Pelecehan Perempuan Palestina di Momen IWD

Pelecehan Perempuan Palestina

Pelecehan fisik dan psikis yang berulang oleh tentara Zionis Yahudi terhadap perempuan Palestina merupakan bukti nyata ketiadaan junnah.

Oleh. Sartinah
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com & Penulis Rempaka Literasiku/Bianglala Aksara)

NarasiPost.Com-Pelecehan terhadap perempuan Palestina menyeruak di tengah ingar bingar peringatan Hari Perempuan Internasional atau International Women's Day (IWD). Seremonial yang diperingati setiap tanggal 8 Maret tersebut bertujuan untuk mengapresiasi prestasi yang dicapai para perempuan di dunia tanpa memandang perbedaan, baik bahasa, budaya, kebangsaan, etnik, politik, dan ekonomi.

Diwartakan oleh liputan6.com (10/3/2024), puluhan ribu perempuan Palestina di Gaza sedang berjuang menghadapi kondisi yang tidak manusiawi. Mereka tidak memiliki banyak pakaian, makanan, bahkan tidak memiliki privasi. Ancaman bagi mereka tidak hanya kematian, penyakit, dan kehancuran di tengah serangan Zionis Yahudi yang nyaris tanpa henti, tetapi pelecehan seksual yang bahkan bisa hadir tanpa melecehkan secara fisik.

Hal ini dapat dilihat dari unggahan di media sosial, saat para tentara pria merekam diri mereka sedang mengacak-acak barang pribadi perempuan Gaza dan memamerkannya pada dunia. Dalam video lainnya, seorang tentara sedang berjalan-jalan melewati puing-puing rumah untuk memperlihatkan pakaian dalam perempuan. Ada pula sebuah potret tentara Israel yang sedang berpose di depan dinding yang berhiaskan pakaian dalam perempuan.

Sebuah gambar di aplikasi X juga menampilkan hal yang tak pantas. Terlihat dua orang tentara Israel sedang berpose dengan begitu gembira, satu orang mengenakan bikini, sedangkan satu orang lainnya berpose dengan membuat gerakan sugestif. Semua video dan gambar yang memperlihatkan pakaian dalam tersebut merupakan pelecehan terhadap perempuan dan tidak layak diumbar dan dipertontonkan. Lantas, apakah tindakan tentara Zionis Yahudi tersebut dapat dikatakan sebagai pelecehan seksual? Apa pula respons PBB terkait hal tersebut?

Pelecehan tanpa Menyentuh

Tindakan para tentara laki-laki Israel terhadap perempuan Palestina tersebut jelas meresahkan. Apalagi para perempuan Palestina masih teguh memegang budaya keagamaan atau budaya konservatif yang kental. Barang-barang tersebut (seperti pakaian dalam) merupakan hal yang sangat pribadi. Oleh karena itu, ketika tentara Zionis Yahudi berfoto atau membuat video dengan barang-barang tersebut, hal itu merupakan pelanggaran terhadap ruang paling pribadi, bahkan bisa disebut sebagai penghinaan tingkat tinggi. Hal tersebut sebagaimana diungkapkan oleh aktivis dan akademisi Palestina, Dr. Maisa Shquier. (liputan6.com, 10/3/2024)

Oleh karena itu, hal-hal tersebut (seperti memperlihatkan pakaian dalam di tempat umum) jelas telah melukai muruah mereka sebagai perempuan. Para ahli bahkan menyebut, apa yang dilakukan oleh tentara Zionis Yahudi itu dapat diakui sebagai bentuk pelecehan seksual, sebagaimana dikutip dari TRT Word, pada Sabtu (9/3/2024). Pernyataan senada juga disampaikan oleh seorang psikolog klinis, Dr. Betul Nesibe Ozkars, yang mengatakan bahwa foto-foto yang memperlihatkan pakaian dalam merupakan contoh nyata adanya pelecehan seksual dan ancaman serius bagi perempuan Palestina.

Dugaan pelecehan oleh tentara Zionis Yahudi pun telah ditanggapi oleh PBB. Juru Bicara PBB, Stephane Dujarric, menyebut telah menerima beberapa laporan pelecehan yang dilakukan oleh tentara Zionis Yahudi. Dujarric kemudian memerintahkan untuk melakukan penyelidikan secepat mungkin atas laporan pelecehan tersebut. Sayangnya, belum ada tindakan konkret yang berhasil menghukum para pelaku pelecehan terhadap perempuan Palestina.

Lebih dari itu, menyandarkan harapan kepada PBB untuk menyelesaikan kasus pelecehan tersebut tampaknya masih jauh panggang dari api. Hal ini bukanlah tuduhan tanpa alasan. Lihat saja berapa banyak resolusi yang diterbitkan untuk menyelesaikan persoalan perampasan tanah Palestina oleh Israel, tetapi belum menemukan titik terang hingga kini.

Wajah Ganda Apresiasi Terhadap Perempuan

Pelecehan yang dilakukan tentara Israel telah meninggalkan dampak memprihatinkan bagi psikologis perempuan Palestina. Dr. Ozkars bahkan menyebut, setelah terjadinya pelecehan seksual, ada kemungkinan para perempuan tersebut mengalami keterputusan mental dan gangguan dalam feminitas dan seksualitasnya. Para perempuan Palestina disebut kesulitan mengomentari tren pelecehan tersebut karena harus menanggung beban yang lebih besar, seperti tinggal di pengungsian yang tidak manusiawi dan kurangnya obat-obatan.

Kondisi perempuan Palestina tersebut menjadi fakta miris di tengah ingar bingar peringatan Hari Perempuan Internasional. Bagaimana tidak, saat dunia memuji hak-hak perempuan, di Palestina ada sekitar 9.000 perempuan menjadi korban kebiadaban Zionis Yahudi. Belum lagi ada puluhan ribu orang yang terluka, menjadi yatim piatu, sekitar satu juta orang kehilangan tempat tinggal, dan ratusan lainnya menjadi tahanan.

https://narasipost.com/world-news/11/2023/perundingan-palestina-di-meja-dunia-adakah-perubahan/

Jika Hari Perempuan Internasional diperuntukkan bagi semua perempuan, seharusnya para perempuan Palestina juga memiliki hak yang sama, yakni memiliki kebebasan, kemandirian, martabat, rasa aman, keselamatan, dan hilangnya standar ganda terhadap mereka. Sayangnya, para perempuan Palestina tidak bisa merasakan terpenuhinya hak-hak mereka meski Hari Perempuan Internasional rutin diperingati setiap 8 Maret. Perempuan Palestina tetap saja terjajah dan mengalami diskriminasi.

Bukti konkretnya adalah yang disuarakan para feminis Barat tentang hak-hak perempuan di seluruh dunia, tetapi mereka balik badan saat berbicara tentang nasib perempuan Palestina. Peneliti Ketidakadilan Gender di Timur Tengah, Maryam Aldossari, menyebut bahwa kelompok feminis Barat telah gagal memberikan pembelaan terhadap perempuan Palestina. Namun, hal ini tidaklah mengherankan karena tujuan utama dari peringatan Hari Perempuan Internasional bukanlah semata untuk mengapresiasi dan memuliakan perempuan, tetapi untuk mereduksi fitrah perempuan menjadi mesin penggerak ekonomi kapitalisme.

Kemuliaan Hakiki dalam Islam

Islam adalah agama dan sistem kehidupan yang paling sempurna. Sebagai sistem kehidupan, Islam memiliki pandangan khas terhadap segala sesuatu, termasuk pandangannya terhadap perempuan. Jika kapitalisme memberikan penghargaan kepada perempuan dengan menjadikannya sebagai penggerak ekonomi dunia dan pencetak pundi-pundi rupiah, berbeda halnya dengan Islam.

Islam sangat memuliakan dan melindungi perempuan. Oleh karena itu, perempuan tidak boleh disakiti atau dizalimi, baik fisik maupun psikisnya. Siapa saja yang berani melakukan pelecehan maka akan berhadapan dengan sanksi tegas dalam Islam.

Di sisi lain, perempuan juga bagian dari masyarakat yang harus dipenuhi hak-haknya oleh negara sebagaimana laki-laki, termasuk hak mendapatkan pendidikan maupun dalam berkarya. Pasalnya, negara adalah penanggung jawab seluruh urusan rakyat yang wajib menjalankan seluruh amanahnya. Rasulullah saw. bersabda dalam hadis riwayat Muslim,

"Seorang kepala negara akan diminta pertanggungjawaban perihal rakyat yang dipimpinnya."

Namun, harus diingat bahwa kemuliaan dan perlindungan dalam Islam bukanlah dengan menjadikan para perempuan sebagai mesin pencari nafkah yang ikut berpartisipasi sebagai penggerak ekonomi kapitalisme. Kemuliaan dan penjagaan itu adalah dengan mengembalikan peran perempuan sebagai pendidik generasi dan pengurus rumah. Sedangkan dalam ruang publik, perempuan boleh bekerja dan aktif di tengah masyarakat selama tidak melalaikan kewajiban utamanya, yakni sebagai ibu dan pengurus rumah.

Seorang perempuan pun tak harus bersusah payah menjadi tulang punggung bagi keluarganya. Pasalnya, Islam sudah mengatur bahwa kewajiban mencari nafkah berada di pundak suami. Perempuan juga berhak mendapatkan pendidikan yang baik agar mereka mampu memahami tugasnya dengan benar. Jika perempuan mampu menjalankan tugasnya dengan benar, akan lahir pula generasi-generasi cemerlang yang akan mengubah peradaban dan menjadi pemimpin pada masa depan.

Khatimah

Pelecehan fisik dan psikis yang terus berulang oleh tentara Zionis Yahudi terhadap perempuan Palestina adalah bukti nyata ketiadaan junnah. Di sisi lain, Hari Perempuan Internasional bukanlah bentuk apresiasi dan perlindungan hakiki bagi kaum perempuan, tetapi jebakan kapitalisme untuk menyeret perempuan keluar dari fitrahnya. Perlindungan dan kemuliaan hakiki hanya mampu dilakukan oleh negara adidaya yang menerapkan syariat Islam yakni Khilafah.

Wallahua'lam bishawab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Penulis Rempaka literasiku
Sartinah Seorang penulis yang bergabung di Tim Penulis Inti NarasiPost.Com dan sering memenangkan berbagai challenge bergengi yang diselenggarakan oleh NarasiPost.Com. Penulis buku solo Rempaka Literasiku dan beberapa buku Antologi dari NarasiPost Media Publisher
Previous
Menyoal Pengaturan Pengeras Suara Masjid
Next
Shaun King, Merengkuh Hidayah dari Muslim Gaza
5 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

3 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Mimy muthmainnah
Mimy muthmainnah
8 months ago

Berbicara soal perempuan Palestina apa pun problemnya hanya ada satu kata yang bisa menyelamatkan mereka yakni tegakkan Khilafah sebagai pembebas dan pelindung hakiki untuknya.

Firda Umayah
Firda Umayah
8 months ago

Memang benar, IWD dalam sistem kapitalisme hanya menyeret perempuan untuk keluar dari fitrahnya.

Sartinah
Sartinah
Reply to  Firda Umayah
8 months ago

Betul mbak, jebakan kapitalisme. Seolah-olah bagus padahal sebaliknya

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram