Gangguan Mental Pasca Nyaleg, How Come?

Gangguan mental

Gangguan mental akibat stres dan depresi karena gagal menjadi calon penguasa atau pemimpin tidak akan ditemui dalam sistem Islam

Oleh. Desi Wulan Sari
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Persiapan pesta demokrasi sedang berlangsung. Berbagai kesibukan diperlihatkan oleh setiap para anggota dan pendukung partai yang diwakilinya. Baliho-baliho, spanduk, papan layar, bendera-bendera para caleg, terpampang di sepanjang jalan protokol setiap sudut kota.

Dari kemeriahan yang terlihat seakan tidak terbayangkan dalam pikiran kita, betapa para calon legislatif yang ikut dalam ajang pencalonan tersebut harus rela merogoh kocek atau menyiapkan dana yang tidak sedikit, agar pencalonannya  menang terpilih, dan mendapatkan suara terbanyak dalam pemilihan tersebut.

Agar kemenangan itu terwujud, butuh effort yang besar, dengan mengerahkan segala cara untuk meraih kemenangan. Para caleg bersusah payah mengumpulkan uang demi membiayai kampanye yang akan berjalan nanti. Ada yang berasal dari sponsor individu, sponsor partai, tetapi ada juga yang harus menggunakan kocek pribadinya sendiri. Bukan rahasia umum, bahwa dalam demokrasi yang ada saat ini pemilu berbiaya tinggi.

Hal lainnya yang ada dalam mindset masyarakat hari ini, bahwa sebuah jabatan adalah impian, karena dianggap akan menaikkan harga diri atau prestise, dan tak kalah penting juga dianggap sebagai jalan untuk mendapatkan keuntungan materi beserta kemudahan akses fasilitas lainnya.  Semua kondisi tersebut merupakan wujud dari sebuah penerapan yang ada dalam sistem kapitalisme, sistem yang memandang setiap proses kehidupan harus memiliki nilai materi di dalamnya.

Sehingga, dalam pemilihan caleg di setiap pesta demokrasi, kekuatan mental seseorang sebagai caleg akan menentukan sikapnya dalam menerima hasil pemilihan. Mengapa demikian? Sebab pendidikan hari ini jugalah yang menentukan pengaruh kekuatan mental seseorang akan terbentuk. Faktanya sangat mengejutkan bahwa pendidikan yang ada kini membentuk kepribadian individu yang lemah secara mental spiritual. Terbukti dengan meningkatnya kasus gangguan mental di masyarakat.

Maka tak heran, jika beberapa rumah sakit penyedia layanan kesehatan mental mulai menyiapkan ruangan khusus pasca pemilihan caleg. Disebutkan dalam berita-berita yang ada kini seperti www.kompas.tv (24 November 2023) bahwa antisipasi caleg stres akibat kalah pemilu 2024 akan sangat dibutuhkan, sejumlah RS menyiapkan ruangan khusus. Seperti RSUD Oto Iskandar Dinata, Bandung yang menyiapkan dokter spesialis jiwa bagi calon legislatif yang stres usai mengikuti Pemilu 2024. Irfan Agusta pada KompasTV, Jumat, 24/11/2023, beliau sebagai Wadir Pelayanan RSUD Oto Iskandar Dinata mengatakan bahwa RS memiliki dokter spesialis penyakit jiwa, untuk kegiatan pasien-pasien yang kasus ringan dengan rawat jalan dan 10 ruangan VIP untuk persiapan Pemilu.

Melihat persiapan dan  antisipasi yang dilakukan, membuka fakta di masyarakat berdasarkan pengalaman yang terjadi pada pemilu-pemilu sebelumnya. Bahwa fenomena ini seakan membuktikan, pemilu dalam sistem kapitalisme hari ini “rawan” dan mengakibatkan gangguan mental.

Penyebab Gangguan Mental

Adapun sebab-sebab terjadinya gangguan mental pasien caleg  gagal ini biasanya diakibatkan oleh situasi sebagai berikut:

1. Rasa kecewa yang dalam, karena biasanya mereka sudah mempersiapkan diri dengan matang dan berharap akan terpilih. Jika harapan dan kenyataan tidak sesuai dapat mengakibatkan stres dan depresi atas rasa kecewa tersebut.

2. Biaya tinggi saat kampanye, membuat mereka depresi berat karena persiapan biaya yang sudah dikeluarkan tidak mampu memenangkan pemilihannya, karena bisa jadi sumber dana yang dikumpulkan berasal dari pinjaman, menjual aset, atau bahkan tabungan pribadi yang dimilikinya, sehingga kehilangan materi sebanyak itu tanpa hasil yang memuaskan membuat mereka tak mampu berbuat apa-apa lagi selain kecewa dan depresi.

3. Tidak siap mental, kekuatan dan kesehatan mental calon legislatif menentukan dirinya akan seperti apa kelak. Jika mereka memiliki mental kuat kemungkinan akan kuat juga saat mnerima pahitnya kenyataan tidak terpilih. Namun, jika mentalnya lemah, maka mereka akan terganggu jiwanya karena tidak tahan menenrima kenyataan dan kekecewaan.

4. Kurangnya keimanan, hal yang satu ini juga tidak boleh diabaikan karena keimanan seseorang sangat berpengaruh pada kepribadian dan sikap yang muncul. JIka yang dijalani jauh dari rida Allah, maka stres dan depresi akan sangat mudah muncul. Tetapi jika semua sudah dijalani sesuai yang Allah rida, maka kekuatan iman seseorang akan membuat dirinya tegar dan menerima setiap ketetapan yang berasal dari Allah.

Namun pertanyaannya adalah, apakah para pemimpin negeri hari ini menjalani amanahnya sudah berlandaskan syariat, berupa Al-Qur'an dan hadis, memiliki ketakwaan tinggi, dan amanah demi kemaslahatan umat?

Jawabannya sangat jelas terlihat di depan mata, jika sistem kpitalisme masih digunakan sebagai sandaran hukumnya, tentu semua hal tersebut akan tetap jauh dari harapan. Kapitalisme begitu banyak melahirkan aturan dan sistem yang memperburuk kondisi serta keadaan rakyatnya. Oligarki akan selalu menjadi fokus kepentingan mereka dan turunan sistemnya berupa liberalisme serta sekularisme semakin menjauhkan keimanan seseorang karena jauhnya agama dari kehidupan. Termasuk memisahkan urusan negara dari agama. Liberalisme yang kebablasan juga semakin membuat generasi lemah moral, mental dan spiritual, sehingga apa yang disebut sebagai generasi stroberi memang terbukti adanya kini.

Padahal, jika setiap orang mau berpikir cemerlang, maka akan tampak mana penerapan yang batil dan mana yang hak. Sejatinya, Islam memandang kekuasaan dan jabatan adalah amanah yang akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah, Sang Pemilik hukum di alam semesta ini. Maka, pemimpin harus menjalankan kepemimpinannya sesuai ketentuan Allah dan Rasul-Nya.

Sistem pendidikan Islam yang diajarkan menghantarkan individu menjadi manusia yang memahami kekuasaan adalah amanah dan beriman pada qada dan kadar atas setiap ketetapan Allah, sehingga akan memudahkan mereka menjalani kehidupan. Melahirkan individu yang selalu berjalan dalam kebaikan, maka mereka akan selalu bersyukur dan bersabar, sehingga terhindar dari gangguan-gangguan jiwa atau gangguan kesehatan mental. Oleh karena itu, dalam Islam tidak akan ditemui masalah gangguan mental akibat stres dan depresi hanya karena gagal menjadi calon penguasa atau pemimpin.

Rasulullah saw. mengingatkan dalam sebuah hadis yang mengatakan betapa pentingnya kesehatan mental, yaitu:

يَا حَيُّ يَا قَيُّومُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيثُ أَصْلِحْ لِي شَأْنِي كُلَّهُ، وَلَا تَكِلْنِي إِلَى نَفْسِي طَرْفَةَ عَيْنٍ

 “Wahai Zat yang Maha Hidup dan Maha Kekal Abadi, dengan rahmat-Mu aku memohon pertolongan. Bawakanlah kemaslahatan pada segala urusanku. Janganlah Kaubiarkan aku sendiri menyelesaikan urusan meski sekejap.” (HR An-Nasai, Ibnu Sunni, Al-Hakim, Al-Baihaqi).

Hikmah

Inilah saatnya umat bangkit dan meninggalkan segala kemungkaran, meninggalkan sistem yang merusak dan membuat kehidupan rakyat semakin sulit. Kapitalisme bukanlah sistem yang membawa kemaslahatan, justru setiap persoalan yang muncul tidak ada satu solusi pun yang tuntas hingga ke akarnya. Tetapi, dengan menjalankan sistem Islam secara kaffah, maka memaslahatan umat akan terwujud.

Seorang pemimpin dipilih karena mampu membawa amanah dan mengurus urusan rakyatnya tanpa memandang status sosial dan ekonomi dengan memberikan solusi tuntas berdasarkan hukum syariat yang bersumber dari Allah Swt. Menjadi sehat mental dan spiritual hanya mampu terwujud dengan diterapkannya sistem Islam kaffah, karena Islam adalah rahmatan lil alamiin. Wallahu al’lam bishawab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com
Desi Wulan Sari Seorang penggiat dakwah dan Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Di Balik Hubungan Bilateral Indonesia-Timor Leste
Next
Menyoal Eksekusi Mati Menggunakan Gas Nitrogen 
5 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

8 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Sartinah
Sartinah
8 months ago

Kasian mereka itu. Jadi tumbal politik demokrasi. Tapi anehnya, gak ada kapok-kapoknya.

Afiyah Rasyad
Afiyah Rasyad
8 months ago

Pada dasarnya, bukankah kegilaan itu sudah mereka siapkan sejak mendaftar sebagai calon. Hiks .... hiks ....

Barokallahu fiik , Mbak

Maman El Hakiem
Maman El Hakiem
8 months ago

Menangnya jadi gila harta kalahnya jadi gila jiwa

Desi Wulan Sari
Desi Wulan Sari
Reply to  Maman El Hakiem
8 months ago

Ngeri ya

Mahyra senja
Mahyra senja
8 months ago

Realitanya mereka pada sakit mental karena hanya memikirkan soal dunia.

Desi Wulan Sari
Desi Wulan Sari
Reply to  Mahyra senja
8 months ago

Jauhnya agama dan krim aja membuat mereka gak peduli dengan akhirat, padahal tanggung jawabnya besar sebagai seorang pemimpin

Dewi Kusuma
Dewi Kusuma
8 months ago

Begitulah adanya saat dirinya gagal, jadi stres. Cuan yang dikeluarkan raib dan tak kembali karena tidak bisa duduk dikursi yang dia harapkan. So hanya sistem Islam yang menyamankan, mengamankan, dan tidak buat bikin stres.

Desi wulan sari
Desi wulan sari
Reply to  Dewi Kusuma
8 months ago

Hidup semakin sulit dengan Sistem yang sudah rusak dan merusak Naudzubillahimindzaaliik

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram