Pilu Muslim di Negeri Sakura

Muslim Jepang

Mirisnya, sekalipun warga negeri Sakura yang meninggal, jika mereka muslim, tak ada jaminan akan mendapatkan pemakaman layak jika tidak dilakukan upaya keras oleh muslim yang lain.

Oleh. Firda Umayah
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-”Wahai Rabbi, berat pula menjadi muslim di negeri Sakura. Sudahlah minoritas, hidup pun dalam bayang-bayang stereotip dan sikap merendahkan. Bahkan, saat hendak pulang ke rumah-Mu, tak dapat pergi tenang karena minimnya lahan untuk pemakaman yang layak.”

Itulah yang penulis rasakan saat membaca berita bagaimana sulitnya menjalankan syariat Islam dalam hal memakamkan jenazah. Ya, muslim di Jepang dengan jumlah sekitar 200.000 orang merupakan penduduk minoritas dari 120 juta penduduk di negara tersebut. 

Seperti yang diketahui, mayoritas penduduk Jepang merupakan penganut agama Buddha dan Shinto. Di mana kedua agama ini melakukan kremasi jenazah saat ada penganutnya yang meninggal. Mengkremasi jenazah jelas hal yang dilarang oleh Islam. Bahkan, Islam menganjurkan untuk menyegerakan proses pemakaman sejak seseorang meninggal dunia. Inilah yang menjadi salah satu tantangan bagi muslim di Jepang.

Perjuangan Mencari Lahan Pemakaman

Seorang dosen asal Pakistan yang kini menjadi warga negara Jepang, Tahir Abbas Khan menjelaskan bahwa salah satu beban muslim di Jepang yang selalu membayangi adalah ketika gagal memberikan pemakaman yang layak bagi kerabat atau teman. Ya, kesulitan untuk memakamkan jenazah muslim ada pada minimnya lahan untuk pemakaman. Penyediaan lahan ini rupanya terhalang oleh proses perencanaan sejak 2009 lalu. Padahal, Tahir menjelaskan bahwa lahan tersebut diperuntukkan hampir dua ribu orang dari komunitas muslim. (bbc.com, 14/01/2023)

Akibatnya, sejumlah keluarga muslim di Jepang bahkan terpaksa membawa jenazah hingga ratusan kilometer hanya untuk memakamkan sesuai dengan syariat Islam. Kini, asosiasi Dr. Khan telah membeli lahan di samping pemakaman Kristen di Beppu. Meskipun orang-orang yang memiliki tanah di sekitarnya tidak keberatan, namun masyarakat terdekat mengajukan keberatan. Mereka mengatakan bahwa jenazah yang dimakamkan akan mencemari air tanah dan danau yang digunakan untuk irigasi. Pengajuan keberatan ini telah berlangsung selama tujuh tahun tanpa ada perkembangan. Mengantisipasi konflik yang terjadi, anggota komunitas muslim terpaksa mencari alternatif lain hingga ada muslim yang memilih untuk memindahkan jenazah keluarga mereka ke negara asal. Sungguh sangat memprihatinkan!

Tantangan memulangkan jenazah pun tak kalah besarnya. Kebutuhan dalam mengurus syarat-syarat yang rinci kerap membuat keluarga menunda proses pemakaman. Tak hanya itu, proses pemakaman yang dianggap rumit bagi warga lokal, membuat sebagian masyarakat meminta muslim untuk meninggalkan Jepang dan kembali ke negara asal atau migrasi ke negara tetangga ketika muslim tak mau mengikuti aturan Jepang.

Mirisnya, sekalipun warga negara Jepang yang meninggal, jika mereka muslim, tak ada jaminan akan mendapatkan pemakaman layak jika tidak dilakukan upaya keras oleh muslim yang lain. Ini disampaikan oleh Ryoko Sato, mualaf dari kalangan muslimat asli Jepang. Ia juga menyampaikan bahwa jika keinginan memakamkan dianggap egois, maka biarkan ia menjadi egois untuk makam dirinya sendiri.

Fardu Kifayah yang Membutuhkan Pertolongan

Setiap muslim yang memahami syariat, tahu betul bahwa hukum merawat jenazah adalah fardu kifayah. Ini dimulai sejak memandikan, mengafani, menyalatkan, hingga menguburkan. Tak hanya itu, jika seseorang mengetahui bahwa ajal seseorang akan tiba atau proses sakratulmaut (naza’), maka orang tersebut dianjurkan memandunya untuk melafalkan kalimat tayibah.

