Keberadaan PBB apabila dilihat dari sisi tujuan pendirian, fungsi, dan berbagai tujuan kemanusiaan tampak indah, tetapi itu semua hanya di atas kertas
Oleh. Heni Rohmawati, S.E.I.
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Untuk ke sekian kalinya, Amerika Serikat (AS) memveto keputusan Dewan Keamanan (DK) PBB yang mendesak segera dilakukan gencatan senjata dan mengakhiri pertumpahan darah di Gaza. Resolusi ini disponsori hampir 100 negara dan didukung oleh 13 negara anggota (Republika.com, 9/12/2023). Rancangan resolusi ini diinisiasi dalam rangka menghentikan peperangan yang telah berlangsung selama 2 bulan berturut-turut. Sekretaris Jenderal PBB Antonio Gutteres menyerukan gencatan senjata karena menurutnya tidak ada operasi kemanusiaan yang berarti di Gaza.
Namun harapan terjadinya gencatan senjata itu kandas, tatkala Amerika membatalkannya. Mohamed Abushahab yang mewakili Uni Emirat Arab (UEA) menyesalkan kegagalan dewan keamanan tersebut yang tidak mampu menghentikan penderitaan yang ada di Gaza. Meski demikian, UEA dan berbagai pihak di PBB akan terus menyerukan gencatan senjata melalui resolusi-resolusi yang diharapkan seluruh pihak mendukung gencatan senjata termasuk Amerika Serikat.
Hanya Mimpi
Banyak pihak berharap DK PBB akan mampu menyelesaikan pertumpahan darah yang terjadi di Gaza. Walaupun fakta menunjukkan berbagai resolusi tak pernah mampu mengakhiri apa yang terjadi di Gaza, Palestina. Resolusi hanya resolusi. Belum pernah secara riil menjadi solusi yang benar-benar menyolusi permasalahan di Palestina. Karena solusi yang ditawarkan tak pernah menyentuh akar permasalahan. Juga tak sampai pada tahap eksekusi di medan pertempuran. Sehingga, walaupun mayoritas negara anggota DK PBB ini satu suara, tidak demikian dengan Amerika.
Tak Lepas dari Sejarahnya
Bicara resolusi PBB tak akan lepas dari sejarah berdirinya PBB ini. Lembaga keamanan yang disebut polisi dunia ini ternyata memiliki sejarah yang akan menentukan warna dalam kebijakan setiap keputusannya. Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa berfungsi menjaga perdamaian dunia. PBB ini terbentuk pasca Perang Dunia 2 di mana sebelumnya ada Liga Bangsa-Bangsa (LBB) yang tak mampu mengendalikan situasi dunia dengan munculnya Perang Dunia 2. Akhirnya LBB disebut lembaga gagal dan kemudian perannya diganti oleh PBB hingga kini.
Menakar Kemampuan PBB
Dunia membanggakan PBB dan sekaligus mengandalkannya atas kemampuannya menjaga keamanan dunia. Namun, benarkah realitasnya? Dalam kasus pendudukan Israel di Palestina, setidaknya sudah ada 33 lebih resolusi PBB yang tak diindahkan oleh Israel. Tidakkah itu membuktikan bahwa Israel tak mau tunduk dengan resolusi PBB? Hal ini menunjukkan bahwa PBB selalu gagal dalam menyuarakan perdamaian di Palestina.
Tak hanya itu saja, pada perang Afganistan, Suriah, Yaman di mana polisi dunia ini? Hingga ribuan bahkan jutaan korban jiwa berjatuhan. Jika demikian keadaannya, apakah masyarakat dunia bisa mempercayainya sebagai penjaga keamanan dunia?
Kelemahan PBB
Sungguh keberadaan PBB apabila dilihat dari sisi tujuan pendirian, fungsi, dan berbagai tujuan kemanusiaan tampak indah, tetapi itu hanya di atas kertas alias formalitas belaka. Pada faktanya lembaga ini nyaris tak mampu memberikan solusi riil terhadap situasi dunia yang terjadi. Tak berlebihan jika ada pihak yang menyebutnya sebagai macan ompong. Bertubuh besar dan kekar, tetapi tak memiliki kekuatan. Sehingga perdamaian hingga kini masih menjadi jargon belaka.
PBB sendiri didirikan oleh lima negara yaitu, Amerika Serikat, Prancis, Cina, Uni Soviet, dan Inggris. Lima negara tersebutlah yang menjadi anggota tetap DK PBB. Merekalah yang mempunyai hak veto yaitu hak untuk membatalkan keputusan atau resolusi. Karena itu merekalah yang mengendalikan arah pergerakan PBB.
Dampak Hak Veto
Kelima negara pemegang hak veto adalah negara pemenang Perang Dunia 2, para pendiri dan penggagas PBB. Negara pemegang hak veto ini akan menggunakan hak istimewa sesuai kepentingannya. Seperti AS yang telah menggunakan hak vetonya lebih dari 84 kali dari tahun 1964. Sedangkan Rusia telah menggunakan hak vetonya setidaknya 124 kali.
Lalu di mana letak kekuatannya untuk menjaga keamanan dunia terhadap kelima negara ini?
Maka dari itu, tak heran jika DK PBB panen kritikan dan dihujat habis-habisan karena tak mampu menghentikan agresi Israel. Mereka tak berkutik di depan Amerika Serikat dan tidak bisa menjalankan mandatnya sebagai pihak yang menjaga perdamaian dunia.
Dengan demikian tak berlebihan jika berharap DK PBB menyelesaikan konflik di Palestina bak mimpi di siang bolong. Karena PBB tak memiliki kapasitas menjadi penjaga perdamaian dunia. Sampai di sini menjadi sangat gamblang mengapa banyak pihak mengkritik tajam PBB. Ibarat pepatah "bagaikan pungguk merindukan bulan."
Menyongsong kemenangan Islam, tentu umat harus menggunakan strategi yang telah dijelaskan dalam Islam. Agenda umat harus tegas dan tak disponsori oleh kepentingan asing penjajah. Kemenangan Islam hanya akan diraih dengan segenap perjuangan umat dalam merealisasikan mabda Islam. Tidak tercampuri agenda musuhnya.
Merealisasikan fikrah dan metode Islam dalam menerapkan syariat-Nya. Sungguh umat harus bersatu dalam memberikan perjuangan terbaiknya agar layak mendapatkan pertolongan Allah Swt. Dan dengan itu atas izin Allah akan mampu membebaskan bumi Palestina dari tangan kotor penjajah.
Allah telah berjanji, kemenangan umat Islam akan diperoleh sebagaimana kemenangan-kemenangan yang telah diberikan kepada pendahulu mereka. Di dalam surah An-Nur ayat 55 Allah menyatakan, "Allah telah berjanji kepada orang-orang di antara kalian yang beriman dan beramal saleh bahwa Dia benar-benar akan menjadikan mereka berkuasa di bumi. Sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa,..."
Wallahu a'lam bishawab.[]
Betul, PBB sangat tidak bisa diharapkan untuk menjadi juru damai dunia. Lihat saja siapa yang membentuk, dan siapa-siapa yang ada di dalamnya.
Percuma umat Islam berharap pada PBB karena mereka sekawanan