Semoga umat memahami betapa pentingnya membangun kembali peradaban Islam seperti yang telah dibangun oleh Rasulullah saw. Peradaban agung yang menempatkan umat Islam pada kemuliaannya.
Oleh. Mariyah Zawawi
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-"If you want to change the world, pick up your pen and write." (Martin Luther)
Ucapan Martin Luther ini tidaklah berlebihan. Sejarah pun telah membuktikan hal itu. Das Kapital karya Karl Marx telah menginspirasi Lenin untuk melakukan revolusi di Rusia dan mengubah peradaban di sana. Meskipun peradaban komunis telah runtuh, tetapi hal itu menjadi bukti dahsyatnya pengaruh tulisan. Oleh karena itu, para ulama, politikus, serta tokoh-tokoh besar selalu menuliskan ilmu dan pikiran mereka. Dengan tulisan-tulisan itulah, mereka menginspirasi banyak orang dan membangun peradaban.
Saya pun ingin seperti mereka, membangun peradaban Islam yang mulia melalui tulisan. Namun, penulis receh seperti saya, jelas belum mampu menghasilkan karya yang dapat mengubah dunia. Kalaupun tulisan itu memberi pengaruh kepada pembaca, tentu masih sangat sedikit. Mungkin hanya satu atau dua orang saja.
Meskipun demikian, saya terus berusaha untuk menulis, karena bagi saya menulis akan memperluas cakrawala ilmu saya. Mengapa demikian? Sebab, agar bisa menulis, saya harus mempelajari hal-hal yang belum saya ketahui. Saya harus memahaminya, agar tulisan saya juga dapat dipahami oleh pembaca. Bahkan, saya harus mempelajari sesuatu yang awalnya tidak saya sukai.
Memperluas Cakrawala
Dahulu, saya tidak suka membaca artikel yang membahas tema ekonomi. Kalau membaca koran, lembar ekonomi akan saya lewati. Paling hanya saya baca judulnya. Bagi saya, bahasan ekonomi itu sulit sekali. Ada banyak istilah yang tidak saya pahami. Padahal, masalah ekonomi itu berkaitan dengan kehidupan kita sehari-hari.
Namun, kewajiban untuk menyampaikan ide-ide Islam mengharuskan saya untuk mempelajari banyak hal, termasuk ilmu ekonomi. Berawal dari mengikuti kajian yang khusus membahas ilmu ekonomi, saya pun mulai berusaha untuk memahami ilmu yang satu ini. Meskipun demikian, saya merasa belum benar-benar suka dan tertarik untuk mempelajarinya lebih dalam.
Namun, sebagai seorang muslim, saya berkewajiban untuk menyampaikan ide-ide Islam. Banyaknya persoalan ekonomi yang terjadi saat ini, mengharuskan saya untuk menulis tema ekonomi juga. Oleh karena itu, suka atau tidak, saya harus memahami berbagai isu-isu ekonomi beserta istilah-istilahnya. Sebab, jika saya tidak memahaminya, bagaimana saya bisa menjelaskan masalah-masalah itu dalam tulisan saya?
Istilah inflasi, stagflasi, ekonomi makro, ekonomi mikro, dan sebagainya memang sudah sering saya dengar. Begitu pula dengan istilah-istilah ekonomi lainnya. Saya juga sudah berkali-kali membaca tulisan tentang hal itu. Namun, pemahaman saya belum benar-benar mantap. Akibatnya, setiap hendak menulis tema ekonomi, saya selalu mengalami kesulitan dalam merangkai kata. Oleh karena itu, saya harus mempelajarinya kembali.
Di samping mempelajari ilmu ekonomi, terkadang saya harus mempelajari ilmu lainnya. Misalnya, mempelajari ilmu kesehatan saat hendak menulis rubrik medical. Untuk itu, saya harus mempelajari gejala suatu penyakit hingga penanganannya. Hal ini membuat pengetahuan saya tentang penyakit pun bertambah. Saya bisa mengetahui beberapa penyakit yang sebelumnya tidak saya ketahui sama sekali, seperti sindrom Tourette atau bipolar. Hal ini juga memperbaiki pemahaman saya yang salah tentang penyakit tersebut.
Akan tetapi, jangan bandingkan tulisan saya yang membahas masalah ekonomi dengan tulisan para sarjana ekonomi. Demikian pula dengan tulisan tentang kesehatan dengan tulisan para dokter. Tentu sangat jauh perbedaannya. Tulisan saya jauh dari kata sempurna dan sangat banyak kekurangannya.
Salah satu kekurangan saya adalah pemilihan diksi. Saya belum mampu menulis dengan menggunakan diksi yang keren. Misalnya, menggunakan istilah-istilah ekonomi saat menulis tema ekonomi. Saya lebih banyak menggunakan bahasa yang sederhana karena dengan itulah saya bisa memahami tema tersebut. Saya berharap, dengan bahasa yang sederhana itu pula pembaca dapat memahami apa yang saya tulis.
Selain belajar ekonomi, menulis membuat saya harus mempelajari negara-negara lain. Hal ini harus saya lakukan jika hendak menulis rubrik world news. Saat menulis rubrik ini, saya harus menjelaskan kondisi geografis, sejarah, dan berbagai hal yang berkaitan dengan negara yang sedang saya bahas.
Belajar geografi dan sejarah termasuk salah satu hal yang saya sukai. Entahlah, rasanya asyik membaca artikel yang menceritakan kondisi dan sejarah negara lain. Saya jadi mengetahui berbagai negara yang ada di dunia. Negara-negara di Afrika yang kaya sumber daya alam tetapi miskin seperti Niger, Kongo, atau Afrika Selatan. Ada pula yang miskin sumber daya alam tetapi memiliki posisi yang strategis, seperti Jibuti.