Sekalipun fardu kifayah, jika pelaksanaannya tidak sempurna, maka muslim lain terkena kewajiban untuk menyempurnakannya. Jika tidak ada yang menyempurnakannya, maka dosa tidak terlaksananya kewajiban tersebut akan menimpa semua muslim. Oleh sebab itu, semua perkara fardu kifayah tidak boleh dianggap remeh oleh setiap muslim.

Muslim di Jepang jelas membutuhkan pertolongan agar dapat melaksanakan kewajibannya dengan baik. Sebagai negara yang menjunjung tinggi HAM, sudah sewajarnya pemerintah Jepang memberikan ruang yang cukup bagi muslim untuk melaksanakan syariat Islam. Meskipun setelah menempuh perjuangan panjang, pemerintah setempat mengalokasikan lahan dengan 79 petak makam untuk muslim di Beppu, namun kini lahan yang tersedia makin sempit.

Kesulitan muslim di Jepang untuk memakamkan jenazah, tak dapat dimungkiri merupakan imbas dari stereotip terhadap Islam dan muslim yang sering keliru dipahami oleh masyarakat Jepang. Peran media pun tak luput dari pembentukan stereotip ini. Islam dan muslim kerap digambarkan sebagai pengusung terorisme dan radikalisme. Kalaupun ada media yang berpandangan netral terhadap Islam, jumlahnya tak mampu mengalahkan media stereotip. 

Selain itu, anggapan pejorative attitude atau sikap merendahkan juga kerap dipahami oleh masyarakat Jepang. Melihat kondisi banyaknya negeri muslim yang tertinggal akibat penjajahan Barat, membuat Jepang berambisi menguasai teknologi modern agar tidak terjajah Barat. Bahkan, terhadap ajaran syariat Islam, masyarakat Jepang ada yang memandang bahwa itu hal yang menjijikkan seperti memakamkan jenazah. Semua itu turut memengaruhi simpati dan empati masyarakat Jepang terhadap Islam dan muslim.

Khilafah Menjamin Hak Syar’i Manusia

Jika Jepang  yang notabene negara sekuler tak mampu menjamin muslim melaksanakan syariat Islam sekalipun yang bersifat fardu kifayah, berbeda halnya dengan Khilafah. Dalam sistem pemerintahan Islam ini, Khilafah akan menjamin semua hak syar’i manusia termasuk hak dalam melaksanakan ibadah spiritual. Tidak hanya bagi muslim, Khilafah akan menjamin warga nonmuslim untuk melakukan ibadah dan upacara kematian sesuai dengan keyakinan agamanya. Tentu saja dengan aturan negara sehingga syiar Islam tetap yang menjadi utama.

Jaminan pelaksanaan ibadah bagi agama lain merupakan bagian dari perintah Allah Swt. Sebagaimana yang tertuang dalam surah Al-Kafirun ayat 6,

 لَكُمْ دِيْنُكُمْ وَلِيَ دِيْنِ

”Bagimu agamamu dan bagiku agamaku.”

Ayat tersebut menunjukkan bahwa muslim tidak memaksa agama lain untuk masuk ke dalam Islam, menghargai mereka, namun tidak mencampuradukkan urusan ibadah antara keduanya.

Keadilan Khilafah dalam memimpin dan menyatukan umat, membuat Khilafah menjadi negara toleran penuh dengan keberagaman ras dan agama. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh sejarawan sekaligus pengusaha wanita, Carly Fiorina, CEO Hewlett-Packard Corporation, pada 26 September 2001, bahwa pernah ada suatu peradaban yang terbesar di dunia. Peradaban yang mampu menciptakan negara super yang membentang dari laut ke laut, dari iklim utara ke daerah tropis dan gurun. Di dalam dominasinya hidup ratusan juta jiwa dari berbagai kepercayaan dan etnis. Lebih jauh lagi, Carl menjelaskan bahwa peradaban yang sedang ia bicarakan adalah dunia Islam dari tahun 800 hingga 1600 Masehi. (literasiislam.com, 29/06/2022)

Sungguh, keberadaan Khilafah akan mampu membawa rahmat bagi semua umat manusia. Karena Khilafah tegak atas dorongan keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt. Untuk melaksanakan syariat secara keseluruhan. Maka sangat layak bagi umat Islam untuk kembali mewujudkannya. Tidak hanya karena kewajiban tetapi juga Khilafah adalah sistem pemerintahan terbaik untuk manusia.

