Walaupun kecil kemungkinan kasus Mycoplasma pneumonia menjadi sebuah pandemi, akan tetapi negara wajib mencari solusi untuk segera meminimalisasi kasus yang terus menyebar ini.
Oleh. Siti Komariah
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Setelah dunia lepas dari wabah Covid-19 yang membunuh ribuan manusia di dunia. Kini, dunia kembali digegerkan dengan merebaknya penyakit pneumonia misterius atau penyakit pernapasan yang menyerang anak-anak di negeri Tirai Bambu.
Pasalnya, berbagai rumah sakit tingkat di kota Cina tersebut kewalahan menangani lonjakan pasien. Selama dua bulan terakhir, rumah sakit anak di Beijing setiap harinya menerima hingga 9,387 pasien. Hal ini membuat rumah sakit kelebihan kapasitas. Bahkan, klinik rawat jalan, klinik anak, dan departemen pernapasan di beberapa rumah sakit Beijing juga dipesan setidaknya selama 7 hari sebagai tempat penanganan kasus ini (CNBCIndonesia.com, 2/12/2023).
Teridentifikasi di Berbagai Negara
Penyakit pneumonia tidak hanya terjadi di negeri Tirai Bambu saja. Akan tetapi, penyakit ini juga telah terjadi di beberapa negara, seperti Belanda dan Inggris. Belanda disebut menjadi negara kedua setelah Cina. Institut Penelitian Layanan Kesehatan Belanda (NIVEL), sebuah lembaga penelitian di Utrecht, menyebutkan bahwa 80 dari setiap 100 anak di Belanda terserang penyakit pneumonia. Menurut catatan NIVEL ini merupakan wabah pneumonia terbesar beberapa tahun terakhir ini (CNNIndonesia.com, 29/11/2023).
Kemudian, Inggris juga melaporkan akan adanya temuan penyakit pneumonia yang disebabkan oleh Mycoplasma yang saat ini mewabah di Cina. Menurut Public Health Wales (PHW), ada 12 anak yang teridentifikasi di Inggris. Sedangkan, di Wales ditemukan 49 anak yang terjangkit pneumonia atau penyakit pernapasan tersebut. Selain itu, PHW juga mengungkapkan bahwa terdapat lonjakan kasus pneumonia di negara Amerika Serikat dan sejumlah negara Eropa (detik.com, 2/12/2023).
Mengenal Mycoplasma
Menurut beberapa ahli kesehatan, pneumonia atau penyakit pernapasan yang menjangkiti anak-anak di Cina disebabkan oleh bakteri Mycoplasma pneumonia. Bakteri ini telah ditemukan pada tahun 1944 oleh para ilmuwan.
Dilansir dari beberapa sumber, Mycoplasma pneumonia merupakan jenis mikroskopis yang sangat kecil, ukurannya di antara bakteri dan virus. Mycoplasma pneumonia disebut juga pneumonia berjalan atau pneumonia atipikal. Mikroorganisme ini mampu untuk berkembang biak sendiri dan uniknya, dia tidak memiliki dinding sel yang kaku yang membuat sulit untuk penanganan, sebab dinding sel yang kaku tersebut menjadi target utama antibiotik.
Mycoplasma pneumonia merupakan bakteri yang menyerang sistem pernapasan, baik paru-paru maupun tenggorokan. Akan tetapi, bakteri ini terkadang dapat menyebabkan infeksi paru-paru yang lebih serius pada beberapa kasus. Penyakit itu pun memiliki gejala yang lebih ringan dibandingkan dengan penyakit pneumonia biasa, bahkan sering kali menyerupai batuk dan flu biasa, akan tetapi dia memiliki ketahanan yang lebih lama, dari berminggu-minggu hingga berbulan-bulan.
Mycoplasma pneumonia dapat menyerang siapa saja, akan tetapi lebih rentan kepada anak-anak, dikarenakan mereka memiliki daya tahan tubuh yang lemah. Mycoplasma pneumonia menginfeksi orang melalui droplet, saat batuk atau bersin ia ikut keluar, kemudian orang lain menghirup droplet tersebut. Penularan juga bisa melalui kontak langsung antarindividu secara terus-menerus.
Bakteri Mycoplasma pneumonia menyebabkan saluran udara membengkak, kantung udara di paru-paru terisi lendir, dan cairan lain, demam tinggi, dan batuk berlendir. Selain itu, bakteri ini juga dapat menyebabkan komplikasi yang parah, seperti asma, ensefalitis (pembengkakan otak), anemia hemolitik, dan disfungsi ginjal. Gejala umum yang ditimbulkan oleh bakteri ini, antara lain, flu, sakit tenggorokan, demam, merasa kelelahan, batuk, hidung tersumbat. Akan tetapi, gejala pada anak di bawah umur 5 tahun sedikit berbeda, yakni batuk, demam, mata berair, hidung tersumbat, diare, hingga mengi.
Akankah Menjadi Pandemi?
Mycoplasma pneumonia yang sedang viral di negeri Tirai Bambu menjadi pertanyaan bagi sebagian kalangan dunia, termasuk masyarakat Indonesia. Apakah ini akan menjadi pandemi baru setelah Covid-19?
Sampai saat ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) belum menyatakan penyakit yang terjadi di Cina sebagai Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) atau masuk status kedaruratan kesehatan global. Hingga kini WHO juga masih melakukan pemantauan terhadap perkembangan bakteri tersebut.
Senada, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, Imran Pambudi, Mycoplasma pneumonia merupakan bakteri yang telah ada sebelum virus SARS-CoV-2 atau lebih dikenal dengan Covid-19. Mycoplasma pneumonia juga merupakan jenis bakteri dan bukan virus. Masa inkubasi bakteri ini lebih lama dibandingkan dengan virus Covid-19. Apalagi diketahui bahwa pandemi lebih sering disebabkan oleh patogen yang memiliki sifat virulensi tinggi. Maka, menurutnya besar kemungkinan bahwa Mycoplasma pneumonia ini tidak akan menjadi pandemi. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan juga akan menjadi sebuah pandemi. (Liputan6.com, 30/11/2023).
Dari kasus ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), diikuti berbagai negara-negara hanya memberikan peringatan agar tetap waspada terhadap kasus ini, sebab ini berkaitan dengan sistem kesehatan negara.
Sejatinya, kita belajar dari kasus pandemi 2020 dahulu yang merenggut ribuan nyawa manusia, serta melumpuhkan ekonomi berbagai negara. Walaupun kecil kemungkinan kasus Mycoplasma pneumonia menjadi sebuah pandemi, namun seiring dengan merebaknya kasus ini, WHO tidak boleh hanya menaruh kewaspadaan, akan tetapi wajib mencari solusi untuk segera meminimalisasi kasus yang terus menyebar ini. Sebab, diketahui Mycoplasma pneumonia juga menular, apalagi jika terkomplikasi dengan penyakit lain jelas akan membuat penyakit kian sulit untuk disembuhkan dan diketahui juga bahwa bakteri ini sulit untuk ditembus antibiotik.
Cara Islam Menangani Penyakit Menular
Disadari ataupun tidak, negara yang mengadopsi sistem kapitalisme sangat lamban dalam menangani bibit-bibit wabah. Hal ini tercermin bagaimana Mycoplasma pneumonia hingga saat ini masih dianggap hal yang tidak berbahaya, dan belum ditetapkan sebagai darurat kesehatan dunia. Padahal, menurut beberapa ahli bakteri ini memiliki potensi menjadi pandemi, walaupun sangat kecil kemungkinannya. Apalagi, Mycoplasma pneumonia ini sudah cukup membuat rumah sakit di negeri Cina kewalahan.
Inilah wajah kesehatan sistem kapitalisme. Mereka tidak akan menganggap suatu penyakit tersebut berbahaya jika belum ada korban jiwa yang berjatuhan, ataupun belum menyebar ke seluruh dunia, dan menjadi ancaman serius. Sebab nyawa manusia dalam sistem kapitalisme seakan tidaklah berharga. Solusi hanya sebatas pengecekan kesehatan rutin dan imbauan, tanpa ada aksi mengarantina daerah-daerah yang terinfeksi bibit wabah. Bahkan, saat wabah menyerang pun penguasa masih berhitung untung rugi kepada rakyatnya. Demi ekonomi, rakyat dikorbankan. Padahal, nyawa rakyat adalah hal paling utama.
Kondisi ini jauh berbeda dengan sistem Islam. Islam memandang bahwa nyawa manusia adalah sesuatu yang wajib dijaga dan dilindungi. Pengurusan urusan rakyat menjadi dasar sebuah kepemimpinan, sehingga penguasa akan melakukan berbagai mekanisme apa pun sesuai syariat Allah untuk kesejahteraan dan keamanan rakyat, salah satunya mencari solusi untuk menanggulangi munculnya bibit pandemi.
Ada beberapa hal yang akan dilakukan oleh khalifah untuk menanggulangi bibit wabah, yakni:
- Menerapkan sistem kesehatan Islam yang menjadikan nyawa manusia merupakan hal yang sangat utama. Negara memberikan kesehatan secara gratis kepada seluruh rakyat, dengan fasilitas berkualitas. Pendidikan kesehatan pun diberikan secara gratis untuk mencetak para dokter-dokter dan staf kedokteran yang cerdas. Tidak sampai di situ, negara pun membiayai berbagai riset atau penelitian untuk menunjang keberhasilan dunia kesehatan, mulai dari penemuan obat-obatan, dan lainnya.
- Negara akan memberikan pengetahuan pentingnya menjaga kesehatan badan. Sebab, badan merupakan titipan dari Allah yang wajib dijaga sesuai dengan syariat-Nya. Memahamkan kepada umat kewajiban untuk memakan makanan halal, meninggalkan makanan haram, serta bahaya dari mengonsumsi makanan-makanan yang haram. Tidak hanya itu, pengolahan makanan pun harus sesuai syariat Allah.
- Jika muncul bibit wabah, negara melakukan 3 mekanisme. Pertama, negara akan dengan cepat melakukan identifikasi untuk memisahkan rakyat yang terinfeksi virus dan yang tidak terinfeksi. Cara ini dilakukan agar tidak banyak korban lagi yang tertular penyakit tersebut. Rasulullah bersabda,
إِذَا سَمِعْتُمْ بِالطَّاعُونِ بِأَرْضٍ فَلاَ تَدْخُلُوهَا، وَإِذَا وَقَعَ بِأَرْضٍ وَأَنْتُمْ بِهَا فَلاَ تَخْرُجُوا مِنْهَا
Artinya: "Jika kalian mendengar wabah di suatu wilayah, maka janganlah kalian memasukinya. Dan jika terjadi wabah di tempat kalian berada, maka janganlah kalian tinggalkan tempat itu." (HR. Bukhari)
Kedua, negara akan memberikan layanan kesehatan dan pengobatan terbaik untuk para pasien sampai mereka dinyatakan sembuh dari penyakit menular tersebut.
Ketiga, negara akan melakukan berbagai riset dan penelitian guna menemukan obat atau vaksin untuk menghentikan penyebaran virus ini dan memperkuat daya tahan manusia. Vaksin diberikan kepada rakyat secara gratis.
Keempat, negara pun memberikan penguatan kepada masyarakat bahwa apa pun yang menimpa mereka berasal dari Allah, dan kesembuhan pun hanya dari Allah. Penderita diajak untuk tetap tawakal dan bersabar sembari mencari kesembuhan dari penyakitnya.
Khatimah
Pengurusan urusan rakyat antara sistem kapitalisme sekuler dan sistem Islam bagai dua sisi mata uang. Dalam sistem kapitalisme pengurusan urusan rakyat, termasuk kesehatan memang bukanlah prioritas utama bagi sebuah kepemimpinan, namun prioritas utama mereka yakni sekadar materi. Maka wajar bahwa penanganan berbagai masalah senantiasa disandarkan pada materi, apakah menguntungkan ataukah tidak?
Sedangkan dalam Islam, seluruh pengurusan urusan rakyat menjadi prioritas utama dalam setiap kepemimpinan. Khalifah bertanggung jawab untuk mengurus urusan rakyatnya, termasuk kesehatan. Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang wajib dipenuhi oleh negara, tidak boleh dijadikan sebagai ajang bisnis. Maka, negara akan mengupayakan kesehatan terbaik untuk untuk rakyatnya.
Wallahu a'lam bishawab. []
Kapitalisme memang tidak pernah mampu menjadi solusi menangani pandemi. Buktinya saja Covid yang sudah memakan banyak korban, tak mampu dicarikan solusi tuntas. Uslam adalah solusi terbaik.
Tegaknya daulah khilafah menjadi hal yang sangat penting hari ini
Penyakit menular dalam Islam memang harus segera ditangani agar tidak menimpa yang lain.
Walaupun terkadi di negara lain, besar kemungkinan akan merambah ke negeri lainnya termasuk Indonesia, maka negara janganlah menganggap enteng wabah ini, setidaknya mengadakan pantauan dan riset. Negara dalam Islam ketat melindungi dari pandemi. Dalam kapitalisme meniscayakan abai dan itung-itungan untung rugi. Ga banget sih kondisi ini. Barakallah penulis.
Dalam Islam, seluruh pengurusan urusan rakyat menjadi prioritas utama dalam setiap kepemimpinan.
Semoga khilafah segera tegak