Saya juga bisa mengetahui sejarah negara-negara tersebut. Misalnya, mengetahui negara mana saja yang pernah menjajah negara-negara itu. Di samping itu juga mengetahui sejarah masuknya agama Islam ke wilayah tersebut. Tentu saja saya juga dapat mengetahui kondisi masyarakat di negara-negara tersebut saat ini.
Selain negara-negara di Afrika, saya juga harus mempelajari negara-negara di kawasan Eropa dan Amerika. Dari situ, saya mengetahui bagaimana rusaknya masyarakat di wilayah tersebut, sikap mereka yang sangat memusuhi Islam dan kaum muslim, kebijakan-kebijakan penguasanya yang anti-Islam, dan sebagainya.
Hal ini mengharuskan saya untuk mencari informasi dari berbagai sumber. Misalnya, untuk mengetahui ejaan namanya yang benar, letak, serta kondisi geografis, biasanya saya merujuk pada Wikipedia.org. Sedangkan untuk informasi yang lain, saya mencarinya di media nasional maupun internasional. Terkadang, saya menemukan informasi-informasi tersebut dari berbagai jurnal ilmiah.
Dengan membaca berbagai informasi itu, saya lebih mudah menjelaskan suatu peristiwa yang terjadi di sebuah negara. Terkadang, karena pengetahuan tentang satu negara itu merupakan hal yang baru bagi saya, saya pun menuliskan semuanya. Itu saya lakukan karena saya ingin mereka yang membacanya juga mengetahui hal tersebut. Akibatnya, fakta yang saya tulis terlalu panjang. Padahal, mereka yang membaca belum tentu pengetahuannya sepicik saya. Hehehe …
Membangun Peradaban Dunia
Setelah mempelajari kondisi berbagai negara itu, saya pun mengetahui kenyataan yang ada di berbagai negeri kaum muslim. Meskipun mereka menjadi mayoritas di suatu negara, mereka tidak bebas menjalankan aturan Islam. Hal itu membuat saya merasa sangat prihatin. Begitu pula dengan nasib kaum muslim yang menjadi minoritas di banyak negara.
Semua itu menyadarkan saya bahwa kaum muslim sekarang benar-benar terpuruk. Mereka menjadi buruh di negerinya sendiri. Kekayaan alam mereka diambil oleh asing, tanpa dapat mereka cegah. Mereka dijerat dengan utang dengan bunga yang tinggi. Kehormatan mereka diinjak-injak. Mereka tidak lagi memiliki wibawa di hadapan umat lain. Mereka bagaikan buih di lautan karena penyakit wahn yang ada dalam diri mereka.
Karena itulah, saya menulis. Meskipun saya hanya mampu menghasilkan tulisan yang sederhana, saya tetap merasa senang. Saya berharap, tulisan itu dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang kerusakan-kerusakan sistem ekonomi kapitalisme sekaligus memahamkan mereka akan keagungan sistem ekonomi Islam.
Khatimah
Mungkin, tulisan saya hanya tetesan air yang tak tampak. Seperti air yang dibawa oleh seekor semut saat memadamkan api yang digunakan Namrud untuk membakar Nabi Ibrahim a.s. Namun, sekecil apa pun itu, saya berharap hal ini akan membawa perubahan, meskipun hanya pada beberapa orang. Sebab, meskipun hal itu tak ternilai harganya. Sebagaimana yang disampaikan oleh Rasulullah saw. melalui hadis riwayat Imam Bukhari dan Muslim. Dalam hadis itu, beliau menyatakan bahwa tertunjukinya seseorang kepada petunjuk Allah Swt., lebih baik dari unta merah.
Saya berharap, umat memahami betapa pentingnya membangun kembali peradaban Islam seperti yang telah dibangun oleh Rasulullah saw. Peradaban yang agung, yang menempatkan umat Islam pada kemuliaannya, seperti yang dijanjikan oleh Allah Swt. dalam surah An-Nur [24]: 55.
وَعَدَ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصًٰلِحٰتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِى الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِيْنَهُمُ الَّذِى ارْتَضٰى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ اَمْنًا
Artinya: "Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman dan beramal saleh di antara kalian bahwa Dia sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa. Sungguh, Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridai-Nya, dan Dia benar-benar akan mengubah mereka setelah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa."
Oleh karena itu, mari menulis untuk memperluas cakrawala. Mari kita bangun pemikiran umat dengan pemikiran Islam. Mari kita bangun peradaban Islam yang agung melalui tulisan.
Wallaahu a'lam bishawab.[]
MasyaaAllah,, InsyaaAllah dengan tulisan kita bisa melakukan perubahan yang revolusioner.. aamiin
Aamiin yaa Rabbal 'aalamiin
Menulis bisa menjadi cara untuk menyampaikan keagungan dan keindahan Islam.
Barakallah Mbak Mariyah...
Aamiin. Wabaarakallaah fiik, Mbak
Semangat mbaak
Insyaallah, Mbak
Menulis memang dapat menajamkan pemahaman. Ilmu itu memang harus diikat dengan menulis. Saya pun merasakan hal yang sama dengan penulis. Barakallah untuk mbak Mariyah
Aamiin yaa Rabbal 'aalamiin
Menulis dan membaca. Dua kata yang sarat makna. Kadang ada orang yg suka membaca tapi tidak suka menulis, demikian pula sebaliknya. Yg keren ya suka baca plus suka nulis. Barakallah Mba Mariyah Zawawi.
Semoga kita bisa istiqamah menjadi keduanya.
Semoga para pembaca jadi bertambah semangat barakallahu fiik
Semoga yang menulis juga terus bersemangat.