Penutup

Selama muslim berada dalam sistem sekuler, maka tantangan untuk menegakkan syariat akan terus ada. Berbeda halnya ketika Khilafah hadir dalam kehidupan. Tak hanya muslim bahkan nonmuslim pun akan mendapatkan jaminan untuk melaksanakan ibadah sesuai dengan keyakinannya.

Wallahu a’lam bishawab. []

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com
Firda Umayah Tim Penulis Inti NarasiPost.Com Salah satu Penulis Inti NarasiPost.Com. Seorang pembelajar sejati sehingga menghasilkan banyak naskah-naskahnya dari berbagai rubrik yang disediakan oleh NarasiPost.Com
Previous
Banjir Bandang, Haruskah Berulang?
Next
Afrika Selatan Gugat Israel, Palestina Merdeka? 
5 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

17 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Wd Mila
Wd Mila
9 months ago

Hanya Khilafah yang mampu merawat dan menyejahterakan rakyatnya yang pluralitas.

Afiyah Rasyad
Afiyah Rasyad
9 months ago

Astaghfirullah, betapa susah ya di negeri Jepang itu pemakaman jenazah. Baru tahu juga ada sikap merendahkan seperti itu dari orang-orang Jepang.
Memang junnah kaum.muslim hanyalah Khilafah.

Barokallah Mbak atas tulisannya

Firda Umayah
Firda Umayah
Reply to  Afiyah Rasyad
9 months ago

Ya, mbak. Tinggal di negeri nonmuslim memang tak seindah yang dibayangkan. Wa barakallahu fiik mbak Afiyah

Deena
Deena
9 months ago

Betapa umat ini sangat membutuhkan sang junnah yg akan melindungi dan menjamin segala urusannya terselenggara dgn baik

Firda Umayah
Firda Umayah
Reply to  Deena
9 months ago

Benar sekali

Mahyra senja
Mahyra senja
9 months ago

Ikut sedih baca beritanya

Maftucha
Maftucha
10 months ago

Innalillahi, benar ya mbak kita tidak pernah membayangkan, memakamkan jenazah jadi sesulit itu jika kita hidup dalam masyarakat yang tidak Islami.. Padahal ini fardu kifayah.. Masyaallah semoga Khilafah segera tegak sehingga bisa melindungi seluruh umat islam dimanapun berada

Firda Umayah
Firda Umayah
Reply to  Maftucha
9 months ago

Ya, kalau tidak terlaksana dengan benar maka dosanya akan menimpa muslim yang lain

Novianti
Novianti
10 months ago

Baru tahu tentang hal ini. Saya kira Jepang tidak se anti begitu pada kaum muslimin. Ternyata ya tetap saja ada kendalanya meski Jepang adalah negara kafir hukman. Semoga negara matahari terbit ini menjadi tempat suburnya dakwah Islam hingga penguburan jenazah muslim tidak ada penentangan lagi.

Firda Umayah
Firda Umayah
Reply to  Novianti
9 months ago

Aamiin... Semoga Allah memudahkan para pengemban dakwah yang ada di Jepang

Firda Umayah
Firda Umayah
10 months ago

Jazakunnallah ahsanal jaza' kepada Mom dan tim redaksi NP.

Yuli Juharini
Yuli Juharini
10 months ago

Jangankan di Jepang yang menjadi minoritas, di negara Indonesia sendiri saja yang mana muslim mendominasi karena jumlah yg begitu banyak, tidak lantas keputusan apa pun menjadi hak warganegara muslim. Padahal muslim menjadi mayoritas di negara ini. Kalau sudah demikian adanya, Khilafah lah solusi tuntas dari setiap masalah yg ada di dunia ini.

Firda Umayah
Firda Umayah
Reply to  Yuli Juharini
9 months ago

Ya, benar.

Arum indah
Arum indah
10 months ago

Sekadar mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri pun sangat sulit ketika khilafah tak ada

Firda Umayah
Firda Umayah
Reply to  Arum indah
10 months ago

Ya, benar sekali.

Sartinah
Sartinah
10 months ago

Kasian ya nasib kaum muslim di negara lain. Jangankan mau menerapkan syariat Islam, sekadar dimakamkan secara Islami saja banyak kesulitannya. Inilah salah satu derita kaum muslim tanpa junnah

Firda Umayah
Firda Umayah
Reply to  Sartinah
10 months ago

Ya, dalam sistem sekuler, mau meninggal pun tak tenang

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram