Mendidik Anak Tanpa Luka Pengasuhan

Mendidik Anak

Luka pengasuhan terjadi karena pola pengasuhan yang salah, yaitu mengasuh anak dengan kekerasan, baik secara verbal maupun secara fisik

Oleh. Dewi Irawati Artati
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Mendidik anak adalah tugas dan tanggung jawab kita sebagai orang tua. Sebagai orang tua, kita memiliki peran besar dalam membentuk karakter anak yang berpengaruh pada masa depannya nanti. Mendidik anak ternyata tidaklah mudah, banyak sekali tantangannya, bahkan tak jarang bisa menguras emosi kita. 

Namun, perlu digaris bawahi bahwa dalam mendidik anak tidak boleh ada kekerasan baik secara verbal maupun fisik. Sebab hal itu akan berdampak buruk bagi perkembangan anak dan mengakibatkan trauma dan luka pengasuhan yang akan berdampak pada masa depan anak. Dalam hal ini kita akan menjelajahi cara untuk mendidik anak tanpa meninggalkan bekas luka pengasuhan. 

Apa itu luka pengasuhan? Luka pengasuhan merupakan suatu hal yang kerap dialami oleh individu dari orang tua. Luka pengasuhan bisa saja dirasa mulai masa kanak-kanak hingga menjadi orang tua selanjutnya. Luka pengasuhan terjadi akibat dari penerapan pengasuhan yang salah, yaitu mengasuh anak dengan kekerasan, baik secara verbal maupun secara fisik sebagai ungkapan kekesalan atau hukuman terhadap anak sehingga anak mengalami luka batin yang sulit untuk disembuhkan. Dan hal itu terbawa hingga dewasa ketika menjadi orang tua nanti. Di mana luka pengasuhan itu ibarat bom waktu yang bisa meledak sewaktu-waktu jika ada sesuatu yang memicunya.

Kerap kali orang tua melampiaskan amarahnya terhadap anak saat ia melakukan kesalahan, atau pada saat berada dalam kondisi tertentu yang membuat orang tua tertekan. Ia akan memperlakukan anaknya tersebut sama seperti orang tuanya memperlakukannya ketika dalam pengasuhan orang tuanya dahulu. Reaksi tersebut bisa berupa bentakan, teriakan, caci maki atau biasa disebut kekerasan verbal, bahkan berupa tamparan, pukulan, atau biasa disebut kekerasan fisik. 

Lantas, apakah cara itu bisa menyelesaikan masalah? Tentu saja tidak. Justru akan memperpanjang rantai luka pengasuhan. Dan si anak tersebut juga akan menerapkan pola asuh yang salah juga terhadap anaknya kelak di masa yang akan datang. Wah, ngeri sekali bukan? Lalu bagaimana cara terbaik agar kita bisa mendidik anak tanpa adanya luka pengasuhan? Berikut akan penulis paparkan beberapa solusinya.

Memutus Rantai Luka Pengasuhan

Hal yang pertama harus orang tua lakukan adalah dengan memutus rantai luka pengasuhan. Berusahalah menyadari bahwa luka pengasuhan yang dia dapatkan adalah hasil dari pola asuh orang tua yang salah. Hal itu mungkin dikarenakan orang tuanya terdahulu tidak tahu cara mengasuh anak dengan baik dan benar, sehingga menerapkan kekerasan untuk mendisiplinkan anak dan dianggap cara yang paling manjur. Namun, yang harus disadari oleh orang tua masa kini bahwa hal itu tidak dapat diterapkan untuk masa sekarang saat dirinya menjadi orang tua. 

Rasulullah pun juga bersabda tentang hal ini, “Ajarilah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup di zaman mereka bukan zamanmu. Sesungguhnya mereka diciptakan untuk zamannya, sedangkan kalian diciptakan untuk zaman kalian”. Begitu relevan sabda Rasulullah tersebut untuk diterapkan oleh setiap orang tua.

Seiring perkembangan arus informasi, era digital saat ini sangat memengaruhi perkembangan anak. Berbeda dengan anak zaman dahulu sebelum era digital yang cenderung penurut dan lebih takut pada orang tua. Karena pengetahuan dan informasi yang mereka terima masih terbatas. Lain dengan anak zaman sekarang, mereka lebih mudah mengakses segala informasi dari berbagai penjuru dunia. Mereka lebih kritis dan agresif. Bahkan mereka berani membantah orang tua ketika bersimpangan pendapat dan pemikiran.

Untuk itu, sebagai orang tua harus pandai-pandai menyikapi dan memperluas ilmu tentang parenting untuk mendukungnya agar tidak salah dalam mengasuh dan mendidik anak. Selain itu juga dibutuhkan kesabaran yang tinggi.

Berkomitmen untuk Menghentikan Aksi Kekerasan terhadap Anak

Langkah selanjutnya adalah orang tua harus berkomitmen untuk menghentikan aksi kekerasan dalam mendidik anak-anaknya jika sudah terlanjur melakukannya. Sadarilah bahwa kekerasan bukanlah cara yang baik untuk menyelesaikan masalah. Sebaliknya orang tua harus menerapkan pola asuh yang baik dengan penuh kasih sayang. Orang tua tidak hanya memberi contoh kebaikan, tetapi juga menjadi contoh yang baik bagi anak-anaknya. Sebab seorang anak adalah peniru yang ulung. Ia akan mudah meniru apa yang dia lihat dan didengar dari kedua orang tuanya.

Seorang anak itu ibarat ruang kosong yang dapat menggaungkan suara yang masuk. Sebagai contoh, ketika kita memanggil anak dengan teriakan yang keras, maka si anak akan menjawabnya dengan teriakan yang keras pula. Sebaliknya, jika kita memanggil dengan suara yang lembut maka si anak akan menjawabnya dengan lembut pula. Jadi,alangkah lebih baiknya jika kita memperlakukan anak-anak kita dengan kelembutan dan kasih sayang. Isilah ruang kosong di hatinya dengan hal yang baik, sehingga akan menumbuhkan kepribadian yang baik pula.

Sekalipun anak kita melakukan sebuah kesalahan, selesaikan dengan cara yang baik dan berkomunikasilah dari hati ke hati. Insyaallah cukup efektif untuk membuka hati sang anak. Dengan begitu anak akan mengakui dan bertanggung jawab atas kesalahannya. Sebaliknya jika kita memperlakukan anak dengan kekerasan hanya akan membuat luka di dalam hatinya. Anak akan merasa jengkel dan merasa enggan untuk mengakui kesalahannya, menjadi putus asa, dan cenderung memberontak sehingga tidak bisa bertanggung jawab atas kesalahannya tersebut. 

Pahami Kebutuhan Emosional Anak

Untuk mendidik anak tanpa luka pengasuhan, penting untuk memahami kebutuhan emosional mereka. Berikan perhatian, cinta, dan dukungan tanpa syarat untuk membantu mereka merasa aman dan dicintai. Berilah pujian dan apresiasi setiap anak melakukan kebaikan. Bukan hanya menegur ketika anak berbuat salah. Komunikasi terbuka menjadi kunci untuk memahami perasaan anak. Sering-seringlah berinteraksi dengan anak dengan mengobrol ataupun bercanda dengan anak. Dekatlah dengan mereka seperti sahabat. Di mana sahabat itu saling menjaga, saling memahami bukan saling menyakiti. Sehingga akan terjalin hubungan yang harmonis antara orang tua dan anak.

Memperluas Kesabaran

Mendidik anak memang menuntut kesabaran yang tinggi bagi para orang tua. Bentuk kesabaran itu bisa diwujudkan dalam beberapa hal, yaitu sebagai berikut:

1. Sabar dalam belajar untuk bekal mendidik anak.

Dalam hal ini orang tua harus berusaha meng-upgrade dirinya dengan ilmu tentang parenting, baik ilmu parentingmodern maupun yang islami. Tanpa ilmu kita tidak akan mampu mendidik anak dengan baik dan benar. Tidak ada batasan waktu untuk belajar menjadi orang tua yang baik bagi anak-anaknya.

2. Sabar mengajarkan kebaikan.

Sebagai orang tua kita harus bersabar dalam mengajarkan kebaikan kepada anaknya. Memang bukanlah hal yang mudah, tapi kebaikan yang kita ajarkan secara kontinu akan membuahkan hasil yang baik. Dalam hal ini orang tua bisa menjadi teladan kebaikan bagi anak-anaknya secara langsung.

3. Sabar dalam menasihati dalam hal kebaikan dan menjauhi larangan.

Wajib hukumnya bagi orang tua untuk menasihati anak dalam hal kebaikan seperti menolong sesama, peduli dengan lingkungan dan sebagainya. Selain itu juga menasihatinya untuk menjauhi larangan-Nya, seperti berbohong, berzina, meninggalkan salat dan sebagainya.

4. Sabar mengajarkan anak untuk beribadah.

Mengajarkan ibadah kepada anak sudah pasti menjadi salah satu kewajiban orang tua. Bahkan sejak masih dalam kandungan, harus melibatkan janin ketika hendak beribadah, seperti membacakan Al-Qur'an, atau mengerjakan salat. Sebab janin pun bisa meresponsnya melalui pendengarannya. Selanjutnya anak harus sudah salat di usia 7 tahun dan jika sampai usia 10 tahun salatnya masih sering absen maka orang tua harus tegas. 

5. Sabar dalam membentuk akhlak dan memperbaiki adab anak. 

Pendidikan yang paling utama dan terbaik dari orang tua kepada anak-anaknya adalah tata krama atau akhlak yang baik. Jadi, pendidikan tata krama untuk anak juga harus diberikan sedini mungkin. Bukan saat anak sudah beranjak balig, namun justru ketika usia balita. Sebab pada usia ini otak balita sedang mengalami perkembangan yang pesat, sehingga lebih mudah untuk menyerap berbagai informasi. Ketika anak sudah lahir, biasakan melakukan sesuatu dengan adab yang baik sesuai dengan syariat. 

6. Sabar dalam menghadapi kenakalan anak dengan meredam emosi.

Sebagai orang tua yang baik, jangan mudah memarahi anak. Memarahi anak dengan intensitas cukup sering dapat berdampak pada emosional, psikis, dan karakter anak. Anak jadi lebih introvert dan cuek terhadap lingkungan sehingga sulit untuk mengembangkan diri. Di samping itu, sering memarahi anak akan membuat anak kehilangan rasa percaya diri, merasa minder padahal sebenarnya setiap anak mempunyai potensi yang luar biasa untuk dikembangkan. Jika di usia anak yang menginjak remaja dan terus-menerus mendapat perlakuan kasar dari orang tua, maka bersiaplah memiliki anak yang pemberontak. Jadi, jangan kaget bila saat orang tua membentak mereka akan dibalas dengan suara yang lebih tinggi.

Alangkah indahnya sebuah keluarga yang bebas dari kekerasan. Yang ada hanyalah kasih sayang dari orang tua yang membuat anak merasa dicintai. Sebaliknya sang anak juga akan mencintai kedua orang tuanya. Jika kita mampu bersabar dalam hal tersebut di atas, itu menunjukkan bahwa kita telah melaksanakan amanah terhadap anak dan insyaallah kita akan menerima hasilnya baik di dunia maupun di akhirat. 

So, didiklah mereka dengan penuh kasih sayang agar mereka bisa berkembang sesuai dengan potensinya masing-masing. Mereka adalah aset terbaik bagi kita baik di dunia dan akhirat. Jika kita mendidiknya dengan baik dan benar maka merekalah yang akan membawa kita menuju ke surga.

Wallahu a'lam bishawab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Dewi Irawati Artati Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Manusia Sepertiga Malam
Next
Cobaan dan Kemuliaan
5 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

10 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Noname
Noname
12 days ago

Masya Allah saya belum bisa sabar dalm mendidik ank, dulu sebelum ada adeknya anak saya masih mau mendengar dan nurut tp setelah lahir adeknya,, masya Allah semakin aktif danlincah, dan setiap di arahkan masya allah yg dsueuh apa dan yg si lakuin apa, kadang jujur saya sering tersulut emosi, mungkin karena saya setrees menjaga nak yg masih kecil seorg diri dan entah kenapa anak saya asal masuk rumah kaya entahlah pasti ada aja yg bikin emosi, misal kl di auruh pipis bukan buru2 ke toilet malah muter mutet lari lari padahal udh terlihat mengagin Anunya saking udh kebeletnya... dan finally lari tp udah basah kecelana, kadang poo juga gitu... sering poo si celanan padahal dari usia 2 tahun dia udh mandiri pipis poo sllke toilet, jujur hanya karwna nyuruh pipis aja bisa bikin emosi meledak, karena di suruh ketoilet sampe 12345 masih tak di hiraukan...

Apa luka dlam pengasuhan ini masih bisa disembuhkan

Dyah Rini
Dyah Rini
9 months ago

Barakallah keren naskahnya Mbak. Semoga sebagai ibu kita bisa mendidik anak-anak dengan kesabaran. Dan semoga kita diberi kemudahan membentuk mereka menjadi generasi pencetak peradaban cemerlang.

Wd Mila
Wd Mila
9 months ago

Hadirnya anak membuat kita sebagai orangtua terus belajar untuk menjadi ibu yang terbaik baginya, salah satunya belajar selalu sabar..

Bedoon Essem
Bedoon Essem
9 months ago

MasyaAllah..sabarkan kami selalu dalam mendidik buah hati yaa Rabb..

Isty Da'iyah
Isty Da'iyah
9 months ago

MasyaAllah.....luka pengasuhan akan sembuh dengan kata maaf yang tulus, jika hubungan keduanya atas dasar keimanan.

Sartinah
Sartinah
9 months ago

Masyaallah, lengkap dan sempurnanya tuntunan Islam ya dalam mendidik anak, agar tak terluka.

Atien
Atien
9 months ago

Masyaallah. Mendidik anak dengan kasih sayang dan cinta menjadi kunci bagi orang tua agar anak tidak menderita luka batin karena salah pengasuhan.
Barakallah mba @Dewi. Naskaknya menambah pengetahuan untuk kita semua

Novianti
Novianti
9 months ago

Sabarnya ibu harus berlipat terutama karena stressor dari luar kuat banget. Semoga sistem segera berganti dengan sistem Islam agar tak ada lagi anak mengalami luka pengasuhan

Maftucha
Maftucha
9 months ago

Perhatian, cinta, dan dukungan tanpa syarat. Ini syulit.. semoga saya bisa mempraktekkan ya mbak,, jazakillah

Dewi Irawati
Dewi Irawati
Reply to  Maftucha
9 months ago

Masyaallah, pelan-pelan mbak...semua pasti bisa kita praktekkan dengan komitmen yang kuat. Semangat membersamai buah hati dengan penuh cinta...
Waiyyaki

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram