Tunaikan saja peranmu sebagai guru, Allah yang akan berperan menyelesaikan segala persoalanmu. Tidak perlu risau dengan harta dan kekayaan karena Allah telah mengaturnya dengan pasti dan tidak akan tertukar.
Oleh. R. Raraswati
(Kontributor NarasiPost.com)
NarasiPost.com-Secara sederhana, guru diartikan sebagai orang yang mengajarkan ilmu. Memang formalnya disebut guru ketika seseorang mengajar di sekolah atau lembaga pendidikan. Namun secara umum, orang yang memberikan ilmu bisa disebut guru, meski di luar sekolah. Mereka mengabdikan diri untuk bangsa dan agama. Dengan demikian, guru pasti berilmu dan memiliki derajat yang lebih tinggi sebagaimana firman-Nya dalam Al-Qur’an surah Al-Mujadalah ayat 11 bahwa Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman dan berilmu beberapa derajat.
Dari ayat tersebut, seharusnya guru bahagia, karena di hadapan Allah saja mereka mulia, apalagi di tengah-tengah umat. Maka, sungguh miris jika ternyata hasil penelitian lembaga riset internasional RAND Corporation menyampaikan tingkat stres guru lebih tinggi dari pekerjaan lain. Hal ini disampaikan Presiden Jokowi pada peringatan ulang tahun ke-78 Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) di Kelapa Gading, Jakarta, Sabtu (25/11/2023). Tidak seharusnya guru stress. Kalian layak bahagia karena menjadi orang yang mulia.
Peran Guru
Guru memiliki peran penting dalam menentukan keberhasilan proses pembelajaran. Maka, berbahagialah, wahai, Para Guru, karena engkau ujung tombak kesuksesan. Guru tidak hanya sebatas menyampaikan ilmu, tetapi juga sebagai pendidik yang mampu menanamkan nilai-nilai pada setiap materi berupa ketrampilan, sikap, dan mental kepada siswa. Untuk itu, guru harus memiliki kepribadian baik sebagai teladan siswa, bahkan umat.
Guru juga disebut orang tua kedua bagi murid di sekolah. Sering kali guru memastikan siswanya dalam kondisi sehat, bersih, sudah mandi dan sikat gigi, beristirahat yang cukup, makan bergizi, dan lain sebagainya. Di saat ada siswa yang bermasalah, guru harus mampu menggali penyebabnya, kemudian memberikan solusi yang benar. Tidak cukup di situ, guru mampu memotivasi setiap siswa untuk menjadi lebih baik.
Sungguh besar peran guru bagi kualitas generasi yang akan datang. Jasamu akan selalu diingat oleh para siswa yang telah sukses nanti. Mungkin tidak banyak siswa yang ingat saat ia sukses, kaya, dan punya kedudukan tinggi. Namun, yakinlah akan ada beberapa di antara mereka yang masih mengingat, memedulikan, bahkan mengangkat derajat gurunya. Banyak siswa yang sukses mau silaturahmi ke rumah guru-gurunya dengan memberikan kenang-kenangan atau sekadar oleh-oleh karena mengingat perannya menjadikan mereka berhasil. Meski guru tak pernah mengharapkan apa pun dari perannya, tetapi perhatian orang-orang yang pernah dididik, akan membawa kebahagiaan tersendiri.
Ketulusan guru jalankan perannya untuk menggapai rida Allah akan menjadi investasi jangka panjang. Pasalnya, seperti yang diriwayatkan Muslim, Rasulullah pernah bersabda bahwa tidak putus amal manusia yang meninggal dunia karena ilmu yang bermanfaat. Maka, bersemangatlah, wahai, Guru, dalam menunaikan peran muliamu.
Guru sebagai Pahlawan
Guru di Indonesia dikenal dengan pahlawan tanpa tanda jasa. Kenapa demikian? Peran guru yang begitu besar bagi umat ternyata kurang mendapat perhatian dari negara. Banyak hal yang mereka korbankan demi terwujudnya generasi cemerlang yang membawa perubahan peradaban lebih baik. Mungkin di sekolah negeri atau swasta yang maju bisa menghargai guru dengan gaji yang layak. Namun, bagaimana dengan guru honorer dan guru sekolah swasta di desa?
Guru honorer dan sekolah swasta di desa mendapatkan gaji yang jauh dari layak. Bahkan, sering kali gajinya habis untuk membeli bahan bakar transportasi selama sebulan atau bahkan kurang. Maka, tidak heran jika mereka ke sekolah sambil bawa barang dagangan atau sekadar camilan untuk dititipkan di kantin sekolah. Ada juga guru yang membuka les di rumah dengan bayaran yang sangat murah karena tidak mau membebani orang tua siswa. Mereka sekadar berharap mendapat tambahan penghasilan dan terus berbagi ilmu. Mereka tetap bertahan dengan kondisi ini bukan semata harta. Mereka juga tidak ingin disebut sebagai pahlawan karena pengorbanannya meski mereka layak mendapat sebutan itu.
Di tempat tertentu, guru tidak hanya digaji kecil, tetapi justru dia mengeluarkan biaya besar agar bisa mengajarkan ilmu kepada masyarakat. Guru di daerah-daerah miskin, di tempat-tempat kumuh yang menampung anak jalanan dan kaum duafa, mereka justru berkorban untuk tetap bisa mengajar. Mereka dedikasikan hidupnya untuk mencerdaskan umat. Waktu, tenaga, pikiran, dan harta mereka korbankan demi lahirnya generasi penerus bangsa yang unggul. Layakkah jika mereka tidak mendapatkan penghargaan atas jasa-jasanya? Mestinya mereka mendapatkan gelar istimewa dan apresiasi yang besar dari negara.
Wahai, Guru, jangan risau jika negara belum bisa membuatmu berharga. Jangan putus asa jika saat ini negara tak mampu membuatmu kaya raya dengan berbagai pengorbananmu. Yakinlah, Allah yang Maha Kaya akan membuat hidupmu bahagia dengan tercukupi segala kebutuhan. Hidup bukan sekadar harta, tetapi kebahagiaan ketika dapat memberi manfaat yang mungkin tidak dirasakan orang yang kaya. Kebesaran hati guru dalam memberi ilmu, mendidik, membimbing, memotivasi, dan sebagainya adalah kekayaan yang tidak dimiliki oleh banyak orang. Itulah kekayaan dan kebahagiaan hakiki yang bisa dirasakan hingga nyawa tak lagi bersatu dengan raga.
Duhai, Guru, tak perlu ragu berbagi ilmu karena setiap huruf yang engkau kenalkan pada anak usia paud pun bernilai tinggi. Ia akan pakai untuk membaca dan menulis hingga akhir hayatnya. Setiap angka dan rumus perhitungan yang engkau ajarkan akan terus mengalirkan pahala ketika mereka gunakan di setiap aktivitas. Tunaikan saja peranmu sebagai guru, Allah yang akan berperan menyelesaikan segala persoalanmu. Tidak perlu risau dengan harta dan kekayaan karena Allah telah mengaturnya dengan pasti dan tidak akan tertukar. Kalau pun tidak kaya harta, bisa jadi Allah senantiasa sehatkan keluarga, dimudahkan segala urusan, dicerdaskan akal anak-anak, dimuliakan akhlak keluarga, diberkahi ilmu yang bermanfaat, dan lain sebagainya.
Wahai, Guru, nikmati peranmu, bersyukur dengan semua proses, dan teruslah tersenyum bahagia. Allah memuliakanmu dan akan menampakkannya di dunia, bahkan akhirat kelak. Insyaallah.
Allahu a’lam bish showab. []
Guru menjadi ujung tombak kesuksesan generasi.. Sehingga sudah seharusnya negara dan masyarakat untu memuliakan mereka. Negara harus menjamin kesehteraan para guru...
Dalam sistem sekuler-kapitalisme seorang guru yang tugasnya memdidik generasi digaji sangat murah. Sebaliknya seorang artis yang kerjanya merusak generasi dibayar tinggi. Tetapi Allah Maha Pemberi imbalan terbaik. Barakallah Bu Raras . Keren motivasi nya.
Tetap semangat untuk para guru di mana pun berada!
Barakallah mbak Raras..
Jasa seorang guru begitu luar biasa. Pahala dari ilmu yang disampaikannya akan terus mengalir dan tiada habisnya.
Barakallah mba @Raras.
Tugas guru sangatlah berat, tak sebanding dengan ujrah yang mereka terima, di sinilah negara harus mengambil sikap meninggikan kesejahteraan para guru. Fakta terjadi pada anak saya seorang guru, malam masih memikirkan anak murid dan mengisi nilai dan lainnya memotivasi anak juga dengan wali muridnya lewat chat. Tidak seperti karyawan bidang lain selesai kerja, malamnya istirahat.
Masyaallah, sungguh guru itu adalah amanah mulia. Barokallah Mbak Raras
Alhamdulillah. Semoga tulisan ini bisa memberi semangat para guru.
Aamiin. Barokallahu fikum
Tantangan guru di sistem kapitalisme memang besar. Padahal dalam sistem Islam, negara punya peran penting untuk mendukung guru dalam mendidik dan mencetak generasi peradaban unggul.
Betul, membayangkan kehidupan guru yang terjamin di sistem Islam