Pahami peranmu sebagai pencetak generasi Islam. Didiklah dirimu dengan Islam untuk mendidik anakmu. Merekalah para pemimpin agama ini di masa depan.
Oleh. Aya Ummu Najwa
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Hari-hari ini, kita banyak menyaksikan tayangan memilukan dari saudara-saudara kita di Palestina yang penuh dengan keteladanan. Betapa tidak, di tengah gempuran bertubi-tubi yang dilancarkan Zionis penjajah, kita menyaksikan fenomena kekuatan iman yang begitu kukuh. Kita menyaksikan dalamnya fondasi akidah yang tertancap pada dada-dada kaum muslim di Palestina, khususnya di Gaza.
Betapa kekuatan iman itu menjadi benteng terkuat dalam hidup mereka. Dengan kukuhnya iman di dalam diri, mereka menjalani hari penuh dengan kesabaran bahkan rasa syukur meski segala yang bisa dipandang oleh mata adalah kesyahidan anggota keluarga, anak, suami, istri, orang tua, teman, tetangga. Sepanjang yang bisa dilalui adalah kehancuran tempat tinggal, kerusakan fasilitas, mayat-mayat bergelimpangan, genangan darah hingga potongan tubuh manusia. Segala keterbatasan dihadapi dengan keikhlasan dan kesabaran, serta keteguhan memegang pendirian atas agamanya. Sungguh pemandangan yang seakan telah langka di zaman ini.
Bisa kita lihat, seorang ayah yang dengan tabahnya membawa jenazah anaknya, seorang anak yang mengumpulkan potongan tubuh ayah dan ibunya, seorang ibu yang memeluk anak-anaknya yang telah syahid. Bahkan, tak ada raut kesedihan dan tersiratnya keluhan pada wajah mereka. Pun, terlihat seorang ibu yang terus melawan tentara Zionis dengan berani dan tak takut mati, meski todongan senjata api tertuju padanya. Mengingatkan kita pada kisah-kisah keberanian para shahabiyah yang merupakan generasi terbaik umat ini. Salah satunya adalah Ummu Fadhl.
Terlahir dengan nama Lubabah binti Al-Harits Al-Hilaliyah atau Ummu Fadhl, beliau adalah istri Al-Abbas bin Abdul Muthalib dan ibu dari Fadhl, Abdullah Ubaidillah, Qutsam, dan Abdurrahman. Dia adalah Lubabah Al-Kubra, yang merupakan saudara perempuan Ummul mukminin Maimunah. Dia menjadi wanita pertama yang masuk Islam setelah Khadijah Al-Kubra. Di rumahnyalah Nabi sering berkunjung dan tidur siang di sana. Dia telah melahirkan enam orang anak laki-laki untuk Al-Abbas, di mana wanita lain belum ada yang mampu melahirkan anak-anak seperti mereka.
Bagaimana dia tidak berbangga hati dengan anak-anaknya, sementara salah satu dari mereka adalah Abdullah bin Abbas, ulama besar umat ini dan penerjemah Al-Qur'an yang pernah didoakan oleh sang kekasih, Muhammad saw. Yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah, "Yaa Allah, ajarkanlah hikmah kepadanya."
Ummul Fadhl, adalah saudara perempuan dari Sayyidah Maimunah, Asma', juga Salma di mana Rasulullah telah bersaksi atas keimanan mereka semua. Beliau pun bersabda dalam sebuah hadis riwayat Ibnu Abbas, "Empat orang wanita bersaudara ini adalah orang-orang yang beriman, mereka adalah Maimunah binti Al-Harits, Ummu Fadhl, Salma, dan Asma'.”
Berkaitan dengan dirinya sendiri, di samping semua kelebihan yang dia miliki dari segi keturunan dan anak-anak, Ummu Fadhl memiliki beberapa kisah yang menunjukkan pada ketulusan iman, serta memperlihatkan keberanian yang gemilang, kesungguhan dan pemenuhan janji terhadap Allah dan rasul-Nya, serta agamanya. Salah satu dari kisah-kisah tersebut adalah peristiwa yang dia alami dengan musuh Allah, Abu Lahab, pada saat Perang Badar terjadi.
Dalam kitab Al-Bidayah wa Nihayah 5/197-199, diriwayatkan dari Ikrimah, maula Ibnu Abbas, dia berkata, Abu Rofi' mengatakan, "Aku adalah budak dari Al-Abbas bin Abdul Muthalib, dan ketika itu cahaya Islam telah masuk ke dalam rumah kami sebagai ahlul bait. Lalu Al-Abbas dan Ummul Fadhl pun memeluk Islam. Al-Abbas adalah orang yang sangat menghormati kaumnya dan takut bertentangan dengan mereka, maka pada saat itu dia merahasiakan keislamannya, sedang dia memiliki banyak harta yang tersebar di antara kaumnya."
Sementara itu, Abu Lahab yang tidak bisa ikut dalam Perang Badar, dia mengutus Al-Ash bin Hisyam untuk menggantikan posisinya. Karena begitulah kebiasaan yang kaum Quraisy lakukan, tidak ada seorang pun yang beralasan tidak ikut berperang kecuali dia mengutus orang lain untuk menggantikan posisinya. Lalu ketika sampai berita kepadanya tentang kekalahan orang-orang kafir Quraisy dalam Perang Badar, maka Allah merendahkannya dan menghinakannya, sementara kami mendapatkan kekuatan dan kemuliaan dalam diri kami dengan berita gembira itu.
Abu Rofi' mengatakan, adapun aku adalah seorang lelaki lemah, pekerjaanku adalah membuat gelas yang aku pahat di tenda Zam-zam. Demi Allah, saat itu aku sedang duduk di sana sambil memahat gelas-gelas yang aku buat dan di sisiku ada Ummul Fadhl sedang duduk. Saat itu kami sedang merasakan kegembiraan karena berita baik yang sampai kepada kami terkait kemenangan kaum muslim pada Perang Badar. Lalu tiba-tiba Abu Lahab datang dengan langkah yang menunjukkan gelagat tidak baik hingga akhirnya dia duduk di salah satu sudut tenda dengan posisi membelakangiku.
Ketika dia duduk, tanpa diduga Abu Sufyan, julukan dari Al-Mughirah bin Al-Harits bin Abdul Muthalib yang merupakan sepupu Rasulullah telah datang, maka Abu Lahab pun langsung berdiri seraya berkata, "’Kemarilah! Demi jiwaku, engkau pasti membawa berita yang sebenarnya.’ Lalu Abu Sufyan pun duduk di dekatnya, sedangkan orang-orang berdiri di sekitarnya. Kemudian Abu Lahab berkata, ‘Wahai putra saudaraku, ceritakanlah kepadaku tentang peristiwa yang menimpa orang-orang.’"
Abu Sufyan berkata, "Demi Allah, tidak berapa lama setelah kami berhadapan dengan kaum muslim, maka kami mengalami kekalahan seolah-olah kami telah menghadiahkan pundak-pundak kami kepada mereka, sehingga mereka mampu membunuh kami semuanya, serta menawan kami semaunya. Demi Allah, tidaklah aku mencela kaum kita karena kekalahannya, sebab kami berhadapan dengan para lelaki yang putih di atas kuda-kuda belang hitam putih antara langit dan bumi. Demi Allah, tidak ada sesuatu pun yang sebanding dengannya dan tidak ada sesuatu pun yang dapat menandinginya."
Abu Rofi' mengatakan, lalu aku mengangkat tali tenda dengan tanganku kemudian aku berkata, "Demi Allah, itu adalah para malaikat." Maka, Abu Lahab pun langsung memukul wajahku dengan pukulan yang sangat keras. Aku telah membuatnya marah sehingga dia mengangkatku dan membanting tubuhku ke tanah, kemudian dia berlutut di hadapanku sambil memukuliku, sementara aku adalah laki-laki yang lemah. Maka, Ummu Fadhl berdiri menuju salah satu tiang tenda dan mengambilnya, lalu dia memukulkan tiang tersebut kepada Abu Lahab sampai melukai bagian kepalanya. Kemudian dia berkata, "Apakah engkau menganggapnya lemah karena tuannya sedang tidak ada di sini?" Maka, Abu Lahab pun berdiri dan berlalu pergi dalam keadaan terhina.
Masyaallah, wahai saudariku, keberanian yang gemilang itu muncul dari seorang wanita mukminah yang kuat. Bagaimana wanita yang mulia ini sangat berani terhadap musuh Allah Abu Lahab? Padahal Abu Lahab merupakan seorang prajurit pemberani di antara bala tentara Quraisy yang selalu mereka andalkan dalam berbagai peperangan besar. Selain itu dia pun seorang laki-laki yang mulia dan ditaati di kalangan kaumnya. Akan tetapi, semua itu tidak menghalanginya dari kemarahan yang timbul karena membela agamanya serta menghadapi orang itu dengan kekuatan iman.
Syahdan, Allah pun mengizinkan bagi Sayyidah Ummu Fadhl untuk hijrah ke Madinah bersama suami dan seluruh keluarganya. Ketika di Madinah, dia adalah seorang wanita yang dimuliakan oleh Rasulullah, sementara keutamaan apalagi yang dapat melebihi keutamaan ini? Setelah Rasulullah memuliakannya dan bersaksi atas keimanannya juga dengan menjadi wanita kedua yang memeluk Islam serta menjadi ibu bagi seorang ulama besar umat ini?
Sedangkan dirimu, diriku, wahai saudariku, peran apakah yang kita lakukan supaya kita dapat meraih keutamaan yang sama sepertinya? Jika kita menginginkan hal itu, maka hanya berpegang teguhlah pada agama ini. Marahlah karena membela Islam. Didiklah anak-anak kita supaya mereka menjadi para ulama besar, dan hadapilah segala urusan dengan penuh keberanian sebagaimana yang telah dilakukan oleh Ummul Fadhl dan para shahabiyah salihah lainnya. Sudah saatnya kaum muslim bangkit dan bersatu dalam kepemimpinan Islam. Maka pahami peranmu sebagai pencetak generasi Islam. Didiklah dirimu dengan Islam untuk mendidik anakmu. Merekalah para pemimpin agama ini di masa depan. Biidznillah.
Wallahu a'lam bishshawab. []
Masyaallah, sosok Ummu Fadhl yang diliputi ketaatan dan dimuliakan Rasuluah. Semoga kita semua bisa mencontoh beliau. Barokallah, Mbak
Masyaallah, sosok muslimah yang luar biasa. Semoga Allah memudahkan kami menjadi ibu yang mampu menjadi sosok teladan da mencetak generasi cemerlang
Semoga muslimah saat ini mampu menjadi sosok ibu tangguh dan beriman seperti Ummu fadl.aamiin
MaasyaaAllah..tak ada habisnya torehan emas muslimah tatkala itu. Yang akibat pukulan tsb, Abu Lahab luka lalu infeksi sampai ajal menjemputnya dengan sakit yang menjijikkan. Barokallohu fiik telah mengingatkan akan tugas mulia muslimah.
Barakallah Mbak Aya. Sungguh sebagai pengingat diri untuk terus berusaha menjadi seorang ibu yang baik dan mencetak generasi yang berkualitas
Ya Allah, semoga Engkau berikan kepada kami kemudahan dalam mencetak generasi penerus yang bertakwa. Aamiin
Semoga kita dapat mencontoh sahabiyah saat ini, teguh iman. Di antara gempuran sekularisme seperti saat ini.
Tulisan kak aya memberikan inspirasi dan hikmah masya Allah