Gagal Menyelesaikan Kasus Pedofilia, Presiden Hungaria Mundur

Presiden Hungaria Katalin Novak

Presiden Novak gagal menyelesaikan kasus pelecehan seksual di Hungaria karena negara ini menerapkan ideologi kapitalisme.

Oleh. Erdiya Indrarini
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Presiden perempuan pertama dan termuda di Hungaria itu menyerah pasrah. Ia gagal menyelesaikan kasus pelecehan seksual di negaranya.

Oleh sebab itu, Presiden Hungaria, Katalin Novak mengundurkan diri pada Sabtu (10/2/2024). Presiden perempuan tersebut mengaku telah melakukan kesalahan. Awalnya, Novak mendapat tekanan dan berkeyakinan bahwa terpidana tidak melakukan pelecehan terhadap anak-anak. Oleh karena itu, Novak memberikan pengampunan kepada sekitar dua lusin narapidana kasus pedofilia pada bulan April 2023.

Salah satu yang dibebaskan adalah adalah Endre K. yang merupakan direktur panti asuhan tempat kasus pelecehan seksual tersebut. Endre dijatuhi hukuman tiga tahun empat bulan penjara pada tahun 2022, dan dilarang melakukan seluruh aktivitas yang berhubungan dengan anak di bawah umur selama lima tahun berikutnya. Namun, karena pengampunan Novak, ia dibebaskan sehingga secara teori diizinkan untuk kembali pada profesinya.

Oleh karenanya, setidaknya 1.000 orang dan Partai Oposisi Hungaria melakukan protes di ibu kota negara itu untuk menuntut pengunduran dirinya. "Saya melakukan kesalahan. Hari ini adalah hari terakhir saya menyapa Anda sebagai presiden," kata Novak dalam pidatonya yang disiarkan di televisi pemerintah. cnbcindonesia.com, (11/02/2024).

Sekilas Hungaria dan Presiden Perempuan

Wikipedia.org menyebutkan bahwa negara Hungaria terletak pada Cekungan Karpatia dan berbatasan dengan Austria, Slowakia, Ukraina, Rumania, Kroasia, Serbia, dan Slovenia di sebelah barat daya. Negara yang memiliki wilayah  93.030 km2 ini, diperkirakan dihuni oleh 9.7 juta jiwa di tahun 2021. Negara yang sebelumnya berbentuk kerajaan ini, pernah diduduki Kesultanan Utsmaniyah pada tahun 1541. Tahun 1948 melakukan revolusi, dan tahun 1949 berbentuk republik hingga saat ini.

Dikutip dari sindonews.com (11/02/2024), Katalin Novak dikenal sebagai sosok yang segar, cantik, dan cerdas. Wanita  kelahiran Szeged pada tahun 1977 ini merupakan ibu dari tiga orang anak. Ia lulusan Universitas Nasional Pelayanan Publik (NKE) di Budapest, Universitas Szeged, dan di Paris dengan beasiswa.

Presiden Wanita Pertama Hungaria

Novak fasih dalam tiga bahasa, yaitu Prancis, Inggris, dan Jerman. Hal ini  merupakan kualitas istimewa di kalangan diplomatik. Katalin Novak merupakan presiden wanita dan termuda pertama di Hungaria.

Katalin Novak memulai karier politiknya pada tahun 2001 di Kementerian Luar Negeri. Pada tahun 2010, ia menjadi penasihat menteri dan dua tahun berikutnya menjadi kepala kabinet Kementerian Sumber Daya Manusia (EMMI). Pada tahun 2014, ia diangkat sebagai Sekretaris Negara Urusan Keluarga dan Pemuda, kemudian menjadi menteri Keluarga pada Oktober 2020.

Antara tahun 2017 dan 2021, ia juga menjadi salah satu wakil presiden Fidesz. Tahun 2020, ia menjabat sebagai Menteri Keluarga dan Pemuda, kemudian mengundurkan diri ketika mencalonkan diri sebagai presiden dan menang dalam kontestasi.

Kapitalisme di Hungaria

Sebagai kepala negara, Novak gagal menyelesaikan kasus pelecehan seksual di Hungaria. Hal ini karena Hungaria menerapkan ideologi kapitalisme. Ideologi ini mengharuskan adanya paham demokrasi, sekularisme, juga liberalisme atau kebebasan.

