Rantai Kebaikan

Rantai Kebaikan

Siapa sangka, wasilah saya ikut challenge dan menang, ada orang lain yang juga ikut senang karena token listrik mereka tidak kembali berbunyi nyaring.

Oleh. Aniyatul Ain
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Sebelumnya, saya mohon izin membagikan pengalaman ini. Pada tahun lalu, saya mengikuti challenge milad kedua NarasiPost.Com. Challenge itu bukan challenge pertama yang saya ikuti. Saya pernah mengikuti challenge sebelumnya yang bertema Valentine dan naskah saya menyabet juara keempat saat itu. Siapa sangka? Saya malah menjadi juara pertama pada rubrik opini di event Challenge Milad Kedua NarasiPost.Com yang diselenggarakan pada tanggal 15 September-15 Oktober 2022. Saya mengambil judul “Ikigai dan Muruah Sebuah Misi”. Ternyata, naskah saya dilirik oleh juri.

Saat itu saya tidak menduga, juri memenangkan naskah saya. Padahal, Mom Andrea selaku Pemred menginfokan bahwa naskah yang masuk ke meja juri membludak! Diinfokan naskahnya membludak saja, saya malah insecure. Mental saya langsung ciut. Tak pernah terpikir akan menjadi juara. Karena tahu, di NP penilaian juri super ketat. Challenge NP jurinya dikenal killer! Begitulah saya, dengan karakter dominan yang pemalu, kurang percaya diri, sensitif, takut sama orang, mudah cemas, dan sederet kekurangan diri, belum apa-apa sudah merasa “kalah perang” duluan. Entahlah, mungkin inner child-ku belum beres dan terbawa sampai dewasa.

Kena Omel Ratu Prank

Saya yang mudah cemas dan kurang percaya diri ini tiba-tiba ditelepon Mom Andrea di pagi hari. Jujur, kaget bukan main! Di saat jam-jam genting kesibukan di pagi hari, menyiapkan tiga anak sekolah dasar berangkat sekolah, menyiapkan suami juga mau berangkat ke sekolah, semua bak bik buk harus dikerjakan dengan waktu yang terbatas.

Saat itu telepon WA berdering tanpa nama. Nomor telepon belum tersimpan di memori HP. Telepon terus berdering dengan nomor berawalan +61. Awalnya, saya pikir yang menelepon adalah teman yang tinggal di Sydney dan mau beli properti syariah di Bandung. Karena sebelumnya, temanku yang sedang study S3 di Sydney itu juga menelepon di pagi hari dan tertarik dengan iklan saya yang menjual properti bebas riba di media sosial Facebook. Tetapi, kali ini saya keliru ketika saya angkat teleponnya, di seberang sana menyapa dengan suara lembut nan parau yang menjadi ciri khasnya. “Assalamualaikum”, ucapnya.

Karena cukup mengenali suara ini, maka saya membalas salamnya “Waalaikumussalam.” jawab saya singkat. Perasaan saya saat itu campur aduk, antara kaget dan takut. Mom kembali membuka percakapan, “Apa benar ini dengan Aniyatul Ain?” tanyanya. 

“Benar.” jawab saya singkat.

Tanpa basa-basi, Mom Andrea mulai mengomeli saya. “Begini Mbak Ani, eh saya panggil apa ini? Mbak Aniyatul atau apa?” Mom kembali membuka percakapan. 

“Panggil Ani juga boleh Mom. Hehehe ...” jawab saya cengengesan, padahal takut dan grogi ditelepon Pemred media dakwah ideologis. 

“Oke begini Mbak Ani,” Mom Andrea kembali ke topik yang ingin dibicarakan. “Mbak sudah kirim naskah challenge ya ke kami dan tim juri sudah melakukan penilaian, nilai Mbak Ani itu jeblok! EYD banyak yang salah. Lead naskah opini yang Mbak Ani buat itu apa ya, kurang nendang!” Papar Mom Andrea tegas. 

Deg. 

Hati saya yang sensitif ini tiba-tiba menjadi kisut mendengar paparan Mom Andrea yang to the point.
Sambil menyeka keringat yang menderas di dahi, saya berbisik dalam hati, “Mimpi apa ya semalam? Pagi-pagi sudah kena omel orang. Orangnya jauh lagi lintas benua.” Saya terkekeh dalam hati. 

Mom Andrea melanjutkan pembicaraan. “Mbak Ani harus tahu, di NP itu menulis tidak boleh sembarangan. Kami tim juri sangat awas dalam memeriksa naskah peserta challenge. Mbak Ani harus mencontoh Mbak Sartinah. Dia sempurna nilai naskahnya. Tidak ada kesalahan sedikitpun. Dia memperoleh nilai 100!” Mom Andrea menjelaskan dengan menggebu-gebu. 

Saya berdecak kagum dengan prestasi Mbak Sartinah yang dipuji-puji Mom Andrea. “Ya, Mom. Mohon maaf kalau naskah saya banyak kurangnya.” jawab saya lemas. Saya berusaha menata hati dan menenangkan diri, agar terbiasa berkomunikasi dengan Mom Andrea yang melekat budaya western-nya, berbicara apa adanya. Tidak seperti orang Timur, banyak “unggah-ungguhnya”.

Setelah mental saya dibanting, nyatanya Mom Andrea tidak membiarkan saya tiarap meratapi kesalahan penulisan di event Challenge Milad Kedua NP saat itu. Mom Andrea membangkitkan saya, mengajari, membimbing, memberi contoh naskah opini seharusnya seperti apa yang diinginkan oleh kriteria juri. Saya mengiyakan semua penjelasan dari Mom Andrea dan saya menerima semua masukan darinya. Walaupun awalnya merasa syok dan tertabok! Hehehe...

Tiba giliran pengumuman challenge. Saya hanya mengernyitkan dahi melihat nama saya tertulis sebagai juara pertama pada rubrik opini. “Astagfirullah...!!!” Refleks mulut saya agak berteriak. 

Ternyata omelan Mom Andrea di pagi hari itu, juga permintaan tolong Mom untuk dibelikan cincin emas, di mana Mom bilang cincin itu titipan untuk seseorang, ternyata hanya prank. Cincin emas itu ternyata untuk saya sendiri. Omelan Mom Andrea waktu itu juga ternyata untuk menguji mental saya saja. Hahaha...

Saya memang suka mendengar, kalau Pemred NP itu suka prank ke para penulis ideologis. Tetapi, keluguan sayalah yang membuat saya tidak sadar menjadi korban prank Mom Andrea selanjutnya. Thank you banget loh Mom, pagi-pagi sudah bikin sport jantung waktu itu.

Rantai Kebaikan

Ketika iman dan Islam sudah terkristal dalam diri seseorang, maka pola sikapnya kadang dianggap tidak masuk nalar. Tidak masuk nalar di sini tentu dalam persepsi kebanyakan orang (mayoritas masyarakat). Lihatlah dulu para sahabat, ketika iman sudah mulai bersemayam dalam dada, Mush’ab bin Umair rela meninggalkan kehidupan dunia yang serba glamour dan memilih hidup bersahaja dan berjuang bersama Rasululllah saw. hingga syahid menjemputnya. Lihatlah Abu Dzar Al-Ghifari, ketika menyeru masyarakat Makkah jahiliah agar beriman kepada Allah dan Rasul-Nya di tengah Ka’bah, masyarakat Makkah seketika langsung mengeroyok Abu Dzar hingga babak belur tetapi Abu Dzar tidak kapok, malah mengulanginya lagi dan lagi. Hakikat manisnya iman inilah yang tidak dipahami oleh banyak orang kecuali iman itu sudah terpatri dalam hati dan hanya pribadi yang bersangkutan yang bisa merasakan manisnya iman. 

Begitupun saya melihat “orang pilihan” saat ini. Di tengah gempuran kehidupan serba materialistik, denyut nadi kehidupan mereka tidak jauh dari sekadar persoalan uang dan menambah income. Seolah uang adalah segalanya. Justru saya melihat “orang pilihan” ini malah mau berkorban dengan tenaganya, hartanya, pikirannya bahkan nyawanya untuk membela Islam. Tentu semua pengorbanan ini dinilai sebagai sesuatu yang tidak masuk akal di sistem kapitalisme saat ini. Semoga “Orang pilihan” itu di antaranya adalah Pemimpin Redaksi media dakwah ideologis, yakni Mom Andrea.

Mom Andrea bukan hanya seorang ibu tapi beliau perempuan yang berdedikasi untuk kebangkitan umat. Mom mendirikan media dakwah NarasiPost.Com sebagai wasilah terbentuknya opini umum di tengah-tengah masyarakat. Tentu kocek yang dikeluarkan untuk membuat dan membesarkan media dakwah ini tidaklah sedikit. Belum lagi tantangan para hater yang menghalang-halangi dakwah Islam, ancaman, teror, intimidasi, dll. sudah Mom rasakan ketika mengambil keputusan untuk terjun di medan dakwah media ini. Terima kasih ya Mom sudah menjadi rantai kebaikan untuk umat manusia (khususnya umat Islam) dan agama ini. Semoga apa yang Mom Andrea curahkan untuk Islam, itu semua menjadi investasi akhirat yang sangat tinggi nilai ROInya (Return of Investment).

Disadari atau tidak, Mom Andrea pun pernah menjadi rantai kebaikan di tengah keluarga saya melalui wasilah event challenge yang saya ikuti tahun lalu. Ketika saya menyabet juara pertama pada challenge milad NP kedua, keesokan harinya cincin emas yang Mom hadiahkan untuk saya, langsung saya jual kembali. Uang hasil penjualannya saya berikan ke anggota keluarga yang membutuhkan. Ucapan terima kasih dari anggota keluarga saya, juga untaian doa-doa mereka, sejatinya itu pun mengalir juga untuk Mom Andrea sekeluarga. Karena rantai kebaikan bermula dari sana. Siapa sangka, wasilah saya ikut challenge dan menang, ada orang lain yang juga ikut senang karena token listrik mereka tidak kembali berbunyi nyaring. Siapa sangka dengan saya ikut challenge kemarin dan menang, ada senyum anak-anak yang riang karena bisa makan dan punya uang jajan. Semoga ini bukan terkategori riya. Saya hanya mencoba mendeskripsikan rantai kebaikan yang terus terulur dan menjulur selepas mengikuti challenge di NP.

Seuntai Doa dan Maaf

Sebagai penutup, saya hanya bisa mendoakan Mom Andrea selaku pemimpin redaksi NP agar senantiasa Allah jaga keikhlasan hatinya, disehatkan badannya, dimudahkan segala urusannya, ditambah dan diluaskan rezekinya yang penuh berkah, juga senantiasa dilindungi oleh Allah Swt.  Di mana pun ia berada. Juga untuk tim redaksi NP yang sudah turut membesarkan media dakwah ideologis ini, semoga Allah balas semua kebaikannya dengan surga.

Saya pribadi memohon maaf jika saya termasuk kontributor yang jarang bahkan selalu absen setor tulisan di NP. Kekurangan saya dalam menulis, meramu dan merangkai kata tidak bisa dalam waktu singkat. Lelet dalam menulis mungkin itu alasan saya jarang mengirim karya ke NP. Semoga alasan saya termaafkan oleh Mom Andrea dan tim redaksi. Semoga dengan adanya challenge ini kecepatan menulis saya semakin membaik. Selamat ya Mom dan NP sudah menjadi rantai kebaikan semua orang. Barakallah. []

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasIPost.Com
Aniyatul Ain Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Terpeleset di Jalan Dakwah
Next
Makna Tersirat dari Challenge NarasiPost
5 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

16 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Wd Mila
Wd Mila
9 months ago

Hehehe.. baca naskah Mba Ani sy tertawa sendiri, mengingat kembali kenangan saya yang diprank Mom juga saat itu..

Mimy Muthmainnah
Mimy Muthmainnah
9 months ago

Masyaallah tabarakallah prank yang membahagia ya mbak..untung jantungnga enggak copot hehehe, Eh malah entuk cincin yach.

Bedoon Essem
Bedoon Essem
9 months ago

MasyaAllah tabarakallah mb Ani..storynya penuh dag dig dug bersama NP

Wiwik Hayaali
Wiwik Hayaali
9 months ago

Baraakallah Mbak Ani, saya ikut bahagia membaca kisah njenengan. Saya pun ikut merasakan rantai kebaikan itu.

MasyaAllah, sehat selalu Bu Andrea, sehat selalu Mbak Ani ❤️

Dyah Rini
Dyah Rini
9 months ago

Barakallah Mbak Ani. Naskah storynya keren. Senang ya Mbak pernah menjadi juara challenge NP, walau harus kena prank dulu he he.Hadiahnya pun luar biasa, membawa kebaikan untuk keluarga. Bisakah diriku mengikuti jejakmu ya? Berkhayal kali.

Aniyatul Ain
Aniyatul Ain
Reply to  Dyah Rini
9 months ago

Alhamdulillah maaih belajar mba... bisa mba. Bisa. InsyaAllah bisa. Sy aja gak nyangka menang haha

Atien
Atien
9 months ago

Masyaallah. Episode prank dengan ending yang indah. Barakallah mba @Aniyatul,

Aniyatul Ain
Aniyatul Ain
Reply to  Atien
9 months ago

Iya mba. Siap2 kena prank pemred ya mba

Dewi Kusuma
Dewi Kusuma
9 months ago

Masyaallah keren meskipun kena prank namun berbuah manis

Aniyatul Ain
Aniyatul Ain
Reply to  Dewi Kusuma
9 months ago

MasyaAllah bunda, semoga semua yang beriman, apapun yg dilakukan berbuah manis

Haifa
Haifa
9 months ago

Masyaallah, jadi rantai kebaikan ya, Mba. Milik saya karena saking emannya (terlalu sayang), saya simpan. Sesekali saya pandangi sbg penyemangat.

Aniyatul Ain
Aniyatul Ain
Reply to  Haifa
9 months ago

Waah iya mba gak apa2. Sering2 dilirik biar semangat terus hihi

Yuli Juharini
Yuli Juharini
9 months ago

MasyaAllah, keren nih tulisan.
Semoga kebaikan Mom Andrea akan berbuah pahala jariyah yg akan mengalir terus menerus tanpa henti. Aamiin.

Aniyatul Ain
Aniyatul Ain
Reply to  Yuli Juharini
9 months ago

Aamiin Yaa Rabb ... masih tshap belajar mba

Sartinah
Sartinah
9 months ago

Barakallah mbak, prank yang berbuah manis ya. Duh, Mom memuji saya, padahal saya juga kena prank.

Aniyatul Ain
Aniyatul Ain
Reply to  Sartinah
9 months ago

MasyaAllah, mba sartinah ini lo yang dipuji2 mom andrea ... perfect nilainya 100!! Congrats ya mba. Barokallah

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram