Jangan Mau Berada di Bangku Cadangan

Berada di Bangku cadangan

Sungguh, tahun-tahun kelam ini tak akan berubah andai kaum muslimin tidak juga sadar untuk segera terjun dan menjadi pemain utama mengembalikan kehidupan Islam.

Oleh. Anita Nur Oktavianty S.Si
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Dalam sebuah pertandingan bola, kita bisa melihat adanya pemain utama dan pemain cadangan. Pemain utama adalah mereka yang diunggulkan berlaga di lapangan hijau, sementara pemain cadangan adalah mereka yang berfungsi sebagai pengganti jika pemain utama mengalami cedera, melakukan pelanggaran berkali-kali, atau performa yang menurun. Pemain utama, tentu saja akan mendapatkan apresiasi ataupun reward yang luar biasa di setiap aksi yang dipertontonkannya, apalagi jika berhasil mencetak gol dan mempersembahkan kemenangan untuk tim dan para suporternya. Sedangkan pemain cadangan belum tentu. Keberadaannya kadang kala dibutuhkan, namun kadang kala juga tidak sama sekali. Bisa dikatakan posisi mereka tidak bergengsi, cenderung dipandang sebelah mata, atau bahkan tidak dianggap sama sekali. 

Lalu, bagaimana dengan aktivitas dakwah? Apakah kita memilih menjadi pemain utama atau  selalu duduk di bangku cadangan? Saat penunaian amanah, tak ada azam untuk mengambil peran utama. Cenderung mencari alasan pembenaran bahwa orang lain lebih layak dibanding diri sendiri. Berulang kali seperti itu hingga perasaan nyaman menghinggapi. Hari demi hari, pekan demi pekan, bulan demi bulan, bahkan tahun demi tahun seakan bangku cadangan sudah menjadi posisi ternyaman. 

Tahukah kita bahwa para sahabat nabi yang menjadi generasi terbaik setelah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam tak pernah rela berada di bangku cadangan? Selalu merasa memiliki arti penting dalam setiap kancah perjuangan yang dilakukan oleh Rasul tercinta. Bahkan tak jarang tangis penyesalan begitu menyiksa batinnya saat tidak terlibat. Mengapa? Karena semua tamak akan pahala surga. Sebuah kata yang mendengarnya saja mampu menggelorakan semangat juang, menyalakan api keberanian, menggetarkan seluruh raga, hingga akhirnya siap mengorbankan segalanya. Semua berlomba agar bisa membersamai tiap langkah perjuangan insan pilihan, semata ingin mencari muka di hadapan Rabb-nya.  

Sebut saja Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu anhu, qari pertama yang tak gentar sedikit pun mengemban tugas dari Rasul tercinta membacakan Al-Qur'an di hadapan sekelompok orang Quraisy. Bukan tanpa risiko, Rasul pun menginginkan sahabat lain yang memiliki keluarga agar mampu melindungi kala orang-orang Quraisy tersebut tiba-tiba bertindak barbar. Namun, dengan penuh keberanian Abdullah bin Mas'ud berkata, "Cukuplah Allah menjadi pelindungku". Yang terjadi akhirnya seperti yang diprediksi. Sahabat mulia tersebut babak belur saat membacakan ayat-ayat pertama surat Ar-Rahman. Apakah beliau akhirnya jera? Tidak. Bahkan ingin kembali mengulang di hari-hari berikutnya andai Rasulullah tidak segera mencukupkan. Lihatlah, betapa beliau bangga menjadi pemain utama. 

Sebut saja Utsman bin Affan radhiyallahu anhu. Menantu yang memiliki kedermawanan yang tak seorang pun sanggup untuk meniru. Membekali seluruh pasukan Perang Tabuk sendirian yang dijalaninya dengan penuh keikhlasan. Mungkin dalam matematika banyak orang, terkhusus mereka yang memiliki pemikiran materialis, ini sebuah tindakan yang tak masuk akal. Bayangkan, berapa banyak harta yang harus digelontorkan untuk membekali seluruh pasukan yang berjumlah 10.000 personel?  Mulai dari senjata, perlengkapan, bekal, kuda, unta, dan kebutuhan logistiknya. 

Sungguh, kedua contoh di atas hanya mewakili sebagian kecil keteladanan para sahabat yang senantiasa berlomba untuk menjadi pemain utama dalam kancah dakwah maupun medan jihad. Pengorbanan nyawa pun tak ragu lagi diberikan demi meninggikan kalimat-Nya. Di zaman yang dikungkung oleh sistem sekularisme-kapitalisme saat ini, Islam membutuhkan mental-mental pejuang yang tangguh dan siap berkiprah di garda terdepan seperti mereka. Bukan mereka yang hanya puas berada di bangku cadangan atau setia dalam barisan penonton. Para pejuang dakwah yang siap mendobrak pemikiran-pemikiran kufur yang telah lama mendominasi negeri-negeri muslim dan membongkar pengkhianatan demi pengkhianatan para pemimpin kaum muslimin kepada negara-negara kafir penjajah. Terkhusus dengan apa yang dialami saudara-saudara kita sesama muslim di Palestina. 

Mari menggumamkan tanya pada diri sendiri, "Saudara-saudaraku di sana disiksa, sebagiannya lagi diusir, tempat tinggalnya dihancurkan, kehormatannya dicabik-cabik, dibunuh dan diintimidasi. Sedangkan aku masih di sini, bergelimang kenikmatan, memakan apa yang aku mau, meminum apa pun yang aku inginkan, di ruangan berpenyejuk dan tidur nyaman tanpa hambatan. Pantaskah aku memimpikan surga seperti mereka?”. Pantaskah Rasulullah membersamai kita kelak di surga-Nya ketika kita enggan memainkan peran utama, memberi sumbangsih terbaik untuk agama ini? Lihatlah para kafir penjajah tertawa puas di atas tangisan dan rintihan saudara-saudara kita yang teraniaya. Mereka sukses membuat kita lemah oleh sekat-sekat teritorial, mengeruk kekayaan alam, hingga akhirnya nasib kaum muslimin terlunta-lunta. 

Sungguh, tahun-tahun kelam ini tak akan berubah andai kaum muslimin tidak juga sadar untuk segera terjun dan menjadi pemain utama mengembalikan kehidupan Islam. Hanya menanti pertolongan dan keajaiban tanpa melakukan upaya yang maksimal bukanlah metode yang dicontohkan oleh Rasulullah tercinta. Beliau diboikot, dicemooh, dilempari, diperangi, hingga luka dan berdarah. Ini semua demi memperjuangkan Islam agar tersebar ke seluruh alam dan menghapus segala bentuk penindasan dan kezaliman mereka yang berkuasa. Membebaskan belenggu kesesatan dan membimbing ke dalam cahaya Islam. 

Para sahabat yang setia menemani pun melakukan hal yang sama. Membersamai dalam setiap fase perjuangan beliau. Sebagaimana ucapan Miqdad bin Amru kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, "Wahai Rasulullah, melangkahlah ke arah yang ditunjukkan Allah kepada Anda, kami akan bersama Anda. Demi Allah, kami tidak akan mengatakan ucapan Bani Israil kepada Musa, 'Pergilah kamu bersama Rabb-mu, lalu berperanglah! Kami menunggu di sini.' (QS. Al Maidah : 24). Kami akan katakan, 'Pergilah, kamu bersama Rabb-mu, lalu berperanglah! Sungguh, kami akan berperang bersama Anda.”' (Sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq tanpa sanad yang tertera dalam Sirah Ibnu Hisyam vol.1/615)

Saudaraku, mari bertanya dalam hati masing-masing, masihkah kita bertahan di bangku cadangan? Lalu sampai kapan?

Wallahu a’lam bishawab. []

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Anita Nur Oktavianty S.Si Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Rohingya dan Derita Kaum Muslim
Next
RUU DKJ untuk Kepentingan Siapa? 
4.2 13 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

18 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Wd Mila
Wd Mila
11 months ago

Benar Mba, hanya dengan totalitas dalam dakwah menyeru pada Islam kaffah maka tahun-tahun kelam ini akan berubah.

Anita Ummu Dzaky
Anita Ummu Dzaky
Reply to  Wd Mila
10 months ago

Allahu Akbar. Syukron dah mampir Mba

Atien
Atien
11 months ago

Masyaallah. Yuuk azamkan diri jadi pemain utama dalam perjuangan dakwah Islam kaffah.
Barakallah mba@Anita.
Naskahnya jadi mood booster yang luar biasa

Anita Ummu Dzaky
Anita Ummu Dzaky
Reply to  Atien
10 months ago

Wafiik barakallah Mba ❤️

Khadijah Alimuddin
Khadijah Alimuddin
11 months ago

Sungguh tulisan yang membakar semangat.
Semoga Allah pantaskan kita semua menjadi pemain utama dalam menyebarkan agama Allah

Anita Ummu Dzaky
Anita Ummu Dzaky
Reply to  Khadijah Alimuddin
10 months ago

Amin syukron ukhty ❤️

Sartinah
Sartinah
11 months ago

Masyaallah, mau jadi pemain utama atau cadangan adalah pilihan ya, tapi pilihan terbaik adalah menjadi pemain utama. Bukan tugas mudah, tapi harus diusahakan semaksimal mungkin untuk menjadi garda terdepan dalam perjuangan Islam.

Anita Ummu Dzaky
Anita Ummu Dzaky
Reply to  Sartinah
10 months ago

Asal ada kemauan, ya, Mba ❤️

Triana
Triana
11 months ago

Mantap tulisannya, jadi reminder buat diri sendiri. Barakallah mbak

Anita Ummu Dzaky
Anita Ummu Dzaky
Reply to  Triana
10 months ago

Syukron, wafiik barakallah, Mba

Aya Ummu Najwa
Aya Ummu Najwa
11 months ago

MasyaAllah tabarakallah iya mb..daku tak mau jadi ban serep ah..mau jadi pemain utama dalam perjuangan mengembalikan kehidupan Islam ini.

Last edited 11 months ago by Aya Ummunajwa
Anita Ummu Dzaky
Anita Ummu Dzaky
Reply to  Aya Ummu Najwa
10 months ago

Allahu Akbar

Dyah Rini
Dyah Rini
11 months ago

MasyaAllah membaca tulisan ini seperti tertampar diri ini. Benar Mbak..masih banyak yang harus dibenahi pada diri. Apakah benar dakwah sudah menjadi prioritas dan poros kehidupan? Pertanyaan yang bisa dijawab masing-masing peibadi.Mlaka sudah seharusnya melayakkan diri agar Allah segera menunkan peeyolongan -Nya

Anita Ummu Dzaky
Anita Ummu Dzaky
Reply to  Dyah Rini
10 months ago

Amin Ya Rabb

Syukron, Mba ❤️

Dewi Kusuma
Dewi Kusuma
11 months ago

Harus terus berjuang agar mampu menjadi pemain utama dalam dakwah. Sehingga kelak Allah tempatkan di surga bersama Rasulullah saw.

Anita Ummu Dzaky
Anita Ummu Dzaky
Reply to  Dewi Kusuma
10 months ago

Shahih ❤️

Novianti
Novianti
11 months ago

MaasyaaAllah. Menjadi pemain adalah pilihan karena piala tidak diberikan pada penonton

Anita Ummu Dzaky
Anita Ummu Dzaky
Reply to  Novianti
10 months ago

Masya Allah ❤️

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram