Tidak semua orang memilih untuk menjadi pejuang pena. Maka kita yang sudah menceburkan diri di sini harus mensyukurinya dengan cara mengoptimalkan kemampuan yang sudah dimiliki
Oleh. Neneng Sri Wahyuningsih
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Ketika informasi terkait challenge Dawai Literasi ini di-publish, yang saya rasakan seolah-olah ada yang memanggil, “Ayo, guncangkan kembali dunia dengan nilai-nilai Islam melalui penamu. Apakah kamu rela karya-karya dari musuh-musuh Islam menguasai dunia ini?” Ah, tamparan keras kembali menghampiriku. Tapi kok betah banget menggantungkan pena?
Bismillah, akhirnya memberanikan diri untuk mendaftar di challenge akhir tahun ini. Semoga Allah mampukan untuk menuntaskannya.
Challenge Dawai Literasi khususnya kategori true story kali ini menurutku temanya gampang-gampang susah. Awalnya terlihat gampang, eh tapi kok pas mau eksekusi agak susah juga ya. Sampai mendekati deadline (ah jadi ketahuan ‘kan nih termasuk pejuang deadline, hehehe…), angle yang mau diangkat masih belum fix. Apalagi ketika melihat tulisan para peserta challenge lain yang sudah tayang, jadi ngebatin, ‘Duh kok udah ketulis sama orang. Terus aku nulis apa, ya?’ Xixixi… Akhirnya mencoba mencari angle yang berbeda. Semoga memang berbeda.
Lika-liku Ikutan Challenge
Semenjak aku mengenal NP, media yang memiliki tagline “Cerdas dalam Literasi Media Bijak Menangkap Peristiwa Kunci” ini sudah mengadakan challenge beberapa kali. Seingat saya, saya pernah dua kali mengikutinya. Inginnya selalu mengikuti challenge yang diadakannya, hanya saja terkendala dengan kondisi yang lain seperti anak sakit, syarat challenge yang tak mampu saya penuhi, atau amanah lain yang memang berbarengan momennya. Seperti "challenge" akhir tahun lalu yang harus mem-posting sepuluh hari berturut-turut. Ku tak sanggup (jangan sambil nyanyi bacanya). Perlahan mundur cantik.
Saat ini juga anak-anak bergantian sakit, tapi saya berusaha keras untuk menuntaskan naskah karena sudah berniat untuk mengikutinya. Herannya juga setiap saya mengikuti challenge NP atau mulai semangat untuk menulis kembali, anak-anak selalu sakit. Hampir berbarengan tiga-tiganya atau bergantian. Kadang akhirnya tidak jadi mengirimkan naskah karena sudah lewat batas pengumpulan. Saya pun mencoba menerimanya, bahwa sakit juga dari Allah. Kemudian berdoa semoga Allah masih memberikan kesempatan agar bisa mengikuti challenge di lain waktu.
Yuk kembali lagi ke naskah. Selama mengikuti challenge di sini, saya belum berhasil membawa trofi, uang cash atau hadiah lainnya ke rumah. Hmm… sedih sih. Tapi saya sadar diri juga karena merasa belum optimal dalam membuat naskahnya. Ketika membaca naskah para pemenangnya, langsung bergumam, ‘Pantas saja mereka menang, naskahnya keren, unik, mendalam pembahasannya. Top markotop pokoknya’.
Meski belum menjadi juara, bukan akhirnya ciut atau kapok untuk mencoba lagi. Semangat mencoba lagi. Alhamdulillah di challenge NP yang ke-7, naskah saya menjadi bagian dari 16 naskah motivasi terbaik.
Paket Komplet
Ngomong-ngomong soal challenge NP, bagi saya challenge ini paket komplet. Seperti menu makanan saja, ya, paket komplet. Hehe
Maksudnya, pertama, challenge ini seolah sedang menyeru para pejuang pena dari E sampai M bahkan N untuk terus berkarya. Mungkin teman-teman pernah tahu atau bahkan membacanya, yakni buku Pemikiran Islam dari Akar Hingga ke Daun atau Panduan Nikah dari A Sampai Z. Saya bukan mau membahas kedua buku ini, hanya saja saat menulis naskah story ini jadi teringat buku tersebut. Buku pertama sudah pernah saya baca, buku kedua belum, baru melihat postingannya saja.
Hmm, maksudnya apa sih ‘Seruan untuk Pejuang Pena dari E sampai M bahkan N?’ E itu maksudnya expert atau ahli alias para penulis yang tulisannya sudah melanglang buana di berbagai media atau yang sudah sering langganan menang dalam challenge. M di sini maksudnya mojokers (para penulis yang sering mojok seperti saya. Hibernasi terlalu lama bahkan hampir gantung pena). Sedangkan N adalah newbie. Baik itu newbie yang memang benar-benar baru terjun ke dunia literasi atau newbie yang bermaksud baru mengenal NarasiPost.
Nah, challenge NP ini seringnya memang terbuka untuk umum. Sehingga para penulis baik itu yang sudah expert, mojokers atau bahkan newbie bisa mengikutinya. Pokoknya siapa pun boleh ikut yang penting memenuhi syarat yang sudah ditentukan NP. Buktinya, challenge NP kali ini khususnya kategori story, awalnya hanya untuk peserta yang pernah ikut challenge NP saja. Namun, karena antusias peserta luar biasa, termasuk yang belum pernah ikut challenge, akhirnya Tim NP membolehkan peserta yang baru pertama kali ikut pun bisa mengirimkan naskah challenge untuk kategori story ini.
Tema-tema atau kategori yang ditawarkan juga beragam. Sehingga pejuang pena seperti saya yang seringnya mojok ini bisa memilih kategori yang sesuai kemampuan seperti kategori story ini. Meski dalam eksekusinya ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Hehehe
Adanya berbagai kategori atau tema yang dilombakan, juga berarti menantang para penulis untuk bisa menaklukkan tema di luar yang biasa mereka tulis. NP memfasilitasi para pejuang pena untuk selalu kreatif dalam berkarya. Selain itu ‘memaksa’ para penulis agar tidak menggantungkan penanya begitu saja apalagi hingga kering karena sudah tidak pernah digunakan.
Tidak semua orang memilih untuk menjadi pejuang pena. Maka kita yang sudah menceburkan diri di sini harus mensyukurinya dengan cara mengoptimalkan kemampuan yang sudah dimiliki, dan terus mengasahnya juga untuk tujuan yang mulia, yakni menyebarkan cahaya Islam ke penjuru dunia.
Kedua, NP juga berusaha ingin mengapresiasi setiap karya-karya yang dihasilkan oleh para penulis yang ada di Nusantara ini. Tak sedikit hadiah yang Tim NP berikan kepada para pemenang. Beberapa hadiah yang pernah diberikan yakni ada emas, laptop, hp, blender, rice cooker, mukena, uang cash, buku, dan hadiah lainnya. Terkadang memberikan hadiah sesuai dengan yang dibutuhkan oleh pemenangnya. Masyaallah spesial banget ‘kan. Di mana lagi pemenang bisa request hadiah?
Selain hadiah di atas, bagi pemenang pertama biasanya diberikan hadiah membuat buku solo. Sedangkan untuk yang lainnya, semua naskah peserta challenge ini akan dikumpulkan dalam buku antologi. Memiliki buku hasil karya sendiri itu menjadi salah satu impian dari para penulis. Betul apa betul? Masyaallahnya NP ini memberikan kemudahan untuk mewujudkannya. Barakallah media yang selalu totalitas dalam mendedikasikan dalam dakwah literasi.
Jadi teringat saat Islam masih berjaya. Pernah pada masa kekhilafahan Al-Makmun. Pada masa beliau, karya tulis (buku) dihargai dengan emas. Emasnya juga bukan yang secuil melainkan emas yang diberikan itu seberat buku yang dihasilkannya.
Ketiga, penilaian dalam berbagai challenge yang diadakan NP selalu ketat. Bahkan, pernah jurinya lebih dari satu. Dari sini, mendisiplinkan para penulis untuk super detail mengecek naskahnya sebelum dikirimkan alias self editing. Agar nilainya perfect, akhirnya penulis bisa bolak-balik mengecek KBBI, membaca berulang-ulang, rancu atau tidak kalimatnya, cek tingkat plagiatnya, dan sudah sesuai EYD atau belum.
Hal tersebut memang seharusnya sering dilakukan para penulis. Hanya saja jika bukan karena naskah challenge, akhirnya luput dari self editing seperti di atas. Penulis ingin cepat-cepat mengirimkannya dan tayang di sebuah media. Kebiasaan buruk seperti ini harus segera ditinggalkan.
Luruskan Niat
Gemerlap rewards yang ditawarkan tentu akan menjadi magnet para peserta untuk mengikuti challenge ini. Tidak dimungkiri, para penulis akan silau dengannya karena kita semua manusia biasa. Manusia yang memang diberikan potensi naluri kasih sayang yang berarti suka dengan keindahan (hadiah yang menggiurkan), dan naluri mempertahankan diri (ingin menjadi pemenang).
Nah, sebenarnya, bolehkah penulis mengharapkan hadiah saat berkarya? Apakah dalam berkarya jangan melirik-lirik hadiah nanti termasuk matre?
Menulis merupakan salah satu cara untuk menyebarkan kebaikan dan nilai-nilai Islam ke seluruh dunia. Apalagi saat ini hampir semuanya sudah melek internet, baik itu anak kecil maupun yang sudah berusia lanjut. Sayang sekali jika mereka disuguhi dengan literasi yang tidak berfaedah, pornoliterasi, dan sebagainya. Pihak-pihak yang menyebarkan keburukan saja begitu semangat berkarya. Kenapa kita yang sudah jelas menyebarkan kebaikan dan cahaya Islam merasa enggan untuk berkarya?
Nah, mengharap hadiah saat berkarya itu boleh saja. Hanya saja kita harus kembali meluruskan niat kita dalam menulis. Pada awalnya, khususnya bagi mojokers nih, mungkin yang menyemangatinya dalam menulis itu karena ada challenge yang menjanjikan hadiah yang berlimpah. Tapi coba renungkan kembali ketika niat berkarya hanya sekadar untuk mengejar materi. Allah Swt. berfirman dalam surah Asy-Syura : 20, “Barang siapa menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambahkan keuntungan itu baginya, dan barang siapa menghendaki keuntungan di dunia, Kami berikan kepadanya sebagian darinya (keuntungan dunia), tetapi dia tidak akan mendapat bagian di akhirat.”
Oleh karena itu, bukanlah sangat rugi jika kita menulis hanya karena ingin hadiah atau mengharap ketenaran dan dipuji banyak orang? Berarti yang didapatkan oleh penulis cukup segitu saja. Beda halnya jika meniatkan menulis itu karena Allah Swt. Jika ternyata hasil karyanya bagus berarti dia dapat dua kelebihan, yakni mendapat rida Allah dan hadiah. Tetapi jika ternyata naskahnya biasa-biasa saja, insyaallah sudah dapat penilaian dari Allah.
Seperti halnya dalam mengikuti challenge. Ketika penulis itu menang, maka plusnya akan mendapat hadiah dari media penyelenggara challenge. Tapi jika kalah, kita sudah dapat nilai di hadapan Allah. Maka Menulislah untuk mencerdaskan dan mendidik umat dengan firman-Nya. Ketika kita mengejar akhirat (rida Allah) maka dunia akan didapat.
Penutup
Tulisan ini baru membahas tentang challenge NP saja ya. Beneran paket komplet ‘kan? Belum lagi kalau menguliti bagian NP yang lainnya, mungkin bisa disebut paket super komplet. Hehehe
Meski begitu, kita pahami bersama bahwa karya manusia ini tidak ada yang sempurna karena kesempurnaan hanyalah milik Allah semata. NP bisa melakukan ini semua juga tentu atas kemudahan yang Allah berikan. Teruslah istikamah untuk menjadi media yang mencerdaskan umat. Semoga Allah berikan kesehatan, keberkahan rezeki, dan kemudahan dalam segala urusan Mom Andrea selaku yang menggawangi media ini. Begitu pun jajarannya. Semoga kami para penulis pun senantiasa terbakar semangatnya dan terus berkarya bukan karena saat challenge saja melainkan setiap saat hingga akhir hayat.
Wallahu a'lam bishshawab. []
Benar, pake komplit
Barakallah ❤️
Barakallah mbak Neneng. Asam manis mengikuti challenge NP memang benar adanya ya. Komplet sudah
Barakallahfiik Mba Neneng
Barakallahu fiik untuk penulis. Semoga tetap semangat menulis setelah challenge.
Barakallah Mba,, Challenge NP memang menantang yaa,, Buat kita pulang balik cek kamus KBBI
Barakallah, mbak Neneng
Barakallah mbak Neneng..
Ingatkan untuk meluruskan niat..
Paket komplet tenan.
Suka nasihatnya untuk meluruskan niat
Barokallahu fiik, Mbak
Betul mba. Challenge NP memang menyediakan paket komplet untuk para penulis yang ingin berkarya dan menguji kemampuan di sini.
Barakallah mba@Neneng
Wah ya memang bener challenge NP itu menggoda hati siapapun itu, baik yang E, M maupun N. Wah aku termasuk mana nih
Pokoknya bagiku maju tak gentar saja memang kalah urusan belakangan deh