadi seorang people pleaser tidak akan pernah ada dalam kehidupan manusia. Menjadi orang yang selalu ingin menyenangkan orang lain dengan tekanan mental sangatlah dilarang dalam Islam.
Oleh karena itu, dalam Islam sebuah pergaulan dan interaksi akan diatur dengan apa yang disebut dengan sistem pergaulan Islam. Aturan inilah yang akan senantiasa menjaga manusia untuk berinteraksi dengan sehat, aman, dan Allah rida kepadanya.
Sejatinya, people pleaser itu lebih pantas disematkan pada hubungan antara manusia dengan pencipta-Nya. Hanya Allah-lah yang pantas untuk disenangkan dengan segala perbuatan-perbuatan dan amalan kita sesuai dengan syariat-Nya. Itulah kesenangan yang kita berikan dengan balasan kebahagiaan lahir dan batin, dunia dan akhirat yang akan diterima oleh seorang manusia.
https://narasipost.com/motivasi/01/2024/people-pleasure-berbahayakah-bagi-anak-anak/
Sehingga, selain solusi di atas yang perlu dipahami dan dijalani dengan kesadaran keimanan di dalamnya, diperlukan juga beberapa hal yang harus dilakukan untuk mulai meninggalkan sebab yang berkaitan dengan people pleaser terhadap manusia.
Di antaranya:
- Memulai dengan langkah terkecil yaitu dengan mulai menghargai diri sendiri sesuai dengan hati nuraninya.
- Meninggalkan teman-teman yang toxic, tidak sehat, egois, salah memanfaatkan kebaikan, dan tidak pernah membawa kebaikan baginya.
- Mengulur waktu secara perlahan dengan mundur secara teratur dari pertemanan yang tidak sehat.
- Pemblokiran terhadap lingkungan pertemanan yang merusak mental.
- Belajarlah untuk mulai berkata “tidak”.
Hal-hal positif, penguatan motivasi diri serta peningkatan keimanan yang kuat akan mampu membawa seseorang menjadi pribadi yang kuat, tangguh, smart, dan cerdas cemerlang. Dengan mengikuti aturan Islam dalam berinteraksi dan berteman, maka hubungan yang diciptakan adalah hubungan pertemanan yang sehat dengan keridaan Allah di dalamnya. Wallahu a’lam bishawab. []
Masyaallah BARAKALLAH, keren banget naskah mb Desi ini..sangat mencerahkan sekali. I LIKE, THANK'S
Alhamdulillah sama sama mbak Mìmì sayang
Thank you so much
Terkadang, orang yang menjadi people pleaser adalah ia yang takut kehilangan teman. Padahal, berteman itu tetap harus sesuai syariat-Nya
Setuju mbak Firda, pertemanan yang sehat mental dan spiritual