Dengan adanya paham sekularisme liberalisme, setiap orang bebas berbuat, hak asasi manusia pun diagung-agungkan. Akibatnya, kebebasan seksual dalam masyarakat pun tidak terkendali. Namun, rakyat baru terbelalak matanya, merasa terpukul, dan marah ketika terjadi pelecehan seksual yang menimpa anak-anak sebagaimana yang terjadi di panti asuhan. Pelakunya adalah orang-orang yang seharusnya melindunginya. Tanpa perikemanusiaan, mereka telah merusak psikologi anak-anak dan menghancurkan masa depannya. Namun, alih-alih mendapat sanksi yang menjerakan, mereka malah dibebaskan.

Dengan adanya kejadian itu, rakyat baru berteriak ingin menolong dan menegakkan keadilan. Namun, sistem pemerintahan kapitalisme yang sekuler dan liberal tidak mampu menyelesaikan persoalan tersebut. Inilah rusaknya kehidupan masyarakat di bawah naungan kapitalisme liberal. Rakyat yang hidup di bawah ideologi kapitalisme sekuler dan liberal benar-benar tidak aman. Kejahatan seksual akan terus mengintai, tidak hanya perempuan, tetapi juga anak-anak, bahkan laki-laki.

Jadi, ideologi kapitalisme yang di dalamnya ada liberalisme, demokrasi, sekularisme, dan sejenisnya, sejatinya adalah sistem yang fasad. Sistem kehidupan tersebut tidak layak diterapkan di Hungaria maupun belahan dunia mana pun, karena tidak sesuai dengan karakteristik manusia. Jika sistem ini diterapkan, hanya akan mengakibatkan kerusakan, bahkan hancurnya kehidupan manusia, baik cepat atau lambat.

Peran Perempuan dalam Islam

Sebagai manusia, sejatinya semua orang baik laki-laki maupun perempuan memiliki tugas yang sama, yaitu untuk bertakwa dan beramar makruf nahi mungkar. Namun, sehebat-hebatnya seorang perempuan, ia tidak untuk menjadi pemimpin sebuah negara sebagaimana yang terjadi di Hungaria. Bahkan, negara yang dipimpin seorang perempuan, hanya akan mengalami kesialan. Rasulullah saw. bersabda,

لَنْ يُفْلِحَ قَوْمٌ وَلَّوْا أَمْرَهُمْ امْرَأَة

“Tidak akan pernah menang/beruntung suatu kaum yang menyerahkan urusan (kekuasaannya) kepada Perempuan." (HR. Bukhari).

Walau demikian, perempuan memiliki peran yang sangat mulia, seperti perannya di wilayah domestik, yaitu sebagai istri, ibu generasi, dan pengatur rumah. Peran ini selaras dengan kodratnya sebagai perempuan.

https://narasipost.com/world-news/02/2024/perempuan-menjadi-pemimpin-bagaimana-pandangan-islam/

Sehubungan dengan itu, sejatinya perempuan justru memiliki peran yang luar biasa besar, tidak sekadar berdampak dalam lingkup keluarga atau negara, tetapi meliputi seluruh penjuru dunia. Sebagai ibu generasi, perempuan bisa membentuk peradaban yang luhur di muka bumi ini dengan mencetak generasi yang bertakwa, unggul, dan cemerlang sebagai pilar-pilar peradaban yang mulia.

Menghasilkan Generasi Cemerlang

Berbeda dengan kondisi di Hungaria yang gagal melindungi anak-anak, sistem Islam dengan syariatnya akan bersikap tegas pada pelaku pedofilia. Mereka akan diberi hukuman yang menjerakan sehingga tidak mengulangi perbuatannya. Jika perlu, mereka akan diasingkan di tempat terpencil agar tidak membahayakan masyarakat.

Adapun sistem Islam tidak hanya melindungi anak-anak, tetapi bahkan bisa menghasilkan generasi nan cemerlang. Kita bisa melihat sejarah bagaimana hebatnya generasi kala itu, yaitu ketika dunia tunduk pada kepemimpinan Islam. Dimasa itu, lahir generasi hebat seperti Imam Syafii (150 H-204 H). Ia adalah ahli fikih yang hafal Al-Qur’an umur 7 tahun. Karyanya sangat banyak, salah satunya adalah kitab Al-Umm. Ada juga Imam Hanbali (164 H-241 H), selain ahli hadis, beliau juga ahli fikih, dan mujtahid. Imam Hanbali memeriksa 750.000 hadis dan memilih 40.000 yang sahih. Musnad Ahmad Hanbali adalah salah satu karyanya.

Selain itu juga ada Ali asy-Syaukani, seorang ulama besar, mujtahid, dan pakar pendidikan yang telah menulis 348 judul buku. Juga ada Jabir Ibn Hayyan, seorang pakar kimia yang menciptakan skala timbangan akurat dan mendefinisikan senyawa kimia. Beliau telah menulis 200 buku, 80 buku di antaranya tentang kimia. Bahkan, masih banyak penemu-penemu disiplin ilmu lainnya di masa peradaban Islam.

Mereka adalah hasil didikan para perempuan hebat, yang tidak lain adalah ibu mereka. Hal ini karena saat itu, para perempuan juga dididik dengan baik oleh negara sesuai dengan fitrahnya. Negara mensuport melalui kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan, sehingga para perempuan mampu menjalani perannya dengan optimal, yaitu bagaimana membentuk generasi yang bertakwa, tangguh, dan cemerlang.

Islam Memberi Ruang kepada Perempuan

Walaupun perempuan dilarang menduduki sebagai pemimpin negara, Islam memberi ruang kepada perempuan untuk melakukan kewajibannya di ruang publik, seperti menuntut ilmu, dan berdakwah. Perempuan juga boleh bermuamalah, bekerja, atau menjadi pimpinan swasta, maupun dalam pemerintahan yang bukan termasuk dalam wilayah kekuasaan.

Dalam pemerintahan Islam, perempuan boleh menjabat sebagai kepala baitulmal, qadi hisbah, qadi khusumat (hakim yang menyelesaikan perselisihan antar rakyat). Perempuan juga dibolehkan menjadi pemimpin di departemen kesehatan, pendidikan, perindustrian, perdagangan, dan lain-lain.

Namun, semua itu harus dijalankan sesuai dengan syariat. Tanpa posisi tertinggi pun, perempuan masih bisa berkontribusi untuk umat, dan tidak memengaruhi kemampuannya untuk terlibat dalam perpolitikan di tengah masyarakat. Terlebih, Islam tidak memandang bahwa menjadi penguasa sebagai sesuatu yang eksklusif, tetapi sebuah tanggung jawab yang besar yang akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah Swt..

Belajar dari Kegagalan Hungaria

Demikianlah sistem Islam mengatur peran perempuan. Bahwasanya, perempuan tidak boleh menjadi pemimpin negara. Ketika sebuah negara tidak diatur berdasarkan aturan Islam, niscaya tidak akan mampu menyelesaikan segala permasalahan umat, termasuk dalam menuntaskan masalah pelecehan seksual, seperti kasus pedofilia. Inilah pelajaran yang bisa kita dapat dari kegagalan Hungaria mengatasi pedofilia.

Wallahua'lam bishawab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Erdiya Indrarini Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Gua Lakasa, Memperkuat Keimanan Manusia
Next
Mengukir Asa Baru, Mengubur Nestapa Masa Lalu
5 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

6 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Wd Mila
Wd Mila
7 months ago

Sebenarnya, Pedofilian sudah menjadi momok di dalam sekularisme, solusinya pun tak pernah tuntas karena penyebabnya juga akibat penerapan sistem yang bobrok ini..Apalagi maraknya konten pornografis tanpa kendali dari pihak negara..

Novianti
Novianti
7 months ago

Tak ada perlindungan paripurna kecuali sistem Islam. Persoalan apapun termasuk pedofilia tidak akan selesai kecuali dengan penerapan syariah Islam. Pemimpin dunia harus didakwahi agar mereka melihat Islam adalah satu-satunya harapan agar kehidupan aman bagi siapa pun.

Afiyah Rasyad
Afiyah Rasyad
7 months ago

Pedofilia tak hanya terjadi di Hungaria, tetapi terjadi hampir di belahan dunia. Namun, apa yang dilakukan Novak sebagai bentuk introspeksi diri merupakan sesuatu yang perlu diapresiasi. Namun, lebih dari itu, memang Islam saja yang tepat dalam memandang seorang perempuan dan menyelesaikan pedofilia.

Barokallahu fiik, Mbak

Last edited 7 months ago by Afiyah Rasyad
Sartinah
Sartinah
7 months ago

Fedofilia akan terus menjadi momok di bawah sistem demokrasi kapitalisme. Meski sanksi diberikan, tidak akan mampu memutus kasus fedofilia hingga tuntas. Karena itu, kembali pada sistem dan hukum Islam adalah solusi terbaik.

Firda Umayah
Firda Umayah
7 months ago

Untuk menyelesaikan kasus pedofilia memang tidak hanya butuh ganti rezim tapi juga ganti sistem yang mampu menyelesaikan masalah dengan tuntas seperti sistem Islam

Atien
Atien
7 months ago

Kasus pedofilia tidak akan pernah bisa dihentikan tanpa sebuah institusi yang menerapkan Islam. Barakallah mba @Erdiya

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram