Sejatinya islamofobia tak hanya menjangkiti individu orang kafir saja, namun seakan tersistem rapi dalam benak negara-negara Eropa dan mereka yang mengaku penjunjung tinggi demokrasi.
Oleh. Aya Ummu Najwa
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Masyarakat muslim sedunia tentu tak akan pernah lupa, pada Sabtu, 21 Januari 2023, Rasmus Paludan, seorang pemimpin politik Denmark-Swedia melakukan aksi pembakaran Al-Qur'an di depan kedutaan besar Turki untuk Swedia. Aksi tersebut mengundang protes keras kaum muslim di seluruh dunia. Berbagai demonstrasi dan unjuk rasa pun digelar sebagai bentuk kecaman terhadap aksi Paludan, menuntutnya untuk bertanggung jawab, dan meminta pemerintah Swedia untuk segera menangkapnya.
Hampir satu tahun berlalu, aksi tersebut pun terlihat seolah membuahkan hasil. Pemerintah Denmark mengesahkan UU untuk melarang aksi pembakaran Al-Qur'an di depan publik. Hal ini sebagai tindak lanjut yang negara dilakukan oleh negara tersebut demi meredam ketegangan dengan negara-negara muslim yang terjadi akibat ulah Paludan (CNBC.com, 7/12/2023).
Berbagai Tuntutan Pengesahan UU
UU ini disahkan setelah dilakukan pemungutan suara dengan diawali perdebatan selama sekitar lima jam di parlemen negara tersebut. Hasilnya ada 94 anggota mendukung pengesahan UU tersebut, sementara 77 anggota menolaknya. Sanksi denda hingga hukuman kurungan dua tahun akan dikenakan bagi siapa saja pelanggar UU ini. Seperti yang diketahui, serangkaian protes publik terjadi selama tahun ini di Denmark dan Swedia sebagai imbas aksi aktivis anti-Islam membakar Al-Qur'an.
Mereka mendesak pemerintah negara-negara Nordik mengesahkan UU untuk melarang praktik tersebut. Denmark sendiri bukan satu-satunya negara yang akhirnya mengeluarkan UU pelarangan pembakaran Al-Qur'an. Ada delapan negara Eropa lainnya yang mengesahkan UU perladangan itu seperti Austria, Italia, Belgia, Polandia, Estonia, Finlandia, Jerman, dan Rumania.
Menteri Kehakiman Denmark, Peter Hummelgaard mengatakan, bahwa melindungi Denmark dan warganya melalui aturan hukum merupakan sesuatu yang penting. Tercatat, lebih dari 500 unjuk rasa terjadi yang mencakup pembakaran Al-Qur'an atau bendera Denmark telah tercatat sejak Juli hingga Desember.
Hampir seribu pengunjuk rasa telah memadati kedutaan Denmark di Zona Hijau di Bagdad pada akhir Juli mengikuti seruan ulama Syiah Irak Moqtada Sadr. Hal ini sebagai akibat aksi pembakaran dan penistaan Al-Qur'an di Denmark dan Swedia selama musim panas yang lalu sehingga memicu kemarahan sejumlah negara muslim. Karena khawatir akan keamanan dalam negeri tersebut, pemerintah Denmark akhirnya mulai menggodok RUU yang melarang pembakaran Al-Qur'an.
Islamofobia di Eropa
Islamofobia yang tak beralasan telah mengakar kuat pada negara-negara Barat serta negara-negara pembenci Islam lainnya. Bahkan, jika mereka berusaha menutupinya dengan membuat UU untuk mengelabui kita pun tetap tercium busuknya. Bagaimana tidak? UU pelarangan pembakaran Al-Qur'an yang disahkan di Swedia sejatinya hanya melarang pelecehan kitab suci umat Islam itu di ruang publik, sedangkan jika dilakukan di private area tak mengapa. Maka ini sesungguhnya bentuk dari penghinaan terhadap Islam itu sendiri.
Dan apa yang dilakukan oleh Rasmus Paludan dengan membakar Al-Qur'an adalah salah satu dari sikap islamofobia yang diidapnya. Bahkan Paludan sendiri tak hanya sekali melakukan aksi yang menyakiti umat Islam itu, namun telah berkali-kali, ia masih bebas, bahkan dilindungi.
Tercatat di tahun 2019, ia membakar Al-Qur'an yang dibungkus dengan daging babi. Kemudian membakar Al-Qur'an pada September 2020, di Malmo, Swedia. Selanjutnya dengan dilindungi oleh aparat kepolisian, ia melancarkan aksinya pada April 2022 di Linkoping, Swedia. Dan yang terkini ia melakukannya di Stockholm, Sabtu, 21Januari 2023. Ia, dengan dalih kebebasan berekspresi kembali melakukan pelecehan terhadap Al-Qur'an.
Sejatinya islamofobia tak hanya menjangkiti individu orang kafir saja, namun seakan tersistem rapi dalam benak negara-negara Eropa dan mereka yang mengaku penjunjung tinggi demokrasi. Di antaranya:
1.Prancis
Pada tahun 2011 di bawah kepemimpinan Nicolas Sarkozy saat itu, ia menyerukan sebuah larangan penggunaan nikab bagi muslimah. Dengan narasi bahwa perempuan yang menggunakan nikab tidak diterima di Prancis, pelarangan itu dikembangkan menjadi sebuah hukum yang jika dilanggar, maka akan didenda sebesar 150 euro atau Rp2,4 juta. Sehingga pada tahun 2020 terdapat sekitar 235 serangan yang ditujukan kepada warga muslim di Prancis.
2. Jerman
Dalam sebuah survei, hampir 44% orang Jerman berpendapat bahwa organisasi muslim harus dipantau oleh badan keamanan negara. Sedangkan hanya 16% yang menentang tindakan tersebut. Sikap anti-Islam sangat umum terjadi di negara tersebut, bahkan muncul satu gerakan anti-Islam pegiat Neo-Nazi yang sangat membenci imigran muslim. Mereka, bahkan setiap pekan melakukan parade Pegida untuk menolak islamisasi peradaban Barat.
3. Swedia
Aksi pembakaran Al-Qur'an oleh Paludan di kota Malmo seakan menjungkirbalikkan opini umum dunia tentang keramahan Swedia terhadap Islam dan kaum muslim. Dan aksi tersebut terus berulang-ulang sehingga menjadikan Swedia salah satu negara Eropa yang terjangkiti virus islamofobia paling akut seperti negara-negara lain.
4. Norwegia
Norwegia terkenal dengan islamofobianya yang paling kuat. Bahkan, penistaan agama Islam dan pelecehan terhadap Rasulullah sering terjadi di negara itu. Ketua Stop Islamization of Norway pernah menyebutkan bahwa Norwegia benar-benar menolak Islam dan seluruh Al-Qur'an harus dihancurkan. Begitu kuatnya islamofobia di negara itu hingga aksi diskriminasi terhadap muslim sangatlah memprihatinkan. Hal ini diungkap oleh para peneliti di Institut Penelitian Sosial Norwegia dalam sebuah studi, bahwa para pelamar kerja dengan nama Pakistan atau nama muslim menerima lebih sedikit panggilan kerja sekitar 25% daripada penduduk asli Norwegia.
5. Republik Ceko
Di negara Ceko, ada seorang warga keturunan Jepang yaitu Tomio Okamura yang senantiasa memprovokasi masyarakat untuk membenci Islam dan kaum muslim. Aksinya tak cukup dengan menuliskan catatan-catatan yang mengajak warga untuk mengusir kaum muslim dari Ceko, akan tetapi sampai melepaskan hewan-hewan yang dianggap najis oleh umat Islam, sepeti babi dan anjing, agar mengganggu dan memasuki masjid. Tak berhenti di situ, bahkan politikus Ceko tersebut mengajak warga untuk tidak berbelanja di toko-toko milik warga muslim. Ia berdalih bahwa dia telah mendapatkan dukungan para advokat sehingga tindakannya tak terhitung melanggar hukum.
6. India
Tak hanya negara-negara Eropa yang terjangkit islamofobia akut, negara India pun telah membiarkan bahkan mendiamkan islamofobia merebak sedemikian parahnya. Kita menyaksikan kaum muslim di India yang dipaksa pindah agama ke Hindu oleh organisasi Hindu militan. Aksi ini pun mendapat dukungan dari Partai Bharatiya Janata (BJP), yang notabene partai Perdana Menteri Narendra Modi berasal. Dilaporkan terdapat kasus 300 warga muslim dipaksa menjadi Hindu dan diberi kartu identitas baru pada 2014.
7. Kanada
Kita tentu masih ingat pada Juni 2021, di Kanada telah terjadi kecelakaan yang melibatkan sebuah kejahatan atas nama islamofobia. Keluarga itu ditabrak sebuah mobil hingga semua anggota keluarga yaitu ayah, ibu, nenek, dan anak remaja tewas dan satu anak lain berusia 9 tahun mengalami luka-luka. Serangan tersebut bukanlah satu-satunya. Aksi penyerangan terhadap kaum muslim, juga perusakan masjid, serta ancaman pembunuhan terhadap umat Islam marak terjadi di Kanada. Sikap antimuslim dan islamofobia telah mengakar cukup lama di Kanada, demikian ungkap Direktur Asosiasi Muslim Kanada, Rania Lawendy.
Untold History
Liberalisme yang tumbuh subur dalam negara demokrasi, dengan dalih kebebasan baik kebebasan berpendapat maupun berekspresi, serta sekularisme telah sangat menyakiti umat Islam sebenarnya adalah bentuk dari kebencian mereka terhadap Islam. Kebencian ini terus ditumbuhkembangkan karena mereka iri dan trauma dengan apa yang telah dicapai oleh umat Islam di masa lalu.
Mereka enggan dan malu mengakui bahwa dahulu ketika Islam jaya dengan kekhilafahannya yang meliputi 2/3 dunia selama 13 abad lamanya, Eropa berada di bawah bayang-bayangnya. Mereka merasa takut bahwa Islam akan bangkit dan memimpin dunia kembali. Selain itu, mereka juga merasa khawatir jika umat Islam menyadari akan landasan agamanya, dengan kembali menjadikan Al-Qur'an dan sunah sebagai fondasi kehidupannya, maka mereka akan kembali menjelma menjadi manusia-manusia yang visioner dan maju, sehingga peradaban Islam yang gemilang akan kembali tegak menggilas kesombongan negara-negara Barat. Mereka pun takut karena hari ini sebagian kaum muslim telah menguasai teknologi serta jumlah mereka yang kian bertambah, akan berpaling meninggalkan sistem kufur buatan Barat yang terus dijejalkan kepada kaum muslim. Mereka ingin terus menancapkan hegemoni mereka terhadap umat Islam.
Mereka begitu trauma dengan kehebatan Khilafah yang membuat mereka gentar dan dengan gagah berani memerangi bangsa-bangsa yang melecehkan Islam. Mereka sejatinya masih begitu ingat ketika Sultan Abdul Hamid II mengancam mereka yang akan mengadakan sebuah pertunjukan yang bertajuk "Muhammad atau kefanatikan" untuk menghina Rasulullah di Paris, Prancis. Kala itu sang khalifah yang mendapat kabar bahwa seorang seniman pongah bernama Marquis de Bouine telah membuat ide pertunjukan teater untuk mengolok-olok Rasulullah, beliau langsung mengirim surat ultimatum kepada Prancis untuk menghentikan acara tersebut.
Setelah menerima surat ultimatum itu, pemerintah Prancis tidak hanya langsung mengakhiri drama teater tersebut, mereka bahkan mengasingkan banyak aktor teater itu ke Inggris dan berusaha menenangkan hati Sultan. Akan tetapi, tak berapa lama Sultan mengetahui bahwa teater serupa akan diadakan di London, Inggris. Beliau pun mengirim surat ultimatum serupa, namun pemerintah Inggris dengan sombongnya membalas surat itu dengan menyatakan, "Ini bukan Prancis. Kami mempunyai kebebasan sendiri di perbatasan kami."
Di saat Sultan Abdulhamid II menerima surat ini, beliau langsung menulis tanggapan yang cukup keras kepada Inggris, “Leluhur kami memberikan nyawa mereka tanpa ragu demi kebaikan Islam. Dalam hal ini, saya dengan tegas akan memerintahkan kepada seluruh kaum muslim di seluruh dunia dan memberi tahu mereka tentang sikap angkuh dan kesombongan anda jika terus melanjutkan dan membiarkan drama tidak sopan ini diadakan. Pertimbangkanlah akibat besar yang akan terjadi atas keputusan yang anda buat!”
Setelah itu, Inggris segera menyadari kesalahannya dan mengakhiri drama tersebut, karena mereka sangat mengetahui bahwa ancaman sultan tak pernah main-main.
Tanpa Khilafah, Islam Terus dihina
Begitulah jika ada Khilafah, musuh-musuh Islam tak akan pernah berani melancarkan aksinya melecehkan dan menghina Islam. Apa yang terjadi hari ini, dengan berulangnya penghinaan terhadap Islam, Rasulullah, juga kitab suci Al-Qur'an, adalah imbas tiadanya institusi Islam. Umat berdiri lemah tanpa perisai, dikerumuni laksana mangsa oleh para predator. Karena para pemimpin mereka layaknya boneka tanpa nyali bahkan untuk membela Islam dan kaum muslim. Mereka tunduk dan patuh dengan apa yang dijejalkan barat kepada mulut-mulut mereka.
Padahal Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda dalam hadis riwayat Imam Bukhari, dalam Kitab Sahih Bukhari, Jilid 3, halaman1080, "Seorang Imam adalah junah atau tameng bagi rakyatnya. Mereka berperang di belakangnya, dan mereka akan merasa kuat dengan kehadirannya. Jika ia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah, juga berlaku adil, maka pahala baginya. Tetapi jika mereka memerintahkan kebatilan, maka ia mendapatkan dosa dari perintah itu."
Sesungguhnya pelecehan dan penghinaan kaum kafir terhadap Islam akan terus berulang. Mengakarnya sekularisme di benak para pemimpin negeri-negeri Islam secara tidak langsung memberi ruang kejahatan itu terus-menerus terjadi. Sikap pengecut menjadikan mereka diam dan tak berkutik. Benarlah sabda Rasulullah dalam sebuah hadis riwayat Abu Daud no. 4297 dan Ahmad 5: 278.
Dari Tsauban, ia berkata bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “Nyaris saja para umat (yang kafir dan sesat) mengerubuti kalian dari berbagai arah, layaknya mereka berkumpul menghadapi hidangan dalam sebuah piring”. Kemudian seseorang bertanya, ‘Wahai Rasulullah, apakah pada saat itu jumlah kami sedikit?’ Rasulullah berkata, ‘Bahkan jumlah kalian pada waktu itu sangat banyak. Akan tetapi, kalian laksana sampah yang dibawa oleh air hujan. Allah akan menghilangkan rasa gentar dari hati musuh kalian dan akan menancapkan dalam dada kalian wahn.’ Kemudian seseorang bertanya, ‘Apa itu wahn ya Rasulullah?’ Rasulullah berkata, ”Cinta dunia dan takut mati.”
Wallahu a'lam bishshawab. []
Islamofobia memang akan terus menyebar di tengah standar ganda HAM . Rindu rasanya dengan kepemimpinan Islam yang akan menjadi junnah bagi umat dan agama Islam.
Barakallah mba Aya. Bener nih UU apa pun ngak bisa melindungi kehormatan Islam dan ajarannya. Memang butuh Daulah Khilafah, solusi akan tuntas
Wafiik barakallah mb..bener banget